Salah satu aksi diskriminasi yang kita hadapi di tengah pandemi corona adalah penolakan pada jenasah pasien Covid-19. Bahkan anggota tim medis yang sudah berkorban untuk merawat pasien Covid-19 juga ikut ditolak pemakamannya oleh masyarakat.
Ini bisa menunjukkan kesempitan berpikir tentang penyakit Covid-19. Makanya, selain terus berupaya mencegah penyebaran Covid-19, edukasi tanpa henti kepada masyakarat menjadi hal yang mendesak. Edukasi itu bisa mengenai penyakit itu sendiri, bagaimana penyebarannya dan pencegahan serta penanggulangannya.
Hemat saya, edukasi yang paling tepat sasar itu lewat media sosial. Yang terpenting, kita memposting informasi yang terpercaya, benar dan bermanfaat untuk masyarakat. Dengan ini juga, proses dan hasil edukasi itu sendiri bergantung pada pengetahuan dan pemahaman kita.
Kalau kita tidak memahami covid-19 dengan baik, sebaiknya kita mengontrol jari untuk tidak terjebak dan menjebak orang lain dengan informasi yang hoaks. Â
Di Indonesia, tindakan diskiriminasi tidak terbatas pada penolakan jenasah pasien Covid-19. Diskriminasi itu juga terjadi lewat perlakuan pada ras tertentu. Saya kira beberapa rekan Kompasianer pernah menulis tentang beberapa aksi rasis yang terjadi di Indonesia.
Artikel dari Christine Ro, Coronavirus: Why some racial groups are more vulnerable (BBC.com 21/4/2020), mengulas beberapa fakta menarik. Fakta-fakta ini menunjukkan faktor penyebab dan latar belakang tertentu yang bisa dihubungkan tindakan rasis tertentu selama pandemi virus Corona. Faktor-faktor ini juga bisa menjadi indikasi yang menyebabkan ras minoritas rentan pada virus Corona.
Dalam artikelnya, Christine Ro memulai ulasannya dengan menunjukkan data yang terjadi di Chicago, Amerika Serikat (AS) di awal bulan April 2020. Data itu menunjukkan kalau 72% yang meninggal dunia karena penyakit virus Corona adalah orang yang berkulit hitam. Apakah ini sebuah kebetulan ataukah ada penyebab lainnya?
Saya coba mengambil beberapa faktor (tidak semua) yang diulas dalam artikel ini. Tulisan ini sekiranya memberi arah mengapa ras tertentu rentan terhadap Covid-19
Menurut Christine Ro, salah satu faktor penyebab pertama mengapa ras tertentu rentan terpapar virus Corona adalah ketidaksetaraan pendapatan antara orang berkulit putih dan ras minoritas. Di Amerika Serikat, misalnya, orang-orang yang berasal dari etnis dan grup ras tertentu mempunyai akses yang minim dalam soal pekerjaan yang baik.
Pekerjaan yang tidak memadai kerap menjadi sebab dari pendapatan yang minim. Keadaan ekonomi gampang tergoncang. Keadaan ekonomi yang tidak stabil bermuara kesehatan yang buruk.
Pasalnya, pendapatan yang tidak memadai pastinya tidak menjamin persediaan nutrisi yang mencukupi. Di Amerika Serikat, orang-orang Amerika yang berketurunan Afrika cenderung mempunyai penyakit diabetes, penyakit jantung dan hipertensi.
Penyakit-penyakit ini umumnya menjadi penyebab lemahnya sistem kekebalan tubuh. Peluang terjangkit Covid-19 pun semakin besar. Karenanya, faktor ekonomi bisa menjadi penyebab mengapa ras tertentu seperti berkulit hitam, asia dan kelompok minoritas rentan terpapar virus Corona.
Faktor kedua, adalah ketidakadilan dari sisi lingkungan tempat tinggal dari kaum minoritas. Misalnya, di Amerika Utara. Tempat sekolah bagi kaum minoritas umumnya terletak dekat jalur jalanan umum dan tempat industri. Tempat-tempat ini melekat dengan tingkat polusi yang tinggi. Situasi ini pun secara tidak langsung berpengaruh pada kondisi kesehatan, terutama kondisi kesehatan paru-paru.
Faktor ketiga, pelayanan tim medis. Survey yang dilakukan di Amerika Serikat menunjukkan kalau pihak medis tidak terlalu jelas, pasti, dan kurang berkomunikasi dengan pasien yang tidak berkulit hitam.
Sangat mencengangkan lagi kalau sebuah studi menunjukkan bahwa pada tahun 2016 siswa medis percaya bahwa pasien yang berkulit hitam kurang mengalami sakit fisik saat mendapat pelayanan medis tertentu. Ini merupakan salah satu pola pikir yang sempit. Pemahaman ini pun berujung pada perlakuan mereka kepada pasien.
Pemahaman ini pun bisa dihubungkan dengan apa yang terjadi pada tim medis dari kaum minoritas. Di Inggris, 10 dokter yang meninggal dunia karena Covid-19 berasal dari kaum berkulit hitam, asia dan kaum minoritas.
Faktor keempat, adalah faktor pekerjaan yang digeluti oleh kaum minoritas. Di Amerika Serikat, pekerja di kebun umumnya adalah kaum imigran yang berasal dari Amerika Latin. Mereka tidak mempunyai kontrol ketat atas keselamatan mereka.
Pasalnya, sangat sulit untuk membangun physical distancing saat mereka bekerja di kebun. Selain itu para pekerja ini mempunyai tingkat penyakit diabetes yang tinggi. Ini menyebabkan sistem kekebalan tubuh mereka rentan terjangkit penyakit menular.
Faktor kelima adalah faktor tempat tinggal. Banyak kaum imigran yang tergolong sebagai kaum minioritas tinggal bersesakan. Banyak orang yang tinggal di salah satu rumah yang sama. Karena ini, peluang keterjangkitan virus Corona semakin besar.
Selain itu, faktor bahasa ikut berpengaruh dalam pelayanan terhadap kaum ras minoritas. Bahasa bisa menyebabkan kesalahpahaman antara tim medis dengan pasien.
Ini juga terjadi pada konteks kita di Indonesia. Istilah-istilah yang kita pakai selama pandemi ini terjadi seperti social/physical distancing, lockdown, work from home dan lain sebagainya.
Penulis yakin tidak semua kita paham dengan istilah-istilah asing  ini. Keterbatasan berbahasa asing ini bisa menyebabkan kesalahpahaman dalam mengikuti arahan dan aturan medis.
Secara umum, banyaknya kaum minoritas yang rentan terjangkit virus Corona terjadi karena faktor pandangan, cara hidup kaum minoritas dan situasi atau konteks hidup mereka sendiri. Jadi, sebabnya bukan dari dalam, tetapi lebih pada faktor-faktor eksternal.Â
Prinsipnya, penyakit Covid-19 tidak memilih latar belakang. Hanya saja, faktor eksternal memungkinkan kelompok tertentu rentan terjangkit.
Salah satu cara adalah melihat pandemi sebagai bencana kemanusiaan. Siapa pun yang menderita Covid-19 mesti dilihat dari sisi kemanusiaannya, dan mengabaikan latar belakang yang melekat pada mereka.
Pada titik seperti ini, tindakan rasis bisa dihindari. Toh, yang dilayani juga adalah manusia yang hanya mengenakan pakaian ras dan latar belakang tertentu.
Sumber: Christine Ro, Coronavirus: Why some racial groups are more vulnerable (BBC.com 21/4/2020
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI