Penyakit-penyakit ini umumnya menjadi penyebab lemahnya sistem kekebalan tubuh. Peluang terjangkit Covid-19 pun semakin besar. Karenanya, faktor ekonomi bisa menjadi penyebab mengapa ras tertentu seperti berkulit hitam, asia dan kelompok minoritas rentan terpapar virus Corona.
Faktor kedua, adalah ketidakadilan dari sisi lingkungan tempat tinggal dari kaum minoritas. Misalnya, di Amerika Utara. Tempat sekolah bagi kaum minoritas umumnya terletak dekat jalur jalanan umum dan tempat industri. Tempat-tempat ini melekat dengan tingkat polusi yang tinggi. Situasi ini pun secara tidak langsung berpengaruh pada kondisi kesehatan, terutama kondisi kesehatan paru-paru.
Faktor ketiga, pelayanan tim medis. Survey yang dilakukan di Amerika Serikat menunjukkan kalau pihak medis tidak terlalu jelas, pasti, dan kurang berkomunikasi dengan pasien yang tidak berkulit hitam.
Sangat mencengangkan lagi kalau sebuah studi menunjukkan bahwa pada tahun 2016 siswa medis percaya bahwa pasien yang berkulit hitam kurang mengalami sakit fisik saat mendapat pelayanan medis tertentu. Ini merupakan salah satu pola pikir yang sempit. Pemahaman ini pun berujung pada perlakuan mereka kepada pasien.
Pemahaman ini pun bisa dihubungkan dengan apa yang terjadi pada tim medis dari kaum minoritas. Di Inggris, 10 dokter yang meninggal dunia karena Covid-19 berasal dari kaum berkulit hitam, asia dan kaum minoritas.
Faktor keempat, adalah faktor pekerjaan yang digeluti oleh kaum minoritas. Di Amerika Serikat, pekerja di kebun umumnya adalah kaum imigran yang berasal dari Amerika Latin. Mereka tidak mempunyai kontrol ketat atas keselamatan mereka.
Pasalnya, sangat sulit untuk membangun physical distancing saat mereka bekerja di kebun. Selain itu para pekerja ini mempunyai tingkat penyakit diabetes yang tinggi. Ini menyebabkan sistem kekebalan tubuh mereka rentan terjangkit penyakit menular.
Faktor kelima adalah faktor tempat tinggal. Banyak kaum imigran yang tergolong sebagai kaum minioritas tinggal bersesakan. Banyak orang yang tinggal di salah satu rumah yang sama. Karena ini, peluang keterjangkitan virus Corona semakin besar.
Selain itu, faktor bahasa ikut berpengaruh dalam pelayanan terhadap kaum ras minoritas. Bahasa bisa menyebabkan kesalahpahaman antara tim medis dengan pasien.
Ini juga terjadi pada konteks kita di Indonesia. Istilah-istilah yang kita pakai selama pandemi ini terjadi seperti social/physical distancing, lockdown, work from home dan lain sebagainya.
Penulis yakin tidak semua kita paham dengan istilah-istilah asing  ini. Keterbatasan berbahasa asing ini bisa menyebabkan kesalahpahaman dalam mengikuti arahan dan aturan medis.