Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bukan Hanya Kita yang Bosan Tinggal di Rumah, yang Bertugas di Pos Checkpoint Mungkin Juga Bosan

19 April 2020   19:47 Diperbarui: 19 April 2020   19:45 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Situasi checkpoint di salah satu tempat di Manila selama masa karantina. Sumber foto: Inquirer.net

Selain fasilitas rumah sakit, fasilitas pos checkpoint mempunyai peran penting di tengah serangan wabah virus Corona. Sebuah pos checkpoint itu biasanya berada di tempat strategis. Salah satunya, di gerbang masuk sebuah kabupaten dan desa.  

Pos checkpoint juga menjadi salah satu alternatif pemerintah Filipina dalam melawan laju penyebaran virus Corona. Tidak tanggung-tanggung, pemerintah Filipina menginstruksikan mendirikan pos checkpoint mulai dari pemerintah desa, kabupaten dan tingkat provinsi. 24 jam para petugas diwajibkan berada dan bertugas di pos checkpoint selama masa karantina.

Di checkpoint di tingkat kabupaten dan provinsi, yang bertugas biasanya tim medis, pihak keamanan dan beberapa petugas dinas dari kabupaten. Sementara di level desa, aparat desa melakukan rotasi di antara mereka sendiri dalam menjalankan tugas di pos checkpoint.

Tugasnya bukan sekadar duduk, melihat orang dan memerhatikan kendaraan yang keluar dan masuk atau juga menjadi tempat informasi. Tanggung jawab mereka yang bertugas di pos checkpoint terbilang  berat dan menantang. Pendeknya, mereka serupa dengan tim screening.

Tugasnya menjadi berat karena mereka harus mendatakan siapa saja yang keluar dan masuk ke sebuah wilayah. Kalau yang keluar dari wilayah adalah seorang yang tidak mengantongi kartu identitas masa karantina, maka dia tidak diijinkan untuk keluar. Begitu pula, kalau yang masuk bukan dari wilayah mereka dan tanpa kartu identitas. Yang bersangkutan tidak boleh masuk.

Dua pertanyaan yang kerap kali dilontarkan oleh para petugas di chekcpoint. Tempat tujuan dan tempat asal. Jawabannya akan dicatat. Tujuannya, apabila ada kasus yang berhubungan dengan orang yang tercatat dalam buku laporan itu, hal itu gampang teridentifikasi dan diikuti jejak perjalanannya.

Pendataan dan pengamatan yang salah akan beresiko pada keselamatan orang lain. Begitu pula kalau orang memberi jawaban yang tidak benar.

Saat menemukan seorang yang memiliki suhu badannya panas atau menderita demam, pihak medis akan segera meminta yang bersangkutan untuk dikarantina di suatu tempat yang telah disediakan. Karantina biasanya 14 hari atau juga bergantung pada hasil pemeriksaan.  

Pernah suatu kali seorang balita luput dari pemantauan petugas di checkpoint. Tak disangka, balita itu ternyata menderita demam. Petugas medis tidak bisa memastikan kalau demannya itu disebabkan karena sakit biasa ataukah karena penyakit Covid-19.

Sembari menanti pengecekan untuk memastikan sakit dari balita itu, pihak otoritas memerintahkan semua yang bertugas di pos checkpoint sewaktu ibu dan balita itu masuk untuk dikarantina. Sementara itu, desa di mana balita itu tinggal juga ikut dilockdown total. Saat hasil pemeriksaan dinyatakan negatif, mereka boleh keluar dari karantina dan kembali menjalankan tugas di checkpoint.  

Tugas di checkpoint juga terbilang menantang. Mereka kerap kali mengecek secara langsung suhu dari orang-orang yang masuk dari luar. Kontak langsung dengan orang lain tak bisa dielak. Kadang mereka menegur dengan keras orang-orang yang tidak bermasker saat melakukan perjalanan.

Tugas seperti ini sudah berlangsung hampir lebih dari sebulan. Targetnya tanggal 30 April ini, masa karantina akan berakhir. Harapannya, tugas mereka pun dilonggarkan.  

Berada di pos checkpoint bukanlah situasi yang gampang. Pasalnya, berbarengan dengan berjalannya masa karantina, jumlah orang yang keluar masuk menjadi turun. Kesibukan mulai berkurang. Jadinya, bermain phone menjadi salah satu cara menemani waktu berjaga.

Saya perhatikan ini di salah satu checkpoint yang terletak tidak jauh dari tempat tinggal saya. Kadang jumlah orang yang berjaga banyak. Kadang jumlah mereka sedikit. Biasanya, jumlah penjaga akan bertambah saat ada jadwal bepergian keluar bagi masyarakat.

Jadwal bagi kabupaten kami ke ibukota provinsi adalah hari Senin. Pada hari Senin, jumlah petugas di pos checkpoint meningkat. Tetapi jumlah mereka menurun di hari-hari lain. Mungkin saja mereka sudah membaca situasi kapan waktu ramai orang-orang melakukan perjalanan.

Pernah saya bertanya salah satu dari mereka yang kerap kali berjaga di checkpoint. Tentang pengalaman mereka. Tentang situasi yang mereka hadapi. Tentang perasaan mereka berada setiap hari di pos checkpoint.

Tidak jarang, mereka juga berhadapan dengan rasa bosan. Terlebih lagi, saat malam hari. Pasalnya, ada pemberlakukan jam malam (curfew time). Mulai jam 8 malam hingga jam 5 pagi. Pada waktu ini, tidak ada kegiatan di luar rumah. Dengan ini, jumlah orang yang bepergian keluar rumah sangat jarang. Sepi.

Siapa pun jika merasa sepi akan cepat merasa bosan. Tidak heran, beberapa petugas yang kerap berada di checkpoint berharap agar masa karantina segera berakhir. Untuk mengisi kesepian, mereka memanfaatkan phone mereka.  

Tugas di checkpoint bergantung pada situasi. Situasi yang nyaman bisa terjadi kalau masyarakat kooperatif dengan aturan dan arahan pemerintah selama masa karantina.

Barangkali kita kerap mengeluh dengan rasa bosan berada di rumah sepanjang hari. Kalau kita mau segera mengakhiri rasa bosan ini, kita pun mesti patuh pada aturan dan arahan. Lamanya masa karantina tetap bergantung pada cara hidup masyarakat.

Selain itu, bukan hanya kita yang merasa bosan. Yang berada di checkpoint bisa saja bosan dengan situasi yang terjadi. Kita mungkin bosan berada di rumah bersama keluarga kita. Sementara itu, mereka rela meninggalkan keluarga mereka untuk tetap bertugas.

Kalau kita patuh, kita bersikap solider dengan mereka. Sebaliknya, kalau kita tidak patuh, kita sebenarnya memberatkan beban mereka yang bertugas di pos checkpoint.

Gobin Dd

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun