Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Nekat Langgar Aturan Masa Karantina dengan Menggelar Pertandingan Tinju Jalanan

15 April 2020   18:18 Diperbarui: 15 April 2020   18:24 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kelurahan, Barangay 20, harus di-lockdown gara-gara pertandingan tinju jalanan. Sumber foto Rappler.com

Pelbagai aturan dan arahan di balik keputusan lockdown di beberapa negara, karantina wilayah atau kebijakan PSBB untuk beberapa wilayah Indonesia. Beberapa aturan itu diantaranya, tinggal di rumah, jaga jarak (physical/social distancing), dan memakai masker saat keluar dari rumah.

Tanpa adanya mentalitas hidup disiplin, kebijakan lockdown dan karantina hanya akan bertepuk sebelah tangan. Tidak heran, sanksi yang tegas dan campur tangan aparat keamanan menjadi cara bagi pemerintah agar masyarakat patuh pada aturan selama masa lockdown dan karantina.

Inilah yang terjadi di salah satu kelurahan, Barangay 20, di kota Manila, ibukota Filipina. Di masa karantina, segelintir orang nekat melanggar aturan. Melanggar aturan berarti tidak disiplin. Pelanggaran ini bisa menghadirkan peluang penyebaran dan keterjangkitan virus Corona.  

Kali ini, pelanggaran yang dilakukan adalah mengadakan pertandingan tinju jalanan pada masa karantina. Pertandingan tinju jalanan itu disebarkan lewat video media  sosial, Facebook.

Tidak sedikit orang yang menonton pertandingan tinju jalanan itu. Akibatnya, aturan tinggal di rumah dan arahan social/physical distancing terelakkan. Banyak orang terlibat, menonton dan menikmati acara tinju jalanan tanpa peduli bahaya virus Corona.

Sulit dibayangkan kalau salah satu dari penonton ternyata positif Covid-19. Peluang keterjangkitan terbuka bebas kepada siapa saja yang ikut menonton pertandingan tinju jalan tersebut. Ujung-ujungnya, keterjangkitan itu menyebar kepada siapa saja yang mereka jumpai pada hari itu.

Karena peristiwa ini, walikota Manila memutuskan untuk melakukan lockdown total di kelurahan di mana tinju jalanan itu berlangsung (ABS-CBN News 13/4//2020). Lockdown total itu berlangsung sehari dari 14 April pukul 8 malam hingga 15 April pukul 8 malam. Polisi dan aparatur desa akan berperan dalam aturan lockdown ini.

Ini berarti penghuni kelurahan itu tidak diperkenankan untuk keluar dari rumah mereka. Pengecualian untuk petugas kesehatan dan siapa saja yang mempunyai tugas dalam penanganan virus Corona (rappler 13/4/2020). Tujuan lain lockdown ini agar pihak kesehatan Manila bisa mengecek dan memastikan kondisi kesehatan penghuni kelurahan tersebut.

Tinju jalanan ini merupakan bentuk pelanggaran di masa karantina. Ini juga menunjukkan mentalitas ketidakdisiplinan.

Ya, hanya satu benang merah agar aturan-aturan pada masa karantina atau PSBB  menjadi efektif yakni kedisiplinan. Tanpa kedisiplinan, aturan-aturan itu bisa bertepuk sebelah tangan. Hasil akhir, persoalan pun tidak terpecahkan.

Kedisiplinan seolah menjadi password dari sekian aturan yang diterapkan dalam masa karantina. Tanpa memegang password itu, seseorang gampang terjebak pada kemauan sendiri, tetapi hal itu bisa merugikan banyak orang. Tetapi dengan password itu, satu orang bisa menyelamatkan orang-orang di rumah dan setiap orang yang dijumpainya setiap hari.

Salah satu alasan Presiden Jokowi tidak melakukan lockdown di Indonesia karena faktor kedisiplinan masyarakat. Setelah menyaksikan beberapa situasi lockdown dan karantina di beberapa tempat, saya pun mengamini kalau alasan Jokowi merupakan alasan yang tepat. Saya kira kalau kebijakan lockdown juga diterapkan di Indonesia, pastinya perihal kedisiplinan menjadi salah tantangan serius.

Lockdown dan karantina menjadi tidak berguna sama sekali kalau sebagian besar masyarakat tidak mempunyai mentalitas disiplin.

Mentalitas disiplin itu sendiri bukanlah produk instan. Butuh latihan yang konsisten dan regular serta dipraktikkan dalam rentang waktu tertentu.

Saya sendiri pernah mengalami iklim sekolah yang menempatkan kedisiplinan sebagai fondasi utama. Dari bangun pagi hingga kembali ke tempat tidur, jadwal sudah diatur. Ketidakdisiplinan bisa mengacaukan irama rutinitas setiap hari. Dampaknya, bukan hanya pada satu orang, tetapi pada satu komunitas.

Mentalitas kedisiplinan itu ditempa bertahun-tahun. Banyak yang gagal bukan karena alasan akademis, tetapi gara-gara persoalan ketidakdisiplinan.

Tidak gampang menerapkan sistem lockdown dan karantina. Karakter masyarakat harus betul-betul dikenal. Tujuannya, agar proses karantina itu menjadi solusi yang menjawabi persoalan di tengah masyarakat.

Tetapi, kalau hanya menuntut aturan karantina tanpa peduli pada karakter masyarakat, bukan tidak mungkin reaksi yang muncul adalah penolakan dan pemberontakan. Penolakan dan pemberontakan ini pun berujung pada pelanggaran.

Di tengah wabah virus Corona, kita mungkin belajar banyak hal. Pelajaran itu juga tentang karakter dan mentalitas diri kita. Kita bisa tahu sejauh mana kita bersabar dan mempunyai kedisiplinan diri di hadapan aturan pemerintah dalam mencegah penyebaran wabah virus Corona.

Kedisplinan itu sangat diperlukan saat ini. Tinggal di rumah, memakai masker ke luar rumah, dan pelbagai aturan lain bisa dijalani kalau kita sudah mempunyai mentalitas disiplin. Tanpa mentalitas disiplin, kita bisa cenderung menganggap enteng aturan, tetapi dibalik itu kita dihantui oleh penyakit Covid-19.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun