Posisi duniawi tergoncang. Kepala pemerintahan, baik itu yang menyebut dirinya sebagai negara ad daya maupun negara kecil, mengalami goncangan hebat. Wabah virus ini tidak bisa diselesaikan dengan retorika semata.
Wabah ini mengingatkan kita pada eksistensi kita sebagai manusia. Kita bukanlah manusia super tanpa kelemahan dan keterbatasan. Sebaliknya, kita diingatkan pada kelemahan dan keterbatasan kita. Kita adalah mortal.
Pada situasi lemah dan terbatas ini, sekiranya kita mencari sandaran agar tidak semakin terpuruk. Sandaran itu bisa berupa iman dan kepercayaan yang kita anuti. Relasi di antara kita, dalam mana kita bisa saling menguatkan dan melindungi. Juga, kerendahan hati kita untuk menyadari keterbatasan diri.
Saya yakin wabah virus Corona bisa dijadikan bahan pelajaran untuk kita. Pelajarannya bukan saja untuk kepentingan medis, tetapi juga demi kebutuhan hidup spiritual kita.
Kita adalah pribadi yang mortal. Mortalitas kita ini sekiranya mengarahkan kita kepada yang immortal. Siapa?
Iman dan kepercayaan kita bisa menjadi petunjuk. Karenanya, beriman secara sungguh dan bukannya karena kepentingan.
Sabtu Suci menjelang Paskah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H