Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Penguburan Massal, di Balik Tingginya Tingkat Kematian di New York

11 April 2020   08:17 Diperbarui: 11 April 2020   08:26 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto reuters.com

Pemakaman jenasah pasien Covid-19 menjadi polemik di Indonesia. Polemik ini diwarnai oleh penolakan masyarakat di beberapa tempat. Mereka menolak penguburan jenasah dari pasien Covid-19 di wilayah mereka.

Saya kira penolakan itu berkaitan dengan pengetahuan dan pemahaman tentang penyakit Covid-19. Pengetahuan yang terbatas menyempitkan pikiran untuk menilai secara benar mengenai persoalan yang terjadi.

Tetapi kalau memiliki pengetahuan dan pemahaman yang memadai tentang Covid-19, persoalan penguburan jenasah pasien Covid-19 bisa jadi tidak menjadi polemik.

Dengan ini, salah satu tugas dan tantangan bagi pemerintah dan kita semua untuk menjelaskan dengan benar tentang penyakit Covid-19 itu.

Prinsipnya, kita memberikan penjelasan karena kita tahu dengan baik. Tetapi kalau tidak tahu, lebih baik kita membiarkan pihak ahli yang menjelaskan.

Kita seharusnya juga mencari pengetahuan yang benar tentang penyakit itu. Pengetahuan yang benar selalu memberikan pandangan yang benar.

Karenanya, kalau masyarakat mengerti dan memahami tentang Covid-19, penolakan pada penguburan jenasah pasien Covid-19 tidak terjadi.

Di  Indonesia, kita berhadapan dengan penolakan sebagian masyarakat pada penguburan jenasah pasien Covid-19.

Di New York, Amerika Serikat, pemerintah harus memakamkan pasien Covid -19 di sebuah kuburan massal.

Seperti dilansir dalam BBC.com (10/4/2020), nampak para pekerja dengan alat perlindungan diri menggunakan alat berat menggali pekuburan massal bagi jenasah pasien Covid-19.

Lokasi penguburan itu adalah di Hart Island. Mereka yang dikuburkan adalah mereka yang tidak mempunyai anggota keluarga dan tidak bisa membiayai biaya penguburan.

Pihak otoritas Kota New York menyatakan jika tidak ada pihak yang mengambil jenasah dalam rentang waktu dua minggu, mereka akan dikuburkan di Hart Island. Lebih jauh, sekitar 25 orang per minggu yang dikuburkan di Hart Island sejak virus Corona menyerang Kota New York.

Tempat penguburan massal ini sudah dipakai oleh kota New York selama 150 tahun. Tempat ini dikhususkan sebagai tempat penguburan bagi orang-orang yang tidak mempunyai keluarga dan mereka yang tidak bisa membiayai jasa penguburan. Sekitar 1 juta orang yang sudah dikuburkan di tempat itu.

Meski demikian, tidak bisa dipastikan kalau yang dikuburkan di tempat itu semua pasien yang masuk kategori tidak berkeluarga dan tak mampu.

Walikota Kota New York sendiri menilai kalau memmbuat pekuburan sementara dilakukan terlebih dahulu. Hingga persoalan wabah virus Corona berlalu.

Selain itu walikota kota New York, Bill de Blasio menyatakan kalau pekuburan massal dibutuhkan saat ini. Alasannya tingkat kematian tinggi di masa pandemi. Meski penguburan masal, Bill de Blasio juga menyatakan jika jenasah itu tetap dikuburkan secara pantas (CNN.com 10/4/2020).

Jumlah kasus di New York terbilang tinggi. Sejauh catatan per 10 April, ada 159,937 kasus yang terdata dengan 7000 yang dinyatakan meninggal dunia. Sementara di Amerika Serikat sendiri, kasus Covid-19 yang tercatat adalah 462,000 dengan 16,500 kematian.

Persoalan wabah Virus Corona di Amerika Serikat terbilang sangat serius. Kota New York menjadi kota yang paling serius dihantam wabah virus Corona.

Wabah virus Corona tidak hanya mengancam nyawa masyarakat Amerika Serikat. Ini juga mempengaruhi kestabilan ekonomi dari negara Paman Sam ini.

Tidak tanggung-tanggung, ada sekitar 6 Juta orang yang kehilangan pekerjaan di pekan kedua sejak wabah Corona menyerang. Bahkan sudah ada 16.8 juta orang yang kehilangan pekerjaan di tiga pekan terakhir.

Mau tidak mau, berhadapan dengan wabah virus Corona Amerika Serikat mesti menutup beberapa tempat bisnis, memberlakukan aturan tinggal di rumah dan memberlakukan jam malam. Tujuannya untuk meminimalisir penyebaran virus Corona.

Wabah virus Corona tidak memandang negara. Hampir semua negara di dunia berhadapan dengan persoalan wabah virus Corona. Harapannya, kasus ini segera berlalu dari hadapan kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun