Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Paskah, Situasi yang Berbeda dan Makna yang Tidak Berubah

10 April 2020   08:28 Diperbarui: 10 April 2020   11:41 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Paskah merupakan perayaan iman yang dirayakan secara tahunan oleh umat Kristen. Perayaan ini acap kali menjadi alasan bagi umat Kristen untuk berlibur dan mudik.

Di Manggarai, Flores, umat Katolik biasanya merayakan paskah dengan meriah. Selain perayaan di gereja, di beberapa tempat, perayaan ini juga dihiasi dengan pertandingan olahraga.

Pertandingan olahraga itu berupa sepak bola dan bola voli. Laiknya sebuah kompetesi, kegiatan itu terjadi beberapa pekan sebelum perayaan paskah.

Pertandingan final dilangsungkan pada Minggu Paskah sekaligus puncak perayaan paskah. Masyarakat pun sering menyebutnya dengan "pertandingan paskah."

Saya kira ini juga menjadi salah satu alasan bagi banyak orang merasa perayaan paskah tahun ini berbeda. Pada perayaan paskah, umat biasanya membanjiri gereja. Bahkan situasinya tidak seperti perayaan Mingguan.

Kalau di hari Minggu, bisa terlihat beberapa bangku yang masih kosong. Tetapi pada perayaan paskah, pihak gereja mesti menyiapkan Kursi tambahan dan membangun tenda untuk menampung umat. Bahkan umat harus datang lebih awal agar mendapat tempat duduk di dalam gereja.

Situasi paskah tahun ini berbeda. Wabah virus Corona memaksa banyak orang tinggal di rumah. Kegiatan massa seperti ibadah dan misa di gereja dianjurkan untuk dibatalkan. Berdoa dari rumah adalah alternatif bagi umat.

Ibadah dan perayaan misa paskah tetap dirayakan. Itu dirayakan tanpa kehadiran umat. Umat bisa mengikuti perayaan lewat media internet, radio maupun TV.

Inilah membuat perayaan paskah tahun ini berbeda. Berbeda karena situasi. Situasi di mana, pemimpin merayakan upacara paskah tanpa kehadiran fisik umat secara langsung. Sebagian besar umat di seluruh dunia merayakan paskah dari rumah.

Situasi ini tentunya membangkitkan aneka rasa baik itu pada pemimpin agama maupun umat. Saya sendiri sebagai umat Kristen Katolik merasa sedih dan asing dengan situasi ini.

Pekan lalu, saya mendapat video pendek tentang  seorang pemimpin agama yang merayakan misa Minggu Palma. Dalam perayaan itu, dia tidak bisa menahan tangis. Dia menangis karena situasi yang dialaminya.

Perayaan yang seharusnya dihadiri banyak umat malah berbanding terbalik. Gereja lengang. Tanpa umat. Padahal pemimpin agama dan umat merupakan satu kesatuan dari sebuah perayaan iman.

Kondisi saat ini yang membuat paskah tahun ini berbeda. Paskah berbeda karena situasi fisik yang kita alami dan hadapi. Situasi fisik itu berupa ketidakhadiran umat yang tumpah ruah di gereja dan pelbagai kegiatan yang menyemarakkan perayaan itu.

Namun di balik situasi yang berbeda ini, makna paskah itu sendiri tetaplah satu dan sama. Paskah merupakan momen untuk merenungkan hidup, penderitaan, kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus. Bahkan paskah adalah perayaan kemenangan Tuhan atas kuasa maut dan dosa.

Ya, situasi yang berbeda saat ini tidak akan mengubah makna paskah. Situasi ini tidak bisa mengikis pesan paskah yang diwarnai dengan kasih Tuhan bagi manusia.

Kasih itu nampak lewat pengorbanan Tuhan. Buah dari pengorbanan itu adalah kebangkitan dan kemenangan Tuhan atas dosa. Di hadapan situasi yang berbeda ini, mungkin kita berefleksi tentang makna paskah. Perayaan paskah bukan menyangkut penampilan luar. Dalam mana, saat gereja-gereja kita dipenuhi oleh umat, kita menilai kalau perayaan paskah itu bermakna.

Saat kita menyanyikan lagu-lagu dengan merdu, mendengar renungan yang bagus, melihat dekorasi yang indah, kita menilai kalau perayaan paskah itu bermakna.

Lantas, saat semua tampilan luar itu tidak terjadi seperti saat ini, akankah kita tetap menilai perayaan paskah tetap bermakna?

Konteks dan realitas yang kita alami saat ini merupakan bahan refleksi tentang makna paskah itu sendiri. Kalau makna paskah itu berkaitan dengan kasih Tuhan lewat pengorbanan-Nya, sekiranya kita memaknai kasih dan pengorbanan itu dalam situasi hidup kita saat ini.

Tinggal di rumah, berdoa dari rumah dan mematuhi aturan pemerintah di tengah serangan wabah virus Corona merupakan bentuk kasih kita pada diri kita sendiri dan keluarga. Kalau kita mengasihi diri kita dan keluarga kita, kita mesti berkorban walaupun pengorbanan itu berat dan menantang.

Pengorbanan kita saat ini bisa menjadi langkah bagi kita untuk mencapai kemenangan. Kemenangan itu berupa terselematkan dari serangan wabah penyakit Corona.

Paskah merupakan momen di mana Tuhan memunjukkan kasih-Nya lewat pengorbanan kepada manusia. Pengorbanan itu berbuah kebangkitan Tuhan sebagai tanda kemenangan atas dosa.

Sekiranya kita juga mau berkorban di tengah situasi seperti saat ini agar kita mengalami kemenangan. Merayakan paskah dari rumah adalah bentuk pengorbanan kita.

Kita berkorban walau situasi perayaan paskah berbeda. Pengorbanan kita saat ini bertujuan untuk keselamatan diri kita, keluarga dan banyak orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun