Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Nasib Guruku, Dikuburkan Seturut Prosedur Medis, tetapi Dispekulasikan Positif Covid-19

7 April 2020   15:38 Diperbarui: 7 April 2020   15:49 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto CNN Indonesia.com

Beberapa hari terakhir, salah satu grup WhatsApp yang saya ikuti dibanjiri ungkapan belasungkawa. Grup WA itu merupakan grup teman seangkatan SMA.

Grup ini tiba-tiba ramai. Pasalnya, salah satu guru sewaktu kami SMA meninggal dunia.

Ucapan belasungkawa mengalir. Beberapa teman coba mengingat kembali masa-masa lalu bersama si guru itu. Bahkan beberapa di antaranya coba mengingat bagaimana guru kami itu menerapkan aturan.  

Tiap orang mempunyai kisah dan pengalaman guna mengenang si guru. Pada titik ini, saya pun sadar kalau jasa seorang guru akan selalu tertanam di mata (mantan) siswanya. Inilah salah satu kelebihan menjadi seorang guru.

Ucapan belasungkawa dan pelbagai kisah tentang mantan guru ini dibarengi dengan pelbagai spekulasi tentang kematian mantan guru kami sewaktu SMA itu. Beberapa teman kelihatannya membaca dan mendengar informasi kalau dia meninggal dunia karena menderita Covid-19.

Hingga salah seorang teman mengirimkan berita yang termuat dalam salah satu media online. Alur berita cukup meyakinkan. Dari alur berita itu dapat disimpulkan kalau guru kami itu meninggal dunia karena Covid-19.

Setelah berita itu masuk ke grup dan dibicarakan, muncul informasi lain untuk menampik spekulasi dan bahkan berita yang sudah termuat dalam salah satu media online. Informasi itu menjelaskan kalau si mantan guru itu meninggal bukan karena Covid-19.

Lantas, apa sebab spekulasi tentang kematiannya dihubungkan dengan Covid-19?

Boleh jadi, spekulasi itu mencuat karena si mantan guru meninggal dalam situasi wabah virus Corona. Padahal, kenyataannya si mantan guru mempunyai riwayat sakit tertentu.

Spekulasi itu juga muncul karena proses penguburan dari si mantan guru. Biasanya penguburan selalu melibatkan kehadiran keluarga, teman dan banyak orang lain.

Proses pemakaman yang diterapkan bagi pasien yang meninggal dunia dalam situasi wabah virus Corona mesti dikuburkan seturut aturan dan prosedur tetap (protap) Covid -19. Anggota keluarga dan teman tidak boleh diikutsertakan.

Bahkan orang-orang bertugas dalam penguburan itu mesti mengenakan alat perlindungan diri seturut standar dan prosedur yang berlaku untuk pasien Covid-19. Jadinya, terkesan kalau yang meninggal dunia menderita Covid 19, padahal belum tentu benar.

Hasil pemeriksaan prihal kematian guru kami ini tiba setelah pelbagai spekulasi sudah menyebar luas. Hasil pemeriksaan menyatakan kalau si mantan guru ini meninggal bukan karena Covid-19 tetapi karena beberapa penyakit yang dideritanya.

Hasil pemeriksaan ini mematahkan spekulasi yang beredar. Pengalaman ini, hemat saya, bisa menjadi peringatan bagi setiap orang untuk tidak boleh cepat-cepat mengambil sebuah kesimpulan.

Yah, sebelum hasil pemeriksaan guna memastikan guru kami ini negatif ataukah positif, tidak sedikit orang yang sudah mengambil kesimpulan dini. Kesimpulan berasal dari observasi non medis dan pengetahuan yang terbatas.

Sedihnya, kesimpulan itu mengarah pada sakit Covid-19. Padahal, kenyataannya pemeriksaan untuk memastikan apakah yang bersangkutan sakit Covid-19 masih dalam proses.

Di hadapan spekulasi dan berita yang tidak benar itu, pihak keluarga juga mesti memberikan klarifikasi agar meluruskan opini yang sudah beredar di mata publik. Di tengah kedukaan, keluarga juga berhadapan dengan situasi yang rumit.

Saya kira salah satu pelajaran adalah agar tidak cepat membuat dan terjebak pada kesimpulan yang salah. Kesimpulan yang salah ini kadang terlahir karena ketidaksabaran untuk menunggu hasil pemeriksaan dan keterbatasan pengetahuan kita tentang virus Corona itu sendiri.

Mungkin saja, ada yang terlalu dipengaruhi oleh situasi. Karenanya, setiap persoalan yang berada dalam konteks seperti virus Corona ini dinilai selalu berhubungan dengan virus Corona itu.

Situasi yang persis sama mengingatkan saya pada situasi tentang salah satu pasien pertama, pasien dalam pengawasan (PDP) yang meninggal dunia di salah satu rumah sakit di kota kami. Berita kematian ini sontak saja menyebabkan keheboan.

Masyarakat menjadi heboh karena cenderung berpikir kalau sebab kematian adalah virus Corona. Padahal belum ada hasil kalau yang bersangkutan meninggal karena penyakit Covid 19.

Namun spekulasi-spekulasi yang dibuat menciptakan opini publik kalau yang bersangkutan meninggal karena Corona. Dampak lanjutnya, hal itu menimbulkan kecemasan bagi banyak orang.

Hemat saya, spekulasi terlahir karena keterbatasan pengetahuan tentang apa yang sementara terjadi terlebih khusus tentang wabah virus Corona.

Pengetahuan itu bisa berupa prosedur penanganan pasien entah itu di bawah pengawasan, monitor maupun pasien positif Corona. Dari istilahnya saja, hal ini berbeda satu sama lain. Sekiranya, masyarakat mempunyai pengetahuan tentang hal itu.

Berada dalam spekulasi yang salah bisa memperkeruh suasana. Agar tidak terjebak dalam spekulasi, kita juga mesti mengikuti prosedur yang telah ditetapkan pemerintah sembari mencari pengetahuan yang benar tentang wabah Corona ini.

Saya kira pemerintah mempunyai prosedur untuk menyatakan seorang pasien positif atau negatif menderita Covid 19. Dengan mengikuti prosedur itu, kita bisa tahu ke mana arah pikiran dan tingkah laku kita di hadapan wabah virus Corona.

Untuk guruku, Semoga beristirahat dalam Damai Tuhan!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun