Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dipenjarakan dan Didenda, Cara Singapura agar Masyarakat Taat Aturan "Social Distancing"

27 Maret 2020   15:57 Diperbarui: 27 Maret 2020   15:56 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hemat saya, ketegasan di balik aturan ini karena pemerintah sudah mengukur tingkat kedisiplinan warga negaranya. Apa jadinya kalau aturan ini diterapkan di negara yang standar kedisplinan masih tidak terlalu baik. Bisa jadi, persoalan lanjutnya adalah meningkatnya kapasitas penjara.

Negara Singapura dinyatakan sebagai salah satu negara yang berhasil melawan penyebaran virus Corona. Dalam meneliti penyebaran virus corona, pemerintah memanfaatkan jasa penyelidikan polisi dan menggunakan kamera untuk mencari jejak dari orang-orang yang terjangkit virus Corona.  

Kasus positif Covid-19 pertama di Singapura terjadi pada 23 Januari. Aturan yang ketat ini memungkinkan Singapura mengontrol penyebaran Virus Corona.

Namun situasi berbeda pada akhir-akhir ini. Pada hari Kamis, pemerintah menemukan 52 kasus baru. 28 dari kasus ini berasal dari orang-orang yang mempunyai sejarah perjalanan di Eropa, Amerika Utara, Timur Tengah dan beberapa bagian negara Asia (time.com 27/3/2020).

Di saat banyak negara seperti Italia, India, Spanyol memutuskan untuk lockdown, pemerintah Singapura tidak mengambil keputusan itu. Menurut pemerintah Singapura, memperhatikan secara serius aturan Social/physical distancing adalah cara untuk melawan penyebaran virus Corona.

Sejauh ini, ada 683 orang yang terjangkit virus corona di Singapura dan dua orang meninggal dunia (ABS-CBN. Com 27/3/2020)

Tentunya, sulit bagi Indonesia mengikuti langkah Singapura. Dari luas wilayah, gampang bagi Singapura mengontrol warganya bila dibandingkan dengan Indonesia.

Untuk konteks Indonesia, Presiden Jokowi tidak mau mengambil keputusan lockdown. Dua alasan Jokowi tidak mau melakukan lockdown yakni kedisipilinan dan karakteristik budaya yang ada di Indonesia.

Socia//physical distancing menjadi alternatif. Menurut Presiden Jokowi, metode ini menjadi berhasil kalau masyarakat sungguh-sungguh mempraktikkannya (Inquirer. net 26/3/2020).

Dengan kata lain, kalau mengikuti langkah Singapura, masyarakat mesti menjalankan social/physical distancing. Kalau boleh, pemerintah juga mengambil jalan tegas agar masyarakat sungguh-sungguh mempraktikkan social/physical distancing tersebut.

Singapura gampang menerapkan aturan itu, karena tingkat kedisiplinan diri masyarakat sudah teruji. Sebaliknya, Indonesia masih sulit menerapkan karena kurangnya kedisiplinan yang dihidupi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun