Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Bupati di Italia Menilai Laga Antara Valencia Kontra Atalanta sebagai Bom Biologis

26 Maret 2020   11:21 Diperbarui: 26 Maret 2020   11:42 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suporter Atalanta. Sumber foto: Talksport.com

Banyak kompetesi sepak bola dihentikan untuk sementara waktu. Keputusan yang tepat. Covid-19 sangat rentan menyebar di tempat yang dipenuhi massa.

Setelah Covid-19 menyebar di China, beberapa liga Eropa masih melangsungkan pertandingan secara normal. Para penonton tetap berada di tribun.

Situasi perlahan berubah. Awalnya penonton tidak dijinkan untuk berada di stadion. Kedua kesebelasan harus rela berlaga tanpa penonton.

Mungkin terasa hambar. Tetapi itu dilakukan demi kebaikan bersama-sama. Berbarengan dengan kasus penyakit Covid-19 yang meningkat, laga demi laga dibatalkan.

Hingga banyak badan sepak bola memutuskan untuk menghentikan kompetesi untuk sementara waktu.

Di balik penghentian ini, kenyataan juga menunjukkan kalau para pemain dan pelatih tidak luput dari penyakit Covid-19. Ironis memang karena secara umum mereka -- para pemain dan pelatih mempunyai pola hidup teratur. Pada titik ini, kita bisa disadarkan kalau virus Corona sangat beresiko untuk siapa saja.

Yah, pertandingan sepak bola sangat riskan dalam penyebaran virus Corona. Ini karena keterlibatan suporter dalam jumlah banyak. Pembatalan kompetesi adalah langkah yang tepat dalam mencegah penyebaran virus Corona.

Seturut apa yang disampaikan oleh pelatih Liverpool, Jurgen Klopp, "Menangani Kesehatan lebih mendesak daripada pertandingan sepak bola."

Sepak bola dikorbankan. Nyawa manusia mesti diselamatkan. Toh, pada dasarnya, sepak bola menjadi hidup karena keberadaan manusia.

Pertandingan sepak bola dinilai menjadi salah satu penyebab penyebaran virus Corona. Mayor Bergamo, Italia, Giorgio Gori menilai kalau laga antara Valencia dan Atalanta di kompetesi Liga Champions pada leg pertama serupa dengan serangan bom biologis (marca.com 25/030/2020).

Bergamo sendiri merupakan salah satu kota yang paling berdampak karena virus Corona di Italia.

Bupati Bergamo juga yakin kalau kasus penyebaran virus Corona di Italia dan Spanyol tidak lepas dari keberadaan para suporter yang hadir dalam laga antara Valencia versus Atalanta tersebut.

Pada laga pertama, tim Valencia asal Spanyol bertandang ke Italia (19/2/2020). Ada 44,000 ribu fans yang memadati stadion di Milan, Italia.  

Atalanta mesti menyambut Valencia di San Siro karena stadion kepunyaan mereka dalam taraf renovasi. Laga ini sendiri dimenangkan oleh Atalanta 4-1.  

Bupati Bergamo menilai kalau para fans yang melakukan perjalanan ke kota Milan ini bisa menjadi pembawa infeksi ke Spanyol dan peluang penyebaran virus Corona di Italia.

Awalnya banyak orang yang tidak menyadari keberadaan virus Corona di Italia. Pasalnya, pasien yang dinyatakan positif di Italia pada tanggal 23 Februari.

Kalau virusnya sudah menyebar, bukan tidak mungkin virus itu menjangkiti para suporter yang hadir dalam laga tersebut.

Bisa jadi karena kontak antara fans memungkinkan penyebaran virus Corona. Penyebaran berlanjut saat para fans kembali ke tempat asal mereka di Spanyol.

Beberapa pemain Valencia dinyatakan positif Covid-19, seperti Ezequiel Garay, Jose Gayadan Eliaquim Mangala. Sementara dari pihak Atalanta, yang dinyatakan positif adalah penjaga gawang Marco Sportiello.

Menariknya, pasien pertama yang dinyatakan positif di Valencia adalah seorang wartawan, Enrique Mateu. Wartawan ini kebetulan sekali meliput laga antara Valencia dan Atalanta di Milan. Syukurnya, wartawan berhasil sembuh setelah dirawat selama 25 hari di rumah sakit.

Sejauh ini negara Italia dan Spanyol mempunyai tingkat penyebaran kasus Virus Corona paling tinggi di luar daratan China. Bahkan angka kematian dari kedua negara ini sudah melampaui angka kematian yang terjadi di China.

Di balik penilaian Bupati Bergamo, ini bisa mengingatkan kita tentang dampak kerumunan dan keramaian dalam penyebaran virus Corona. Karenanya, sungguh disayangkan kalau orang masih nekad melakukan acara dengan melibatkan keramaian orang di tengah merebaknya wabah virus Corona.

Dengan kata lain, kita mesti bersabar sementara waktu untuk menjauhi keramaian dan kerumunan banyak orang. Ada waktunya kita bisa kembali dalam situasi normal. Ini pun bergantung pada ketaatan kita dalam mengikuti aturan dan arahan pihak medis. Termasuk arahan untuk tidak menciptakan keramaian dan menjauhi kerumunan.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun