Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Redupnya Jose Mourinho sebagai "The Special One" di Hadapan Para Pelatih Muda

11 Maret 2020   15:01 Diperbarui: 11 Maret 2020   15:04 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kekalahan Jose Mou di hapadan para pelatih muda ini menggambarkan kalau persaingan antara pelatih kian tajam dan sengit. Kehadiran para pelatih muda memberikan warna tersendiri di arena sepak bola.

Dengan ini, Jose Mou sekiranya sadar kalau popularitas pelatih lama bisa saja menjadi redup di hadapan kualitas dan gaya kepelatihan dari para pelatih muda.

Jose Mou tidak sendiri mengalami kejatuhan di hadapan para pelatih muda. Pada pekan lalu, pelatih gaek asal Italia, Carlo Ancelotti yang melatih Everton juga mesti tunduk di hadapan mantan anak asuhnya, Frank Lampard.

Saat ini situasi di dunia kepelatihan makin berbeda. Banyak pelatih baru dengan usia muda dan semangat energik menghiasi dunia sepak bola. Figur seperti Steven Gerrard dan Xavi Hernandes adalah beberapa nama yang bisa dalam waktu dekat ikut menghiasi persaingan para pelatih di Eropa.

Jose Mourinho mengawali kegemilangannya sebagai seorang pelatih muda di Porto. Dua musim bersama Porto, Mou berhasil mempersembahkan 6 trofi. Puncaknya, saat Mou berhasil membawa Porto menjuarai Liga Champions setelah mengalahkan Monaco di final (3-0) (detik.com 29 September 2015)

Seketika itu pula, Jose Mou yang masih muda mencuat ke permukaan dan berpetualang di Liga Inggris bersama Chelsea. Dari Chelsea, dia pergi ke Inter Milan hingga ke raksasa Spanyol, Real Madrid. Perjalanan karir ini menunjukkan rekam jejak dan reputasi Mou sebagai seorang pelatih.

Namun di balik rekam jejak dan reputasi itu, ada waktunya harus turun gunung. Ini bisa terjadi karena faktor usia atau pun munculnya generasi baru yang membawa kualitas dan pendeketan baru.

Yang bertahan adalah mereka yang bisa beradaptasi dan menciptakan pendekatan dan strategi yang mumpuni. Yang tidak bertahan akan keluar dari peredaran hingga bermuara tidak dikontrak menjadi pelatih profesional.

Saya kira ini adalah bagian dari siklus kepelatihan di sepak bola. Ada waktunya seorang pelatih berada di puncak. Ada waktunya sang pelatih untuk turun takhta dan membiarkan para pelatih baru memainkan peran mereka.

Titel Mou sebagai seorang "the Special One" mendapat tantangan serius dari para pendatang baru. Titel itu bisa akan meredup kalau saja Mou tidak segera bangkit dan memperbaiki kualitas timnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun