Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mendengarkan Anak, Salah Satu Metode Orangtua Mengawasi Anak

10 Maret 2020   07:08 Diperbarui: 10 Maret 2020   07:24 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Kompas.com

Setiap orang memiliki pelbagai macam kisah dan pengalaman hidup. Karena kisah dan pengalaman itu, ada kecenderungan untuk mengisahkannya entah itu lewat tulisan maupun bahasa lisan.

Menuangkan sebuah kisah dan pengalaman kerap menghadirkan kelegaan. Apalagi kalau kisah dan pengalaman itu merupakan persoalan yang menimbulkan beban batin.  

Kelegaan bisa semakin besar kalau yang mendengarkan kisah tersebut mempunyai respon yang positif. Dia mendengarkan kisah itu dengan seksama dan memberikan respon tanpa cenderung mendominasi dan menghakimi.

Sewaktu masih berada di sekolah berasrama, ada salah satu program yang biasa kami buat setiap hari Jumat malam. Tepatnya dari jam 06.00 sampai 07.00 malam. Program itu adalah sharing atau membagi pengalaman di antara teman-teman dalam sebuah kelompok.

Biasanya dalam satu kelas, kami terbagi dalam lima sampai enem kelompok. Dalam satu kelompok, ada lima sampai enem orang. Tujuannya agar proses sharing bisa efektif dan setiap orang mempunyai kesempatan untuk membagikan pengalaman.

Salah satu hal yang saya perhatikan adalah upaya setiap anggota kelompok untuk mendengarkan kisah dan pengalaman dari salah satu anggota kelompok. Setiap orang berusaha mendengarkan salah seorang yang bercerita tanpa dibarengi dengan asumsi tertentu. Intinya, salah seorang bebas berbicara seturut tema yang ditentukan atau pertanyaan penuntun dan yang lain mempunyai peran untuk mendengarkan.

Bagi orang yang berbicara, dia merasa tenang dan senang karena ada orang yang mau mendengarkan pengalamannya. Paling tidak, dia bisa mengekspresikan apa yang dia pikirkan dan rasakan. Jadinya, dia tidak menyimpan dan menumpuk pengalaman itu di dalam dirinya.

Pasalnya, saat pengalaman negatif yang ditumpuk, hal itu bisa melukai dirinya sendiri. Tidak hanya sampai di situ, bahkan dia bisa mencari instrumen dan cara untuk meluapkan perasaan negatifnya tersebut.

Persoalannya, saat peluapannya dilakukan dengan cara yang salah. Hal itu tidak hanya merugikan dirinya sendiri tetapi orang lain.

Mendengarkan Bisa Menjadi Metode Orangtua Mengawasi Anak.
Anak mempunyai kisah dan pengalaman tersendiri. Pengalaman itu bisa diperoleh lewat relasi mereka di tempat bermain, di sekolah dan di lingkungan sekitar.

Selain itu, berkat perkembangan internet saat ini, anak bisa menimbah pengetahuan dan pengalaman tersendiri. Beberapa anak bahkan memperoleh pengetahuan yang seharusnya tidak pantas untuk usia mereka di media sosial.

Pertanyaannya, apakah orangtua memberikan waktu untuk berbicara dan mendengarkan anak-anak?

Mendengarkan anak tidak menunggu waktu tertentu. Seharusnya hal itu sudah bermula sejak kecil.

Biasanya sewaktu masih berusia balita, anak menyampaikan banyak pertanyaan kepada orangtua. Beberapa di antaranya sudah pandai bercerita dan menyampaikan pendapat. Pada situasi seperti inilah, orangtua mesti memberikan diri untuk mendengarkan kisah mereka.

Semakin orangtua perhatian dan atentif mendengarkan kisah anak, anak bisa merasa nyaman untuk bercerita. Dengan ini, anak melihat ada figur yang dipercaya dan mau mendengarkan cerita mereka.

Kondisi ini bisa terus terjadi saat anak bertumbuh. Bercerita kepada orangtua menjadi pengalaman yang lumrah karena orangtua menjadi figur yang nyaman untuk mendengarkan kisah anak.

Bukan tidak mungkin, anak juga membicarakan pengalaman mereka di sekolah, di tempat bermain dan bahkan apa yang mereka jumpai dan alami lewat internet dan media sosial. Mereka bercerita kepada orangtua karena mereka merasa orangtua sebagai tempat yang nyaman  dan bisa dipercaya untuk mendengarkan kisah mereka.

Mendengarkan anak merupakan salah cara untuk mengawasi perkembangan anak. Lewat kisah dan pengalaman seorang anak, orangtua bisa tahu pola pikir seorang anak.

Toh, pola laku selalu bermula dari pola pikir. Pola pikir yang baik selalu mengarah pada tingkah laku yang benar.

Kisah dan pengalaman anak bisa mempengaruhi pola pikir mereka. Kalau pola pikir mereka sudah salah, orangtua bertanggung jawab untuk meluruskan dan membenarkan pola pikir tersebut agar tidak bergerak ke arah yang negatif.

Hal ini kembali pada kesediaan hati dan kemampuan orangtua untuk mendengarkan anak. Anak mau bercerita tentang apa yang mereka alami dan pikirkan kalau orangtua sudah menjadi pendengar yang baik.

Tetapi kalau tidak, anak bisa memendam pikiran dan perasaannya. Ujung-ujungnya, mereka akan meluapkannya lewat cara yang salah.

Mendengarkan anak merupakan bentuk pengawasan orangtua kepada anak. Orangtua belajar dan mengarahkan anak lewat kisah dan pengalaman yang mereka tuturkan.

Pengalaman yang benar mesti diarahkan untuk dipertahankan. Pengalaman yang salah dan keliru mesti diarahkan dan dibenarkan agar anak tidak terjebak pada perilaku yang salah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun