Survey yang dilakukan oleh TNS Ilres ini menunjukkan kalau minat pada kendaraan pribadi lebih besar daripada fasilitas publik.
Makanya, menteri transporatasi Lusembourg, Francouis Bausch mengatakan kalau sistem yang sedang diterapkan saat ini merupakan cara untuk menarik banyak orang menggunakan angkutan umum.
Pembebasan biaya itu akan menghilangkan pendapatan yang diperoleh dari angkutan umum. Ada sekitar 41 juta euro yang akan hilang per tahun dari pendapatan tiket yang dijual ke publik. Mengatasi kehilangan itu, pendapatan pajak negara dinilai bisa menutupinya. Jadinya, ada anggaran tambahan dari negara yang dialokasikan dari pajak.
Meski demikian, membebaskan biaya bagi transporatasi umum tidak disambut positif oleh semua pihak. Menurut Professor Hesse, solusi yang diterapkan oleh pemerintah tidaklah tepat sasar.
Menurutnya, persoalan utama yang menyebabkan banyak jumlah kendaraan pribadi karena gaji yang tinggi dan harga bahan bakar yang relatif murah bila dibandingkan dengan negara-negara tetangga.
Bahkan ada kecenderungan, mobil-mobil dari negara-negara tetangga melakukan travel ke Luxembourg, tetapi mempunyai intensi untuk membeli bahan bakar di Luxembourg. Makanya ada istiliah "turis bahan bakar" (fuel tourists). Mereka adalah orang-orang yang datang dari luar dan pergi ke Luxembourg untuk membeli bahan bakar.
Luxembourg tentunya sudah mempertimbangkan pelbagai kemungkinan dalam memberlakukan bebas biaya bagi penggunaan transportasi publik seperti bus dan kereta api. Dari sisi ekonomi, Luxembourg mungkin sudah siap bila dibandingkan dengan Indonesia.
Tetapi bukan tidak mungkin hal ini bisa menjadi langkah taktis bagi setiap pemerintah untuk membatasi penggunaan kendaraan pribadi.
Mungkin untuk konteks Indonesia, Pengadaan angkutan publik yang nyaman, murah dan aman menjadi salah satu solusi untuk menarik minat banyak orang untuk beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi publik. Tanpa menyiapkan transportasi yang nyaman, aman dan murah, banyak orang pastinya lebih memilih kendaraan pribadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H