Menurut pengakuan sang ayah, Daragh mempunyai tujuan dan isi surat yang berbeda dari teman-teman sekelasnya. Sebagian besar temannya menulis surat sebagai seorang suporter kepada idol mereka.
Sebaliknya Daragh menulis surat yang berisi komplain kepada Klopp yang tampil gemilang bersama timnya Liverpool di Liga Inggris. Surat itu dibuat pada bulan Januari lalu (talksport.com 21/2/2020).
Surat bocah berusia 10 tahun itu tidak bertepuk sebelah tangan. Awalnya keluarga Daragh begitu terkejut saat mendapatkan surat yang mengatasnamakan Daragh Curley. Mereka terkejut tentang siapa yang menulis surat kepada anak mereka yang masih berusia 10 tahun.
Keterkejutan keluarga Daragh kian bertambah saat mereka mengetahui kalau yang menulis surat itu adalah Jurgen Klopp, Pelatih Liverpool. Dalam surat itu, Klopp menjelaskan alasannya menolak permintaan Klopp.
Manchester United sendiri mengakui kalau mereka bangga dengan aksi dari Daragh. Aksi Daragh ini menunjukkan passion salah seorang fan demi timnya. Boleh jadi Daragh akan menjadi salah satu fan fanatik MU di waktu yang akan datang.
Aksi tulisan surat dari seorang bocah dan balasannya dari Klopp ini menunjukkan sisi kemanusiaan dari sebuah sepak bola.
Seorang bocah mempunyai jalan pikirannya sendiri tentang sepak bola dan seluk beluknya. Sementara Klopp juga berusaha menempatkan dirinya pada niat dari seorang bocah yang menulis surat untuknya.
Pada titik seperti ini, kita patutnya berbangga dengan pengaruh sepak bola yang melampaui konteks lapangan hijau.
Di luar lapangan hijau, ada harapan pada suporter mengenai tim yang didukung. Harapan itu dibaluti perasaan para suporter saat kalah maupun menang.
Saat menang, para suporter ingin agar kemenangan itu bertahan untuk sekian waktu. Kemenangan itu pun patut dirayakan sebagai bagian dari kehidupan.
Tetapi saat kalah dan melihat tim lain menang, ada rasa sakit hati. Sakit hati dibarengi dengan asa agar tim lawan bisa kandas.