Penantian yang cukup panjang, tetapi bisa memberikan resiko dan konsekuensi kepada kekuatan tim ke depan.
Konsekuensi itu bisa berupa minat para pemain untuk bergabung dengan Man City. Bukan rahasia lagi kalau banyak pemain berniat bergabung dengan tim-tim besar karena niat mereka untuk bermain di Liga Champions. Tanpa jaminan untuk bermain di Liga Champions, mereka bisa berpaling pada tim lain.
Selain itu, di dalam tubuh Man City sendiri, larangan dua musim bisa menjadi obat yang mengetes loyalitas para pemain Man City yang sementara ada di tim untuk saat ini.
Loyalitas itu nampak lewat kerelaan mereka untuk tidak bermain di kompetesi antarklub Eropa untuk dua musim berturut-turut.
Memang tidak gampang karena bermain dan meraih sukses di level Eropa kerap memberikan pengalaman berbeda bagi karir seorang pemain.
Ketidakikutsertaan Man City di kompetesi klub antarklub di Eropa membuka peluang emas bagi tim-tim di Liga Inggris. Secara tidak langsung, spot peringkat ke-5 menjadi rebutan banyak tim.
Pada musim ini, tim-tim seperti M. United, Tottenham Hotspur, Chelsea, Sheffield United, Wolves, Everton dan bahkan Arsenal mempunyai poin yang hampir sederajat.
12 pertandingan tersisa pada musim ini bisa menentukan kiprah tim-tim ini untuk bermain di Eropa. Meraka bisa berjuang untuk meraih peringkat ke-5 agar bisa tampil di Liga Champions musim depan.
Dengan keluarnya keputusan larangan Man City tampil di Liga Champions berturut-turut memberikan keterbukaan besar bagi tim-tim lain di Liga Inggris tampil di kompetesi antarklub di level Eropa.
Selama dua musim, M. City bisa menggunakan momen untuk fokus pada level Liga Inggris. Ini adalah kesempatan untuk mengganggu kekuasaan Liverpool di level domestik.
Memang terasa berbeda kalau tampil di kompetesi Eropa. Tidak hanya pemain yang mendapat pengalaman dalam karir mereka, tetapi ini juga memberikan keuntungan dari sisi finansial untuk sebuah tim.