Meski perayaan hari kasih sayang ini berevolusi seturut waktu, banyak yang tetap percaya pada doa dari orang kudus ini, santo Valentinus.
Salah satunya kebiasaan pasangan yang pergi ke gereja Whitefriar Street di Dublin, di mana tempat berdiam beberapa tulang belulang dari St. Valentinus. Banyak juga pasangan yang memutuskan untuk menikah pada tanggal 14 Februari di gereja ini.
Semuanya ini adalah kepercayaan pada kuasa St. Valentinus yang bisa menguatkan kasih di antara pasangan yang mau menikah maupun sudah menikah.
Sekarang ini, orang mengekspresikan perayaaan hari valentine dengan pelbagai macam warna.
Evolusi perayaaan Valentine berubah sejak pertengahan abad ke-18. Hal ini bermula di Inggris, di mana pasangan kekasih mulai mengirimkan kartu dengan bunga dan patung burung. Sejak saat itu, banyak orang mulai mengirimkan kartu tanda kasih sayang pada hari Valentine.
Pada dasarnya, perayaan hari Valentine tetap membawa pesan yang sama. Pesannya adalah kasih sayang. Hanya saja, perbedaannya terletak pada bagaimana orang mengekspresikan kasih sayang itu.
Berkat perkembangan media sosial, orang bisa membagikan pesan yang bernada kasih sayang. Cerita dan video yang bernuansa kasih sayang beredar di medsos sebagai bentuk untuk mewarnai hari kasih sayang.
Di mall, banyak dekorasi yang bernuansa kasih sayang. Merah menjadi salah satu warna dominan untuk mewarnai hari kasih sayang.
Pelbagai hal yang berhubungan dengan perayaan valentine menjadi target bisnis dan pasaran.
Kemarin saya sempat mengunjungi sebuah toko buku yang kebetulan bersebelahan dengan kampus salah satu universitas. Saya agak terkejut ketika mendapatkan barang-barang yang mendominasi toko buku.
Ada banyak jenis coklat dari pelbagai brand, bunga mawar plastik, boneka, dan kartu bernuansa cinta menghiasi kabinet dari toko buku itu. Apa yang dijual itu sudah membahasakan tentang peluang untuk menangkap momentum.