Film berjudl "Joker" berhasil menarik perhatian pecinta film saat dirilis pada tahun 2019 lalu. Karakter Joker yang diperankan oleh Joaquin Phoenix ini menjadi perhatian dan ulasan dari banyak pihak dan pengamat.
Di balik ulasan-ulasan itu, satu pesan yang mencuat kalau karakter Joker itu bisa saja juga muncul atau sudah berdiam di dunia nyata dan dalam kehidupan setiap hari.
Selain itu, ramainya ulasan tentang film Joker ini juga mengingatkan kita tentang kesuksesan film itu sendiri.
Betapa tidak, sebuah film acap kali berhasil bergantung pada reaksi para penonton. Kalau sebuah film berhasil menarik minat dan perhatian banyak pihak, pastinya itu disebabkan oleh kualitasnya.
Film Joker telah berhasil menarik perhatian banyak pencinta fim. Tidak sampai di situ. Bahkan para penonton juga ikut terbawa situasi dari film ke kenyataan sesungguhnya. Tidak sedikit, penonton yang berpikir dan merenungkan sosok-sosok Joker yang sudah dan bisa saja muncul di kehidupan nyata.
Pada titik inilah, film sebagai karya kreatif seolah menjadi jembatan antara dunia fiktif dan fakta.
Kalau sebuah film seperti Joker dinonton dengan kaca mata kritis, pastinya ada pelajaran yang bisa dikecap untuk kehidupan nyata.
Jadinya, konten sebuah film tidak berhenti untuk dinikmati di lingkup bioskop dan cinema, tetapi ada makna dan pelajaran yang dibawa ke dunia nyata.
Secara umum, film Joker berbicara banyak tentang masalah mental. Â Persoalan mental tidak boleh dianggap sepeleh karena itu bisa berpengaruh pada arah perjalanan hidup seseorang dalam kesehariannya.
Film Joker berhasil menunjukkan dan mengulas hal tersebut. Setelah menonton film Joker, maknanya bergantung pada penonton untuk menelaah agar persoalan yang terjadi pada Arthur Fleck yang menjadi Joker tidak terjadi pada kehidupan nyata.
Ulasan-ulasan tentang film Joker ini tidak lepas juga dari keberhasilan Joaquin Phonenix yang memerankan figur dan karakter Arthur Fleck (Joker). Perannya telah berhasil membangkitkan rasa dan nalar para pencinta film di dunia.
Berkat perannya itu, banyak orang berusaha menelaah film Joker ini dan mengaitkannya dengan kenyataan dan situasi hidup saat ini.
Dengan ini pula, raihan Oscar sebagai aktor terbaik bagi pemeran utama Joker, Joaquin Phoenix bukanlah sebuah kebetulan. Aktor Joaquin Phoenix patut mendapatkan penghargaan bergengsi ini.
Ini merupakan pencapaian dan kesuksesan karena buah dari dedikasi, ketekunan dan kerja keras dalam dunia perfilman. Penjiwaannya terhadap karakter Joker telah mengantarkannya pada penghargaan sebagai aktor terbaik dalam Piala Oscar yang ke-92.Â
Berkat raihan ini, Phoenix berhasil menyingkirkan Leonardo DiCaprio  (Once Upon a Time in Hollywood) dan Adam Driver (Marriage Story).
Menariknya, dedikasi Joaquin Phoenix tidak berhenti saat berakting di dunia film. Pidato dari salah satu pemeran film Gladiator ini juga menarik perhatian banyak pihak. Â
Pidato dari Phoenix saat dinobatkan sebagai aktor terbaik versi Piala Oscar membahasakan tentang jalan hidupnya, pemikiran dan pandangannya tentang kenyataan dunia saat ini.
Di awal pidatonya, Phoenix mengungkapkan kerendahan hatinya. Menurutnya, raihan Piala Oscar bukanlah sesuatu yang membuatnya superior dari para artis lainnya.
Sebaliknya dia melihat dan menyadari kalau lewat dunia perfilman, dia bersama dengan rekan-rekan artis lainnya telah menjadi suara bagi mereka yang tidak bersuara.
Lebih jauh, Phoenix berbicara tentang ketidakadilan. Dia mengemukakan kalau pada saat kita berbicara tentang ketidaksamaan gender, tindakan rasisme, hak kaum gay dan hak orang-orang pribumi serta hak hewan, semuanya itu merupakan upaya untuk melawan ketidakadilan yang terjadi di tengah masyarakat (mashable.com 10/2/2020).
Pidato singkat yang disampaikan oleh Phoenix saat meraih Piala Oscar ini membicarakan tentang realitas kehidupan.
Dunia film dan realitas kehidupan tidak bisa terpisahkan. Bahkan film bisa menjadi instrumen untuk menyampaikan dan membahasakan realitas kehidupan itu sendiri.
Film Joker menjadi salah satu film yang sudah berbicara tentang realitas kehidupan. Berkat peran dan isi dari film ini, banyak orang merenung dan berpikir tentang kepribadian diri sendiri, orang lain dan bahkan mengaitkannya dnegan realitas yang terjadi di tengah masyarakat.
Berangkat dari raihan dan pidato Phoenix dalam ajang piala Oscar ini, hemat saya ada dua pelajaran yang patut direnungkan lebih jauh.
Pertama, kita berharap agar film dan tayangan-tayangan pertelevisian kita mesti membahasakan realitas kehidupan kita.
Tayangan-tayangan itu mesti mendidik dan bahkan bisa menjadi instrumen untuk melawan ketidakadilan yang terjadi di tengah masyarakat.
Kedua, sudah saatnya kita perlu selektif dalam menonton tayangan-tayangan yang ada di Cinema dan pada program-program TV.
Tidak semua acara kita nonton, apalagi acara-acara yang melemahkan nalar dan menyesatkan pola pikir.
Kita perlu selektif dalam menonton agar apa yang kita bisa tonton itu bisa memberikan pesan dan makna penting bagi perkembangan kehidupan kita.
Phoenix berhasil meraih Piala Oscar berkat perannya sebagai si Joker. Dia juga berhasil membawa pesan dari film itu ke kehidupan nyata. Hal seperti inilah yang perlu dipelajari dari dunia perfilman agar sebuah film bukan hanyak sesuatu yang untuk dinikmati, tetapi yang perlu dipelajari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H