Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Revitalisasi Monas, Akankah Hasilnya Sesuai dengan Maknanya?

6 Februari 2020   13:58 Diperbarui: 6 Februari 2020   13:58 709
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI) versi Online menjelaskan jika revitalisasi adalah proses, cara, perbuatan menghidupkan atau menggiatkan kembali.

Istilah ini akrab bagi kita sejak adanya program pemerintah DKI Jakarta dalam program revitalisasi monas.

Pertanyaannya, apakah program itu benar-benar sebuah proses yang bertujuan menghidupkan kembali lingkungan dan ekosistem di Monas?

Untuk sementara, sangat sulit menjawab hal ini karena hasilnya belum selesai. Tetapi kalau melihat proses yang sedang terjadi, proses revitalisasi mendapat pelbagai tanggapan.  

Secara logis, kalau revitalisasi itu merupakan upaya menghidupkan kembali, pastinya ada kematian yang terjadi di kompleks Monas.

Tetapi mengapa pohon yang masih hidup yang menjadi korban dari upaya penghidupan kembali tersebut.

Pohon-pohon yang sudah bertumbuh sekian tahun di wilayah Monas itu tidak mati, tetapi kemudian ditebang demi kehidupan baru. Jadi, tidak heran orang berpolemik kalau nuansa revitalisasi ala pemerintah DKI ini terlihat ironis.  

Ya, sejak revitalisasi Monas dimulai, tidak sedikit suara kritis yang memberikan catatan atas program ini. Polemik mengudara di pelbagai sudut media.

Suara-suara kritis itu mempersoalkan salah satunya penebangan 191 pohon di wilayah Monas.

Kalau dipandang dari makna revitalisasi, penebangan pohon itu terlihat sebagai aksi yang cukup kontroversial. Pohon-pohon itu ada dan tumbuh sebagai bagian dari kehidupan. Paling tidak mereka memberikan kehidupan kepada masyarakat Jakarta yang diliputi oleh udara Jakarta yang sudah berpolusi.

Dengan ini, penebangan pohon-pohon itu secara tidak langsung sudah berseberangan dari arti dan makna revitalisasi itu sendiri.

Alih-alih makna revitalisasi memberikan dan mengembalikan kehidupan, malah yang terjadi penebangan pohon yang nota bene mengurangi nilai kehidupan itu sendiri.

Apa daya keputusan sudah dibuat. Pohon-pohon sudah ditebang. Sekarang publik menanti kembalinya kehidupan baru.

Gubernur Jakarta Anies Baswedan juga sudah menyatakan kalau revitalisasi terus dilanjutkan. Gubernur Jakarta ini menambakan konsep revitalisasi Monas itu berkonsetrasi di kawasan selatan Monas (kompas.tv 5/2/2020).

Hemat saya, mau tidak mau program ini harus terus dilanjutkan. Penebangan 191 pohon sudah menghilangkan kehidupan dari wilayah Monas. Kehidupan itu mesti kembalikan.

Bahkan sekiranya kehidupan baru itu mesti lebih hidup dari suasana yang ada sebelumnya. Pada titik itulah, proses revitalisasi yang menjadi program pemerintah DKI itu bisa mendapat apresiasi positif dan bisa saja mengakhiri polemik di mata publik.

Siapa pun pasti berharap kalau revitalisasi di ikon ibukota negara ini berjalan seturut maknanya. Dalam arti, revitalisasi itu tidak menghancurkan ekosistem, tetapi mengembalikan dan  memberikan kehidupan baru.

Bahkan proses itu menawarkan wajah baru yang mana orang bisa merasa nyaman berada di Monas. Tetapi kalau orang tidak merasa nyaman, itu berarti revitalisasi itu berseberangan  dengan makna yang sesungguhnya.

Dari istilahnya saja, kita tahu kalau revitalisasi merupakan proses untuk memberikan kembali sebuah kehidupan.

Tetapi kalau revitalisasi itu menghilangkan nilai kehidupan, pada titik itu pula makna revitalisasi berjalan berseberangan.

Sejauh ini, revitalisasi itu sudah menghilangkan nilai kehidupan. Penebangan sejumlah pohon di Monas sudah berseberangan dengan makna revitalisasi itu sendiri.

Secara logis, siapa pun pasti berpikir kalau revitalisasi itu bukan menghilangkan kehidupan, tetapi memberikan kehidupan. Makhluk hidup yang sudah hidup dalam kompleks Monas mendapat kehidupan baru. Kehidupan baru itu bisa berupa perawatan dan penghijauan lebih lanjut.

Untuk saat ini, kita menanti wajah dari makna revitalisasi yang sesungguhnya. Sekiranya revitalisasi ini bukanlah sekadar konsep manis, tetapi realitas yang sungguh-sungguh memberikan wajah baru di kawasan Monas dan ibukota Jakarta.

Ada kenyamanan yang memberikan kehidupan baru di kota Jakarta, tidak saja bagi warganya tetapi lingkungan Monas itu sendiri.

Untuk saat ini, mungkin publik sekiranya menanti seperti apa wajah revitalisasi yang didengungkan oleh pemerintah DKI Jakarta.

Penantian itu dibarengi dengan tetap memberikan suara kritis agar program itu bukan sekadar nama tetapi berjalan seturut makna yang sebenarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun