Dua gol di babak kedua (menit 63 dan 71) dari Tottenham Hotspur kian mempersulit kans Manchester City menempel Liverpool. Gap semakin melebar. Tidak tanggung-tanggung, 22 poin menjadi jarak yang memisahkan Liverpool dan City.
Secara matematis dan menimbang konsistensi Liverpool di kompetesi liga Inggris musim ini, Pep Guardiola boleh jadi pasrah trofi liga Inggris mendarat di Anfield.
Kekalahan dari Tottenham menjadi kekalahan keenem Manchester City dari 25 laga yang telah dilakonkan pada musim ini. Sementara Liverpool belum sekali mengecap kekalahan dan hanya sekali meraih hasil seri.
Masih ada 13 laga yang masih perlu dimainkan. Secara matematis, Liverpool hanya membutuhkan 6 laga untuk menjuarai Liga Inggris. Melihat konsistensi Liverpool, juara Liga Inggris kemungkinan besar lebih awal dirayakan di Anfield.
Sementara tim-tim lain seperti Manchester City, Leicester City, Chelsea, Tottenham, Manchester United tetap berjuang untuk mendapatkan tiket ke Liga Champions musim depan.
Untuk sementara Liverpool terlalu tangguh untuk dilengserkan dari singgasana pemimpin klasemen. Mungkin karena ini, Pep Guardiola sudah pasrah untuk merelakan trofi Liga Inggris ke tangan Jurgen Klopp.
Pep Guardiola bisa beralih fokus kepada si kuping besar, trofi Liga Champions. Trofi liga Champions bisa menjadi penghiburan besar bagi City.
Apalagi semenjak Manchester City di bawah kendali pengusaha kaya raya, Sheikh Mansour, trofi Liga Champions menjadi asa besar bagi M. City.
Investasi besar dengan mendatangkan para pemain dan pelatih merupakan bagian dari rencana untuk mendatangkan trofi liga Champions.
Hanya trofi Liga Champions yang belum pernah diraih oleh Manchester City. Keberhasilan dalam meraih trofi ini bisa mengukuhkan supremasi M. City sebagai salah satu klub elit di Eropa.
Tetapi kalau belum, M. City hanya dipandang sebagai klub yang mentereng di Inggris karena faktor kualitas para pemain, tetapi mentalitas melempem di Eropa.
M. City akan menghadapi ujian besar dalam babak ke-16 besar Liga Champions. Real Madrid menjadi lawan anak-anak asuh Pep Guardiola. Menurut catatan sejarah, Real Madrid mempunyai mentalitas kuat di level Liga Champions, sementara M. City sejauh ini belum menunjukkan mentalitas pemenang di Eropa.
Tugas Pep Guardiola kian berat. Apalagi performa Real Madrid sudah mulai menemukan ritme terbaik di bawah kendali Zidane.
Ya, Guardiola bisa memasrahkan trofi Liga Inggris dan memfokuskan timnya pada laga liga champions. Ini akan menjadi pencapaian yang bisa memberikan sukacita di Manchester City.
Kalau Pep Guardiola yang mungkin sudah pasrah dengan trofi Liga Inggris, Mikel Arteta terlihat gusar dan bingung karena belum menemukan formula dan ritme terbaik untuk Arsenal. Â Hasil imbang (0-0) kontra Burnley FC kian menjauhkan Arsenal dari empat besar klasemen.
Hasil imbang ini memperpanjang hasil seri yang diraih oleh pasukan Mikel Arteta. Hasil imbang ini menjadi hasil imbang yang ke-13 bagi Arenal pada musim ini.
Bahkan dari lima pertandingan terakhir, Arsenal meraih empat hasil seri dan sekali menang. Menariknya, di empat pertandingan beruntun, Arsenal meraih hasil imbang.
Hasil imbang ini menempatkan Arsenal di posisi ke-10 dengan mengumpulkan 31 poin. Jarak 10 poin dari Chelsea yang berada di peringkat ke-4 menjadikan tugas Arsenal kian rumit untuk mendapatkan tiket ke Liga Champions musim depan.
Hasil seri yang diperoleh oleh Arsenal mempertegas kalau jalan menuju transformasi di bawah komando pelatih baru asal Spanyol, Mikel Arteta bukanlah hal yang gampang.
Para penyerang Arsenal terlihat agak "ompong" di depan gawang lawan. Selain itu, saat Arsenal berpeluang untuk memenangkan pertandingan, lini belakang tidak terlalu solid menahan gempuran lawan yang menjadi gol penyama kedudukan. Â
Arsenal butuh waktu untuk mengembalikan mentalitas pemenang. Misi ini menjadi sulit dengan minimnya transfer pemain  berpengaruh ke Arsenal. Untuk itu, Mikel Arteta mesti bersabar menggunakan para pemain yang ada.
Â
Beruntungnya, di bawah kendali Arteta, Arsenal belum pernah mengecap kekalahan. Arsenal hanya membutuhkan motivasi untuk mengembalikan spirit untuk memenangkan sebuah pertandingan dan menjauh dari hasil seri.
Pep Guardiola dan Mikel Arteta pernah bekerja bersama di Manchester City. Guardiola merekrut Arteta selepas pensiun dari Arsenal dan menjadi asisten di M.City.
Arteta dikontrak Arsenal setelah Unai Emery dipecat. Arteta menjadi harapan untuk membawa Arsenal keluar dari situasi sulit. Namun untuk memuluskan harapan itu bukanlah perkara gampang. Arteta mesti mengembalikan mental pemenang di tubuh Arsenal.
Pep Guardiola mungkin kehilangan mentalitas pemenang di M. City. Sudah enem kali timnya kalah musim ini. Padahal di musim lalu, M. City tampil gemilang dengan hanya kalah 4 kali di keseluruhan laga di Liga Inggris.
Mikel Arteta sedang berusaha untuk mengembalikan spirit pemenang di tubuh Arsenal. Pep Guardiola mungkin sedang berpikir agar timnya tidak terus terbenam dalam kekalahan karena hal itu bisa berpengaruh pada kompetesi lainnya, terlebih khusus Liga Champions.
Â
Mungkin sudah saatnya Pep pasrah dengan titel liga Inggris sembari menjaga tempat di liga champions musim depan. Trofi Liga Champions mesti menjadi bidikan agar M. City tidak kecewa musim ini.
Arteta juga mesti berusaha untuk mengangkat moralitas para pemain untuk bisa berkiprah di Eropa musim depan. Mentalitas itu bisa menjadi modal untuk melangkah pada musim-musim yang akan datang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H