Sebut saja namanya Mawar. Dia memutuskan untuk menikah setelah mengambil Diploma III Bahasa Inggris di tahun 2004.
Satu-satunya alasan dia menikah muda dan tidak melanjutkan pendidikannya itu karena dia menilai suaminya bisa menafkai keluarganya.
Namun situasi berubah pada beberapa tahun silam. Sang suami meninggal dunia.
Kepergian sang suami pun mengakhiri topangan finansial keluarga. Mawar pun memutuskan kembali ke rumah orangtua.
Salah satu persoalan Mawar saat ini adalah bagaimana menafkai kedua anaknya. Hidup bersama orangtua tidaklah gampang. Apalagi orangtua sudah memercayakan Mawar sekian tahun di tangan suaminya.
Mawar juga tahu dan sadar kalau ada waktunya dia tidak bergantung pada kedua orangtuanya. Situasi ini pun membawa dilema dan kebingungan dalam kehidupan Mawar.
Makanya Mawar memutuskan untuk mencari pekerjaan. Berbekal ijasah Diploma III jurusan Bahasa Inggris dia mencari pekerjaan di beberapa tempat.
Rupanya sulit mencari pekerjaan hanya berbekalkan ijasah diploma. Ditambah lagi usia Mawar yang tidak lagi muda. 38 tahun.
Karenanya hingga saat ini, dia masih belum mendapatkan pekerjaan karena tidak adanya kebutuhan seturut ijasah yang dimiliki Mawar. Jalan satu-satunya bagi Mawar adalah bekerja apa saja tanpa peduli latar belakang pendidikannya dan berapa gaji yang diterima.
Di balik situasi ini, Mawar mengungkapkan kalau dia menyesali keputusannya menikah di usia muda dan tidak melanjutkan kuliahnya dulu.
Andaikata dia melanjutkan kuliahnya dan menikah saat sudah mapan, pastinya situasi hidupnya agak berbeda saat sekarang.
Situasi Mawar ini menggambarkan kenyataan yang juga terjadi pada banyak orang. Orang lebih mementingkan pernikahan bahkan menikah di usia muda. Karena keputsan ini, mereka mengabaikan pendidikan dan karir. Padahal pendidikan dan karir merupakan investasi penting dalam kehidupan berkeluarga.
Tetapi setelah beberapa waktu hidup menikah, mereka perlahan menyesali apa yang telah dipilih. Ternyata hidup menikah tidak semudah dengan apa yang dipikirkan.
Penyesalan itu juga bisa terjadi karena tuntutan hidup. Tuntutan hidup itu berupa prihal finansial. Salah satu pihak tidak cukup kuat untuk menyediahkan kebutuhan finansial untuk sebuah keluarga.
Atau seperti yang terjadi pada Mawar, tuntutan hidup semakin sulit saat suami yang merupakan pencari nafkah untuk keluarga meninggal dunia.
Sebaliknya juga, ada yang cenderung mengejar karir tetapi tidak peduli dengan hidup menikah. Komitmen untuk menjalin relasi diabaikan. Yang hanya dipikirkan dan dilakukan adalah mengejar karir.
Hidup menikah dan berkarir merupakan dua pilihan. Meski keduanya adalah dua pilihan, tidak menutup kemungkinan untuk menjalankan keduanya dalam satu koridor hidup harian.
Tidak sedikit orang yang menikah dan sekaligus menjalankan karir mereka dalam jalan yang seimbang. Mereka bisa mengimbangkan antara tanggung jawab karena tuntutan hidup menikah dan sekaligus tuntutan karir.
Namun banyak orang yang terjebak pada karir hingga mengabaikan tanggung jawab dalam hidup menikah. Relasi di dalam keluarga tidak dipedulikan.
Karena situasi seperti ini, banyak relasi hancur karena salah satu patner lebih mementingkan karir daripada relasi di dalam keluarga.
Menikah dan karir bisa berjalan berbarengan. Karir itu penting karena itu bisa menopang dan mendukung kehidupan keluarga. Â Tetapi karier tidak boleh menjadi halangan dan beban bagi kehidupan berkeluarga.
Antara menikah dan karir, keduanya bisa berjalan berbarengan. Lebih baik lagi kalau kedua pasangan saling mendukung antara satu sama lain.
Keduanya tidak hanya mendukung untuk menikah dan hidup berkeluarga, tetapi keduanya juga saling mendukung dalam hal berkarir.
Menikah dan berkarir bisa menjadi dua sisi kehidupan yang bisa dijalankan dalam satu arah. Agar tidak menyesal karena pernikahan di usia muda, pendidikan dan karir bisa dikedepankan hingga siap untuk menikah.
Pendidikan dan karir bisa menjadi investasi dalam hidup berkeluarga. Kalau terjadi sesuatu seperti yang dialami oleh Mawar dalam cerita di awal tulisan ini, paling tidak setiap patner sudah siap dengan segala situasi tersebut.
Dengan kata lain, setiap pihak berinvenstasi lewat pendidikan dan karir karena itu bisa menjadi jawaban atas persoalan yang bisa saja terjadi dalam kehidupan berkeluarga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H