Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Virus Corona, antara Upaya Pencegahan dan Pandangan Rasis Anti Cina

31 Januari 2020   10:23 Diperbarui: 31 Januari 2020   10:42 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dampak penyebaran virus Corona kian meluas. Bermula dari kota Wuhan, Cina, virus ini pun merambat ke beberapa negara. Karena situasi ini, Cina dan banyak negara di dunia melakukan langkah preventif agar virus ini tidak menyebar dan merusak kehidupan.
Sontak saja, kota Wuhan yang diidentifikasi sebagai awal kehadiran virus Corona diisolasi dan negara Cina pun menjadi perhatian banyak pihak.

Pada dasarnya, reaksi ini terlahir karena keinginan untuk mencegah virus Corona agar tidak menyebar luas. Selain itu, upaya ini merupakan bentuk untuk melindungi diri dan negara dari kehadiran virus ini.

Misalnya, beberapa negara seperti Filipina dan Vietnam memutuskan koneksi penerbangan ke kota Wuhan. Beberapa negara juga begitu perhatian dan selektif dalam menerima kehadiran turis asal Cina.

Beberapa waktu lalu di Jepang lahir sebuah hastag #ChineseDon'tComeToJapan. Hastag ini menjadi trending di Tweeter di Jepang. Hal ini bisa menjadi trending karena faktor kecemasan pada penyebaran virus Corona.

Selain itu, di Singapura, 10.000 orang menandatangani petisi  yang menyeruhkan kepada pemerintah untuk melarang orang-orang Cina masuk ke Singapura (New Yorks Time. Com 30/1/2020).

Apa pun yang dilakukan oleh pelbagai negara menanggapi kehadiran virus Corona, semuanya itu merupakan langkah preventif.

Tidak salah untuk melakukan upaya preventif, asalkan upaya itu tidak mengkotakkan orang pada stereotip yang salah. Dalam arti, upaya itu tidak memojokkan pihak-pihak tertentu, terutama negara Cina yang dinilai menjadi sumber dan korban terbesar dari virus Corona ini.

Dengan kata lain, upaya preventif ini tidak boleh terjebak pada tindakan rasis. Tindakan rasis ini bisa terlahir dari generalisasi pada situasi dan konteks kasus virus Corona.

Dalam arti, orang tidak boleh terjebak pada pandangan yang salah. Pandangan yang salah itu bisa berupa penilaian kalau semua orang Cina bisa menjadi faktor penyebab dari penyebaran virus Corona. Padahal ada banyak orang Cina yang tidak terjangkit dan dalam kondisi sehat.

Pikiran sempit ini ini bisa melahirkan tindakan rasis yang menilai kalau semua orang Cina berpeluang menjadi faktor penyebab penyebaran virus Corona. Akibatnya, tempat umum mengeluarkan pamflet yang melarang orang-orang Cina untuk masuk ke dalamnya.

Menteri Kesehatan Kanada, Patty Hajdu, mengatakan kalau orang-orang Kanada berdarah Cina bisa mendampak serius dari persoalan virus Corona.  Orang-orang akan menghindar bisnis mereka karena faktor kecemasan atas apa yang sedang terjadi (Reuters.com 29/1/2020)

Atau juga, muncul kecemasan dalam berelasi dengan orang-orang Cina. Pelarangan untuk melakukan kontak dengan orang Cina. Padahal mereka sudah lama berada di tempat itu sebelum virus Corona mencuat ke permukaan.

Upaya dan sikap yang muncul seperti ini bisa melahirkan xenophobia. Xenophobia merupakan ketakutan kepada orang-orang asing.  Dalam konteks persoalan virus Corona, bisa jadi terlahir kecemasan kepada orang-orang Cina atau juga hal-hal yang bernuansa Cina, walaupun hal-hal itu tidak bersentuhan langsung dengan Cina.
 
Lebih lanjut, kalau persoalan virus Corona tidak diatasi segera mungkin, bisa jadi Cina sebagai sebuah negara akan menghadapi masalah serius.

Betapa tidak, Cina saat ini dikategorikan sebagai salah satu raksasa ekonomi di dunia. Secara ekonomi, pengaruh negara Cina menyebar ke banyak negara.

Semakin banyak negara yang mungkin membatasi relasi dengan Cina, semakin sempit Cina menjalankan perekonomian mereka. Ujung-ujungnya ini bisa berdampak pada stabilitas negara itu sendiri.

Hal ini bisa terjadi pikiran kita terjebak pada generalisasi yang salah tentang segala sesuatu yang berhubungan virus Corona. Virus Corona memang bermula di kota Wuhan, salah satu kota di Cina. Tetapi bukan dengan ini, semua orang Cina berpeluang menjadi faktor penyebar virus Corona.

Prinsipnya, tidak semua orang Cina terjangkit virus Corona. Tidak semua orang Cina menjadi pembawa virus Corona. Masih ada banyak orang Cina yang dalam kondisi sehat dan tidak terjangkit dengan virus Corona.

Virus Corona bermula dari Cina dan sudah menyebar ke beberapa negara. Daripada kita terlalu fokus kepada orang-orang Cina secara umumnya, kita lebih baik membangun tindakan preventif dari dalam diri sendiri dan bagaimana membangun tindakan preventif agar virus Corona tidak berpeluang masuk ke tempat kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun