Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mentalitas "Jam Karet", Pembiaran dan Pembelaan Diri pada Ketidaktepatan Waktu

28 Januari 2020   06:20 Diperbarui: 28 Januari 2020   10:25 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memaklumi mentalitas jam karet hanya menciptakan pembiaran dan pembenaran dari sebuah kebiasaan selalu terlambat dan tidak tepat waktu menghadiri sebuah kegiatan. Orang pun menjadi tidak merasa bersalah saat terlambat.

Kalau tidak dikontrol, ketidaktepatan waktu menjadi kebiasaan pribadi dan sosial. Terlambat pun ditolerir. Ujung-ujungnya, pola hidup harian secara pribadi dan masyarakat menjadi tidak teratur.  

Persoalannya saat berhadapan dengan orang dan sistem yang sudah menghidupi kedisiplinan dalam mengatur waktu. Bisa saja terjadi konflik antara mentalitas jam karet dan yang terbiasa hidup dalam aturan yang teratur.

Di era yang selalu menuntuk kecepatan seperti saat ini, mentalitas jam karet bukanlah jawaban dari pola hidup sosial. Yang tidak tepat waktu dan disipilin mengatur waktu akan kalah dalam sebuah kompetesi. Sementara yang tepat waktu dalam memanfaatkan waktu selalu berakhir sebagai pemenang dari sebuah kompetesi.

Mentalitas "jam karet" merupakan salah satu tatangan dalam tatanan hidup sosial. Mentalitas ini tidak boleh dibiarkan. Mentalitas ini hanya menjadi penghambat sebuah produktivitas di dalam sebuah komunitas sosial.

Dengan kata lain, ketepatan waktu dan hidup disipilin mesti ditegakkan. Setiap orang sekiranya berjalan seturut aturan yang telah disepakati. Lantas, siapa yang memulai untuk menghancurkan mentalitas jam karet?

Hemat saya, salah satunya adalah pemimpin. Pemimpin itu hadir dalam rupa para pemimpin pemerintahan, politik dan agama.

Saya teringat cerita tentang kisah seorang pastor yang berasal dari Jerman dan bertugas di Flores. Mentalitas dari negaranya, Jerman mengedepankan kedisiplinan waktu yang tinggi. Pada setiap pelayanan yang dilakukannya, sang pastor selalu datang sebelum waktu yang disepakati dan melakukan pelayanan dengan tepat waktu.

Sang pastor tidak peduli berapa banyak orang yang sudah hadir. Sedikit ataukah banyak, dia akan memulai pelayanannya. Karena kebiasaan ini, masyarakat pun dipompa untuk datang tepat waktu seturut waktu yang telah disepakati.

Kalau setiap pemimpin datang tepat waktu dan memulai kegiatan seturut waktu yang telah diatur, mentalitas jam karet bisa dihapuskan. Masyarakat pastinya akan mengikuti kebiasaan seorang pemimpin.

Tetapi kalau para pemimpin menjadi pihak yang selalu terlambat dan mengikuti ritme mentalitas masyarakat yang tidak tepat waktu, mentalitas jam karet malah tidak akan terhapus dari konteks hidup masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun