Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Harry dan Meghan Keluar dari Kerajaan Inggris, di Indonesia Orang Masuk Kerajaan Fiktif

22 Januari 2020   07:22 Diperbarui: 22 Januari 2020   07:32 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Meghan dan Harry. Sumber foto: ABC News

Beberapa pekan lalu, pelbagai media memberitakan keputusan berani Pangeran Harry dan Megan Markle. Pangeran Harry dan Meghan Markle merupakan bagian dari Kerajaan Inggris.

Keduanya bersama putera mereka, Archie memutuskan untuk meninggalkan kehidupan istana di Inggris. Mereka memilih untuk hidup sebagai orang biasa, indenpenden dan bebas.

Mereka tidak hanya meninggalkan istana di Inggris, tetapi mereka mau menjalani kehidupan sebagai orang biasa di negara Kanada. Popularitas dan priviledge di Inggris ditinggalkan dan kehidupan baru ditempuh di Kanada.

Keputusan itu tidak lepas dari keinginan untuk hidup damai. Pangeran Harry mengatakan kalau pilihan untuk keluar dari Kerajaan merupakan pilihan untuk kehidupan damai (thedailybeast.com 19/1/20).

Meski pilihan ini menimbulkan kesedihan bagi Harry yang lahir, tumbuh dan besar di lingkaran kerajaan Inggris, tetapi Pangeran Harry menilai kalau pilihan itu merupakan jalan untuk mendapatkan kehidupan yang tenang.

Keputusan ini pun meninggalkan aneka konsekuensi. Salah satu konsekuensi besar yang mereka terima adalah pemutusan keistimewaan yang diperoleh dari Kerajaan Inggris. 

Salah satu pemutusan itu adalah soal keuangan. Keuangan mereka pun tidak lagi bergantung pada finansial dari Kerajaan Inggris.

 
Untuk orang yang haus akan popularitas dan kuasa, pastinya akan berpikir seribu kali untuk meninggalkan kuasa seperti yang ada pada pangeran Harry dan Meghan.

Bahkan tidak sedikit yang mungkin heran dengan keputusan nekad melepaskan aneka keistimewahan dari hidup di Istana dan beralih pada hidup baru.

Mungkin orang dan kelompok yang heran adalah mereka yang terjebak dan terlibat dalam fenomena kerajaan fiktif di Indonesia. Pasti mereka tercengang, karena di saat mereka baru mendirikan kerajaan yang ternyata fiktif, ada pangeran yang sesungguhnya yang keluar dari kerajaan.

Di Inggris, Pangeran Harry dan Meghan meninggalkan kerajaan sesungguhnya, malah di Indonesia beberapa orang membangun dan masuk ke kerajaan fiktif, seperti Keraton Agung Sejagat di Purworejo dan Sudan Emprie di Bandung.

Membaca tentang fenomena inkerajaan fiktif ini, saya sendiri heran dan bingung dengan para pengikut kerajaan fiktif ini. Di tengah perkembangan jaman teknologi seperti saat ini, orang masih percaya pada janji-janji dari para pendiri kerajaan fiktif. Mengapa bisa?

Ini bisa menandakan kalau efek ilmu pengetahuan dan teknologi belum terlalu tumbuh dan mempengaruhi secara merata pada rakyat Indonesia. Efek dari pendidikan di sekolah juga patut mendapat perhatian serius.

Entah apa yang merasuki orang-orang untuk mengikuti kerajaan fiktif ini. Bahkan dikabarkan kalau para pengikut diminta untuk menyetor sejumlah uang untuk menjadi anggota dari kerajaan ini.

Para pengikut terlihat gampang terjebak pada janji-janji palsu. Saya sepakat dengan apa yang dikatakan oleh Bagong Suyanto, Sosiolog dari Unversitas Airlangga (Kompas.com 18/01/2020).

Bagong Suyanto mengatakan kalau fenomena ini tidak lepas dari pola pikir. Dia menilai fenomena ini merupakan rupa dari mental irasional.

Jadi hal ini menyangkut persoalan pola pikir. Kesempitan berpikir gampang memenjarakan seseorang pada pandangan dan pola laku yang salah. Karena ini juga, orang yang mempunyai kesempitan berpikir akan gampang dikelabui dan ditipu.

Tetapi kalau setiap orang mempunyai fondasi yang kuat dalam berpikir dan bernalar, pastinya mereka tidak gampang untuk menerima pandangan dari luar. Andaikata para pengikut Kerajaan fiktif mempunyai nalar yang berbobot, pastinya mereka tidak gampang terjebak pada penipuan dalam rupa kerajaan fiktif.

Pada titik inilah saya melihat kalau orang yang masuk ke kerajaan fiktif merupakan hasil dari kelemahan nalar. Dengan ini pula, pekerjaan dunia pendidikan kian berat. Dalam mana, sekolah mesti membangun pendidikan yang menciptakan siswa bernalar secara kritis, selektif dan bijak.

Pangeran Harry dan Meghan memutuskan keluar dari Kerajaan Inggris juga merupakan hasil dari produk refleksi mereka. Pangeran Harry dan Meghan mengatakan kalau mereka sudah berpikir dan berefklesi serta mempertimbangkan keputusan mereka itu selama beberapa bulan.

Harry dan Meghan keluar dari kerajaan Inggris sebagai produk dari nalar yang sehat. Sementara para pengikut masuk kerajaan fiktif sebagai produk dari nalar yang sempit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun