Beberapa pekan lalu, pelbagai media memberitakan keputusan berani Pangeran Harry dan Megan Markle. Pangeran Harry dan Meghan Markle merupakan bagian dari Kerajaan Inggris.
Keduanya bersama putera mereka, Archie memutuskan untuk meninggalkan kehidupan istana di Inggris. Mereka memilih untuk hidup sebagai orang biasa, indenpenden dan bebas.
Mereka tidak hanya meninggalkan istana di Inggris, tetapi mereka mau menjalani kehidupan sebagai orang biasa di negara Kanada. Popularitas dan priviledge di Inggris ditinggalkan dan kehidupan baru ditempuh di Kanada.
Keputusan itu tidak lepas dari keinginan untuk hidup damai. Pangeran Harry mengatakan kalau pilihan untuk keluar dari Kerajaan merupakan pilihan untuk kehidupan damai (thedailybeast.com 19/1/20).
Meski pilihan ini menimbulkan kesedihan bagi Harry yang lahir, tumbuh dan besar di lingkaran kerajaan Inggris, tetapi Pangeran Harry menilai kalau pilihan itu merupakan jalan untuk mendapatkan kehidupan yang tenang.
Keputusan ini pun meninggalkan aneka konsekuensi. Salah satu konsekuensi besar yang mereka terima adalah pemutusan keistimewaan yang diperoleh dari Kerajaan Inggris.Â
Salah satu pemutusan itu adalah soal keuangan. Keuangan mereka pun tidak lagi bergantung pada finansial dari Kerajaan Inggris.
Â
Untuk orang yang haus akan popularitas dan kuasa, pastinya akan berpikir seribu kali untuk meninggalkan kuasa seperti yang ada pada pangeran Harry dan Meghan.
Bahkan tidak sedikit yang mungkin heran dengan keputusan nekad melepaskan aneka keistimewahan dari hidup di Istana dan beralih pada hidup baru.
Mungkin orang dan kelompok yang heran adalah mereka yang terjebak dan terlibat dalam fenomena kerajaan fiktif di Indonesia. Pasti mereka tercengang, karena di saat mereka baru mendirikan kerajaan yang ternyata fiktif, ada pangeran yang sesungguhnya yang keluar dari kerajaan.
Di Inggris, Pangeran Harry dan Meghan meninggalkan kerajaan sesungguhnya, malah di Indonesia beberapa orang membangun dan masuk ke kerajaan fiktif, seperti Keraton Agung Sejagat di Purworejo dan Sudan Emprie di Bandung.