Perlunya Suami dan Istri Saling Mengetahui Password Media Sosial Mereka

Password (kata sandi) dibuat untuk menjaga privasi, melindungi data dari pengaruh tertentu dan mengunci rahasia tertentu dari mata orang lain. Password pun dibuat untuk pelbagai jenis platform. Salah satunya untuk platform media sosial.

Aneka platform media sosial memberikan keistimewaan kepada penggunannya. Meski media sosial berdampak umum, tetapi pengguna medsos mempunyai keistimewaan untuk mengunci halamannya dari hal-hal yang tidak diinginkan.

Penggunaan pasword menjamin pengguna medsos untuk tidak gampang diekspos ke ruang publik. Pengguna juga bisa menyimpan data tertentu tanpa gampang dilihat dan diambil oleh pihak tertentu.  

Dengan keberadaan password, secara umum media sosial menjadi aman, rahasia terkunci dari mata orang lain dan orang tidak gampang mengontrol media sosial kita. 

Hal ini terjadi karena kita saja yang mengetahui password media sosial tersebut dan kita saja yang berhak untuk mengontrol dan memanfaatkan media sosial kita itu.

Meski demikian, tidak menutup kemungkinan kalau satu password dipakai oleh beberapa orang untuk salah satu platform media sosial tertentu.

Misalnya, password untuk halaman facebook demi kepentingan bisnis, institusi dan kelompok tertentu. Dua sampai tiga orang yang menjadi organizers dan pengelola dari halaman media sosial tersebut tahu passwordnya. 

Makanya, mereka yang mengetahui password yang sama itu bisa menggunakan media sosial sesuai dengan intensi kelompok tersebut.

Selain itu, password yang satu dan sama juga bisa dipakai dalam sebuah relasi antara suami-istri. Dengan kata lain, suami mengetahui dengan baik password media sosial dari istrinya, begitu pun sebaliknya. Karenanya, salah satu bisa dengan gampang masuk, melihat dan mengecek halaman media sosial dari pasangannya.  

Saat hal itu terjadi, hemat saya, ada keterbukaan dalam relasi itu sendiri. 

Suami tidak menyembunyikan sesuatu di halaman media sosialnya. Begitu pun seorang istri terbuka untuk menunjukkan apa yang menjadi isi dari phone dan media sosial. Toh, keduanya menikah karena ada kepercayaan antara satu sama lain.

Namun saat ada keengganan untuk memberikan password dari media sosial tertentu, saat itu pula ada sesuatu yang mungkin disembunyikan dari salah satu pasangan.

Boleh jadi ada rahasia yang  tidak boleh diketahui salah satu pasangan. Makanya password disembunyikan dari mata salah satu pasangan.  

Saya pernah melihat bagaimana kesalnya seorang istri hanya karena dia tidak mengetahui password Hp dari suaminya. Dia sampai marah hanya karena suaminya tidak memberitahu passwordnya. Kalau phonenya sudah dikunci dengan password tertentu, apalagi halaman media sosialnya.

Dewasa ini media sosial sudah menjadi dunia membangun sebuah relasi bagi kehidupan sekarang ini. Orang bisa menjadi akrab dan dekat karena relasi yang terbangun lewat media sosial. 

Hal ini bukanlah sebuah persoalan, asalkan relasi itu berujung pada kehancuran sebuah relasi.

Karenanya, tidak jarang terjadi kalau relasi yang terbangun di media sosial itu dihiasi dengan hubungan yang tidak baik. Orang yang sudah mempunyai pasangan legal rela mengabaikan dan meninggalkan relasinya karena relasi yang terbangun di media sosial.  

Untuk menyembunyikan situasi seperti ini, ada keinginan untuk membuat password media sosial yang hanya diketahui oleh salah satu pihak. Pihak lain tidak berhak untuk membuka media sosialnya.

Situasi seperti ini bisa menjadi awal dari sebuah perpecahan dan perpisahan. Kecurigaan antara pasangan pun hadir.

Kecurigaan muncul karena ketertutupan untuk menunjukkan apa yang ada di media sosial. Padahal kalau setiap pasangan menunjukkan apa yang sebenarnya ada di dalam media sosial mereka masing-masing, pastinya mereka jauh dari kecurigaan tersebut.

Kesediaan dan keterbukaan memberikan password media sosial kepada pasangan adalah salah satu wujud keterbukaan pada masing-masing pasangan.

Keterbukaan ini pun menguatkan rasa percaya kalau relasi mereka tidak dihantui oleh relasi yang merugikan lewat media sosial.