Taktik yang dimainkan oleh Guardiola sungguh menarik. Pada laga ini, Pep Guardiola menyimpan dua penyerang andalannya, Sergio Aguero dan Gabriel Jesus.
Striker murni di simpan dan Pep memainkan banyak gelandang yang berperan seolah sebagai penyerang. Tiga gol merupakan kreasi para gelandang serang.
Taktik seperti ini menyulitkan pergerakan MU yang mungkin sudah berpikir untuk menghadapi taktik konvensional, di mana Aguero atau Gabriel Jesus selalu dalam posisi striker yang tak tergantikan.
Di lini depan Guardiola memainkan Riyad Mahrez, Raheem Sterling dan Bernardo Silva. Ketiga penyerang ini ditopangi oleh Rodri, Kevin De Bruyena dan Ilkay Gundogan.
Komposisi ini menunjukkan kalau M. City bisa menguasai pertandingan yang ditopangi oleh para gelandang dengan naluri menyerang dan mencetak gol. Â
Menurut De Bruyne, taktik seperti ini bukanlah hal yang baru di M. City. Taktik serupa pernah dimainkan saat berhadapan dengan tim yang berusaha mengontrol lapangan tengah (Mirror UK 9/1/20).
Entah pernyataan De Bruyne sesuai dengan fakta ataukah tidak, tetapi hal ini menunjukkan salah satu sisi dari kejeniusan Pep Guardiola dalam meracik sebuah taktik.
Menurut Guardiola, taktik yang dilakonkan timnya saat mengalahkan MU merupakan cara mengantisipasi kelebihan serangan balik MU (Telegaph. 8/1/20). Dengan penguasaan bola di lapangan tengah dan meminimalisir serangan balik, M. City bisa menguasai pertandingan dan mendapatkan cela mencetak gol.
Keberaniannya bermain tanpa striker murni menghasilkan kemenangan. Berkat kemenangan ini, M. City mempunyai keuntungan pada leg kedua di markasnya sendiri, Ettihad.
Bagi MU pada leg kedua mereka akan bermain mati-matian demi lolos ke partai Final. Bahkan MU juga mesti bersiap untuk menghadapi taktik apa lagi yang akan dimainkan oleh Pep Guardiola dan anak-anak asuhnya. Â
Bagi M. City, kemenangan ini menjadi jalan untuk mempertahankan trofi Carabao Cup untuk tahun ini.