Musim hujan merupakan bagian dari siklus alam. Kita tidak bisa seenaknya mengatur sampai kapan dan seberapa banyak debit air hujan yang mesti turun ke bumi. Prinsipnya, kita mesti beradaptasi dengan siklus alam tersebut.
Salah satu adaptasi yang kita buat itu muncul lewat rencana hidup kita. Kita tahu kapan dan cara-cara bagaimana bisa menghadapi musim hujan. Ungkapan klasik selalu mengingatkan kita, "Siap payung sebelum hujan."
Rencana hidup merupakan bentuk persiapan kita menghadapi siklus alam yang terjadi. Rencana hidup ini tidak hanya mencakup rencana pribadi, tetapi juga rencana dalam konteks institusi pemerintahan.
Hujan di awal tahun 2020 ini mendatangkan malapetaka banjir di ibu kota Jakarta. Sontak saja malapetaka alam ini menimbulkan pelbagai macam reaksi.
Pemerintah pusat ikut bereaksi. Jakarta masih berstatus ibu kota negara walaupun wacana pemindahan sudah resmi keluar dari mulut presiden.
Bencana yang terjadi di ibu kota negara tidak hanya mencerminkan kapasitas pemerintah daerah tetapi ini juga menyangkut bagaimana pemerintah pusat mengatur negaranya.
Publik Tanah Air bereaksi keras baik itu di dunia maya maupun dunia nyata. Mereka tidak hanya bereaksi kepada korban banjir tetapi juga pada upaya dan kerja pemerintah selama ini.
Betapa tidak, pemerintah pastinya sudah mempunyai rencana dalam menanggulangi banjir. Rencana yang baru dan berbeda agar persoalan banjir di tahun lalu tidak terjadi lagi.
Tetapi faktanya, persoalan yang sama tetap muncul. Artinya, rencana pemerintah tidak ada atau hanya berjalan dalam rupa kata-kata wacana pemimpin dan di ruang pertemuan pemerintahan.
Banjir di Jakarta bukanlah persoalan baru. Gebrakan baru adalah hal yang kerap dinantikan oleh publik. Menyaksikan bencana banjir di Jakarta, bisa dikatakan bahwa tidak ada gebrakan baru dari pemerintah untuk mengatasi banjir.
Melihat dampak hujan pada banjir besar di ibu kota, tidak heran kalau publik menilai pemerintah tidak becus dalam menanggulangi bencana banjir. Selain itu, publik juga menilai rendahnya kualitas proyek-proyek pemerintah yang bersentuhan dengan penanggulangan banjir.
Malapetaka banjir di daerah ibu kota Jakarta merupakan salah satu bukti dari ujian dari musim hujan. Salah satu ujian dari hujan adalah pada kualitas proyek-proyek yang dibangun oleh pemerintah di setiap daerah di Indonesia.
Hujan yang deras dan yang berlangsung berkepanjangan bisa menjadi ujian bagi ketahanan proyek-proyek yang dibangun oleh pemerintah. Proyek yang bertahan dalam situasi hujan apa pun akan diakui sebagai hasil kerja yang berkualitas. Tetapi kalau yang terjadi sebaliknya, publik pun akan mempertanyakan kapasitas pemerintah dalam membuat proyek tersebut. Â
Biasanya proyek-proyek seperti jalan raya, pembatas jalan, tanggul, dan got (drainase) dibangun pada musim kemarau. Ketahanannya proyek-proyek itu tidak bisa dinilai.
Karenanya bagi pihak pembangun sebuah proyek, mereka pastinya sudah mempertimbangkan kualitas dari hasil proyek tersebut. Kualitasnya itu menyangkut daya tahan proyek tidak hanya saat musim kemarau semata, tetapi juga pada musim hujan. Â
Mungkin pada musim kemarau, sebuah proyek tertentu tidak terlalu mendapat ujian yang berarti. Tetapi pada saat musim hujan, sebuah proyek akan mendapat ujian kualitasnya.
Pada halaman salah satu medsos saya begitu syok saat membaca proyek nilai miliaran rupiah di kota kami ambruk karena hujan deras. Proyek itu baru dibangun beberapa bulan lalu. Hujan beberapa pekan membuat proyek yang dikerjakan itu tidak bertahan lama.
Pada situasi seperti inilah, publik pun mempertanyakan kualitas kepemimpinan dan proyek itu sendiri. Pemimpin mempunyai tanggung jawab besar karena inisiatif pengerjaan proyek selalu bermula dari atas.
Hujan membawa berkah tetapi juga bisa memberikan kesulitan dan ujian bagi rencana hidup manusia. Prinsipnya kalau kita sudah tahu dengan siklus alam ini, kita pastinya mempunyai rencana hidup yang jelas.
Proyek pemerintah merupakan bagian dari rencana pemerintahan. Pastinya ada tim yang membawahi setiap proyek pemerintah. Tim inilah yang akan mengatur dan mengukur sejauh mana kualitas dari sebuah proyek.
Pengaturan dan ukuran ini pastinya mempertimbangkan segala sisi saat proyek itu sudah eksis. Dengan kata lain, proyek tidak dibuat untuk musim kemarau, tetapi juga dibuat untuk musim hujan. Bahkan ada proyek yang memang dibuat untuk kepentingan dampak dari musim hujan.
Persoalannya kalau proyek tersebut malah kalah dengan dampak dari musim hujan. Pada saat seperti inilah, publik bisa menilai kalau kualitas proyek tidak berbobot dan para pemimpin tidak becus menangani proyek tersebut.
Hujan bukanlah realitas satu tahun semata-mata. Hujan merupakan realitas setiap tahun. Karena itu, setiap kita mesti mempunyai rencana hidup yang sudah siap berhadapan dengan realitas hujan yang selalu datang setiap tahun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H