Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kami Lebih Membutuhkan Ruang dan Waktu daripada Ucapan Selamat Natal

24 Desember 2019   16:52 Diperbarui: 24 Desember 2019   17:20 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Dokumen Pribadi

Makanya setiap perayaan natal, secara umum umat merasa gembira dan senang merayakan natal di Gereja bersama saudara-saudari seiman. Dengan kata lain, iman pribadi disatukan dengan iman dari sesama yang lain sehingga menjadi sebuah iman komunitas.

Makanya, saat perayaan iman dalam konteks natal mendapat waktu dan ruang, setiap orang pastinya merasakan suasana perayaan itu dan semangat di balik apa yang dirayakan. Tetapi saat ruang dan waktu dibatasi, pada saat itu pula suasana dan semangat perayaan terasa hambar.

Lagi-lagi tahun ini, beberapa umat Kristen di beberapa tempat mendapat kesulitan untuk merayakan iman mereka. Ruang mereka dibatasi.

Siapa pun pastinya sedih dan kecewa saat ruang untuk merayakan iman ini mesti dibatasi. Ungkapan iman yang mesti mendapat tempat mesti dilarang dan dibatasi. Jadinya, perayaan yang seharusnya dirayakan dalam balutan sukacita mesti dinodai oleh rasa kecewa.

Kekecewaan itu tidak saja kepada pihak-pihak yang berinisiatif untuk membatas ruang untuk merayakan natal. Tetapi kekecewaan itu bisa dilayangkan pada pihak-pihak yang mempunyai otoritas untuk mengayomi dan melindungi setiap warga negara untuk merayakan dan mengungkapkan iman mereka.

Membatasi ruang untuk merayakan iman dalam masa natal adalah tindakan yang keterlaluan. Setiap warga negara mesti mendapat ruang yang sama untuk merayakan iman mereka. Asalkan perayaan iman itu tidak merusak dan mengganggu hidup orang lain.

Di balik tindakan membatasi ruang merayakan natal, kita juga dihadapkan oleh seruan-seruan larangan untuk mengucapkan "selamat hari natal."

Larangan seperti ini bukanlah tantangan berarti. Tanpa mengucapkan selamat itu, setiap orang masih bisa beriman. Tetapi saat ruang dan tempat dibatasi, ungkapan iman sekelompok orang bisa dilukai.

Semoga saja di Natal 2019, setiap umat beriman Kristiani bisa merayakan natal di tempat yang nyaman dan jauh dari tindakan-tindakan yang membatasi ungkapan iman tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun