Selama lima musim berseragam Arsenal (2011-16), Arteta berhasil bermain 110 kali dan mencetak 14 gol.
Ironisnya, setelah pensiun dari Arsenal di tahun 2016, Arteta malah mendarat di Manchester City. Dia menjadi bagian dari salah satu staf kepelatihan. Kehadiran Arteta di Manchester City tidak lepas dari pengaruh Pep Guardiola yang di kontrak pada tahun 2016.
Boleh jadi, Guardiola tidak hanya menyukai gaya permainan dan peran Arteta di lapangan hijau, tetapi koneksi di antara keduanya.
Arteta memilik DNA La Massia, Barcelona. Di awal karirnya sebagai pemain sepakbola, sebelum dipinjamkan ke Paris saint-Germain (2001/02), Arteta pernah bermain untuk Barcelona C dan Barcelona B.
Mantan kapten Arsenal ini terlihat menjadi pilihan utama dan terakhir bagi Arsenal. Pertanyaanya, mampukah Arteta mengembalikan kejayaan Arsenal?
Arteta mempunyai tanggung jawab besar bila saja dia resmi kembali ke Arsenal. Dia mesti mengembalikan semangat anak-anak Arsenal pada jalur kemenangan. Arsenal mesti kembali menjadi raja di "top four" Liga Inggris. Saya kira ini adalah harapan banyak fans the Gunners.
Hemat saya, ada satu hal yang bisa menjadikan Arteta sebagai pilihan tepat sebagai manajer Arsenal. Pengalaman Arteta bersama Pep Guardiola bisa menjadi bekal bagi Arteta untuk membangun Arsenal.Â
Bukan lagi rahasia kalau Arsenal juga mempunyai gaya permainan yang serupa dengan "tika-taka." Gaya permainan ini menekankan penguasaan bola dengan pressing tinggi dari para pemain di area pertahanan lawan.
Bahkan Pep Guardiola sewaktu melatih Barcelona tidak menyembunyikan kekagumannya pada gaya permainan Arsenal sewaktu masih dilatih oleh Arsene Wenger.
Dengan bekal pengalaman Arteta bersama Guardiola selama 3 tahun, Arteta bisa membawa kembali gaya permainan itu sembari memberikan hasil yang positif bagi Arsenal.
Arteta akan mempunyai kebebasan kalau melatih Arsenal. Dia tidak lagi berada di bawah bayang-bayang Guardiola. Ilmu dan pengalaman yang didapatkan dan dipelajari bersama Guardialo menjadi catatan untuk membangun Arsenal.Â