Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Milenials, Belajarlah dari Greta Thunberg, "Person of the Year" dan Sanna Marin, Perdana Menteri Termuda

13 Desember 2019   05:43 Diperbarui: 13 Desember 2019   06:12 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa waktu lalu, publik tanah air sedikitnya dikejutkan dan kagum dengan pemilihan Presiden Jokowi pada beberapa staf khususnya. Keterkejutan dan kekaguman publik itu dilatari karena staf khusus itu umumnya berasal dari kaum milenial.

Pelbagai macam reaksi dan pandangan muncul atas penentuan kaum milenial itu sebagai bagian dari staf khusus kepresidenan. Seperti biasa reaksi dan pandangan dalam dunia politik. Ada yang pro dan kontra.

Yang pro berpandangan dengan mengatakan kalau penentuan itu menunjukkan perhatian negara pada peran kaum milenial. Kaum milenial mendapat tempat karena mereka dinilai bisa memberikan kontribusi. Apalagi mereka umumnya mengenal dengan baik situasi saat ini.

Sebaliknya tidak sedikit orang yang meragukan kemampuan kaum milenial itu untuk duduk di posisi yang ditetapkan untuk mereka.

Betapa tidak, posisi itu tidak hanya membutuhkan orang yang berpengetahuan, tetapi juga berpengalaman dalam bidangnya itu. Faktor pengalaman menjadi salah satu garis besar dari pandangan beberapa orang.

Kadang kala terjadi kalau akumulasi pengetahuan tidak memberikan jawaban dan solusi pada konteks dan realitas yang dihadapi. Kurangnya pengalaman, seseorang yang berpengetahuan kadang kala tidak bisa menyesuaikan diri.

Walaupun demikian, performa kaum milenial dewasa ini tidak boleh dipandang sebelah mata. Ada banyak kaum milenial yang sudah menjadi garda terdepan dalam kehidupan sosial dan politik.

Contohnya adalah kehadiran Nadiem Makarim (35 tahun), mantan bos Gojek dan sekarang menjabat menteri pendidikan untuk periode ke-2.

Gebrakan dan gagasan yang dihadirkan Nadiem sebagai Menteri Pendidikan beberapa waktu terakhir ini menimbulkan rasa puji dan kagum dari publik tanah air dan bahkan dari pengamat dunia pendidikan tanah air.

Ini artinya kalau status milenial tidak bisa semata-mata diukur dari faktor pengalaman mereka pada bidang yang diduduki, tetapi kemampuan mereka membuat terobosan yang selaras jaman.

Kehadiran kaum milenial dalam konteks dunia sosial dan politik bukanlah hal yang baru di beberapa negara. Mungkin ini menjadi hal yang baru bagi sebagian orang karena tidak terbiasa dengan situasi dan kenyataan seperti itu. Dalam mana, yang muda kerap dinilai tidak mampu dan tidak siap untuk menjadi pemimpin dalam konteks sosial.

Namun tidak dengan Greta Thunberg (16 tahun). Greta Thunberg terkenal dengan advokasinya pada persoalan perubahan iklim. Karena advokasinya ini, Thunberg sempat dinominasi menjadi peraih hadiah nobel beberapa bulan lalu.

Advokasi dan perjuangan Thunberg untuk mengatasi perubahan iklim menjadikannya tokoh yang patut diteladani dan inspirasi bagi kaum milenial.

Usia bukan halangan bagi Thunberg untuk menunjukkan kualitasnya. Sebaliknya dengan usianya yang terbilang muda itu, Thunberg menunjukkan kalau kaum milenial bisa memberikan kontribusi untuk kehidupan sosial.

Berkat advokasinya itu, Greta Thunberg dipilih menjadi "person of the year 2019" versi majalah Time. Pemilihan Great Thunberg menjadi person of the year 2019 merupakan sebuah bentuk pengakuan atas upaya dan advokasi Thunberg.

Pemilihan dari majalah Time ini merupakan pengakuan pada kaum milenial. Kaum milenial tidak boleh dipandang sebelah mata. (CNN. 11/12/19)

Greta Thunberg menjadi remaja pertama yang masuk menjadi person of the year 2019. Masuknya Thunderg ini menunjukkan kalau publik mengakuinya bukan karena usianya, tetapi karena faktor kemampuan, kapasitas dan pengaruh yang ditunjukkannya.

Lain cerita dari Greta Thunberg, lain pula kisah Sanna Marin. Pekan lalu, dunia perpolitikan dunia dikejutkan dengan kehadiran Sanna Marin.

Sanna Marin berhasil menjadi perdana menteri Finlandia. Sanna Martin bukan saja seorang perempuan tetapi di usianya yang terbilang muda, 34 tahun, Sanna Martin berhasil menjadi perdana menteri termuda di dunia.

Pada Minggu lalu (8/12), Sanna Marin berhasil memenangkan pemilihan. Dia menggantikan perdana menteri Antti Rinne.

Atas pemilihannya itu, Sanna Marin mengatakan kalau dia tidak memikirkan tentang usia dan gendernya. Dia hanya memikirkan alasan di balik dia terlibat dalam dunia politik dan kepercayaan orang yang menempatkannya menjadi perdana menteri (CNN, 9/12).

Staf khusus presiden, figur Nadiem, Greta Thunderg dan Sanna Marin adalah beberapa figur kaum muda dan milenial yang bisa memberikan kontribusi di dunia sosial politik.

Ini artinya dunia sosial politik bukan saja menjadi bidang dan expertise dari sekelompok dan golongan tertentu, tetapi ini menjadi kepunyaan siapa saja asalkan mampu memberikan kontribusi, pengaruh dan inspirasi bagi publik.

Boleh jadi, peran milenials akan semakin menyebar ke depannya. Setiap golongan sosial mesti menerima kenyataan kalau kaum milenial akan memimpin kita dan melakukan gebrakan yang selaras jaman.

Selain itu, pencapaian beberapa kaum milenial mesti menjadi inspirasi dan motor untuk siapa saja, terlebih khusus kaum Muda. Dengan kata lain, Jangan menunggu tua untuk memberikan perubahan, tetapi itu bisa dilakukan saat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun