Biasanya sebelum kita memasuki dunia kehidupan baru, seperti pekerjaan, kita akan mencari informasi tentang kehidupan itu. Informasi itu menjadi bekal bagi kita agar kita tidak kaget. Bekal itu pun  menjadi persiapan saat berhadapan dengan hal-hal baru.
Menikah juga merupakan titik tolak untuk memasuki dunia baru. Dunia baru itu adalah keluarga yang dibarengi dengan peran-peran baru. Memasuki dunia keluarga juga mesti dibekali oleh informasi-informasi tentang kehidupan berkeluarga.
Salah satu bekal bagi di benak mereka yang mau menikah adalah tentang pelbagai kemungkinan yang akan terjadi setelah menikah atau dalam kehidupan berkeluarga.
Kemungkinan itu bisa berupa situasi rumah tangga yang diwarnai oleh tantangan dan persoalan. Kemungkinan itu juga bisa berupa situasi batas yang membutuhkan hati dan pikiran jernih untuk mengambil keputasan di tengah situasi seperti itu.
Kemungkinan lain adalah perubahan sikap dan tingkah laku pasangan  setelah menikah. Karena itu, persiapan sebelum menikah tidak boleh dipandag sebelah mata.
Prinsipnya, perayaan pernikahan bukanlah akhir atau puncak dari ungkapan perasaan dari kedua belah pihak. Malahan momen itu menjadi awal dan titik tolak untuk melakonkan peran baru sebagai suami dan istri. Kalau sudah memiliki anak, peran itu pun melebar ke status sebagai orangtua (ayah dan ibu).
Namun di balik proses transisi itu, pelbagai macam situasi ikut mempengaruhi. Kalau di awal-awal pernikahan, mungkin saja situasi romantisme sewaktu masa pacaran masih hidup. Tetapi hal itu bisa saja berubah dan itu bisa dikarenakan oleh situasi tertentu.
Misalnya, situasi romantisme itu berubah karena tuntutan kesibukan dari salah satu pasangan. Karena dia begitu fokus dan memberikan waktu untuk kesibukan hariannya itu, dia melupakan perannya di dalam keluarga.
Hal ini bisa menjadikan salah satu pihak merasa kehilangan. Betapa tidak, dari sering diperhatikan, kemudian relasi menjadi hambar dan membeku. Bahkan tidak jarang terjadi relasi pun hanya sebatas fungsi dari peran di dalam keluarga tanpa melibatkan perasaan seperti saat sebelum menikah dan awal pernikahan.
Situasi seperti ini mesti diantisipasi sejak saat sebelum menikah. Pada titik ini, persiapan sebelum menikah pun menjadi penting. Jadi pernikahan bukan saja perihal persiapan material, tetapi persiapan psikologis dan spiritual dari kedua belah pihak.
Persiapan psikologis itu melibatkan usaha untuk menyadarkan kedua belah pihak pada peran yang mereka akan ambil saat setelah menikah. Perubahan peran bisa saja menimbulkan aneka perasaan.