Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Hidup Sederhana, Hidup Sesuai Kebutuhan dan Bukan Hidup Melarat

21 November 2019   05:39 Diperbarui: 13 April 2021   18:40 2750
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu prinsip gaya hidup yang merasuki kehidupan masyarakat saat ini adalah konsumerisme. Konsumerisme ditandai oleh tingkat konsumsi atau belanja tinggi pada barang-barang tertentu, meski mereka bukanlah prioritas dan kebutuhan sama sekali.

Barang-barang itu dibeli hanya untuk memenuhi keinginan sesaat tanpa menimbang nilai fungsi mereka dalam kehidupan. Atau juga barang-barang itu dibeli hanya karena melihat rekan dan sesama yang lain mempunyai barang-barang yang serupa.

Cara hidup seperti ini sangatlah beresiko. Kalau tidak dibarengi dengan pendapatan yang cukup, bisa saja hal ini akan mendorong seseorang pada pilihan hidup yang salah. Salah satunya adalah melakukan korupsi dan berutang.

Karena tuntutan hidup dan tingkat konsumsi yang terlalu tinggi dan tidak sesuai dengan pendapatan berupa gaji, maka pilihan untuk mengambil uang orang lain adalah salah satu pilihan. Atau juga, orang rela nekad berutang hanya untuk mendapatkan barang mahal tanpa berpikir nilai fungsi dari barang tersebut.

Pilihan hidup sederhana menjadi salah satu solusi untuk mengatasi hidup konsumtif. Hemat saya, hidup sederhana berarti memiliki barang karena hal itu sesuai dengan kebutuhan.

Selain itu, hidup sederhana berarti kemampuan untuk mengolah pendapatan (gaji) untuk kehidupan harian. Prinsip yang dikedepankan adalah konsumsi tidak selalu melampui pendapatan. Sebaliknya, pendapatan mesti mengontrol tingkat konsumsi.  

Hidup sederhana bukan juga berarti hidup melarat. Kadang kala ada yang mengartikan kalau hidup sederhana itu seperti hidup melarat. Gizi Makanan tidak diperhatikan karena belanja seadanya dan takut uang habis hanya untuk makanan. 

Kualitas pakaian tidak dipertimbangkan dengan sisi kerapiaan. Rumah juga tidak memedulikan sanitasi yang baik. Semuanya dilakukan karena tidak ingin menghabiskan uang karena mungkin berpikir tentang kebutuhan yang bisa saja muncul tiba-tiba.

Hidup sederhana mengedepankan hidup sesuai dengan kebutuhan yang kita miliki dan butuh di dalam hidup kita. Kebutuhan itu tetap menjadikan kehidupan kita bermatabat. Kita hidup sederhana, tetapi kita hidup sehat, berpakaian rapih dan rumah kita bersih.

Intinya, kita hidup sesuai dengan kebutuhan kita dan kebutuhan itu mengedepankan kualitas kehidupan kita.

Sekali lagi, kebutuhan kita itu disesuaikan dengan pendapatan yang kita miliki. Misalnya, kita menginginkan sebuah smartphone. Tentunya, kita mesti mempertimbangkan harga smartphone itu dengan pendapatan yang kita miliki. 

Kalau kita mengedepankan kesederhananaan, kita mesti memilih smartphone yang memberikan manfaat dan sesuai dengan pendapatan kita.

Imbauan dari Kapolri Jenderal Idham yang mendorong polisi untuk hidup sederhana boleh jadi untuk mengedapankan gaya hidup polisi sesuai dengan pendapatan yang dimiliki.

Hidup melampui pendapatan kerap mengundang pencobaan dan tawaran sesat. Kalau tidak kuat pada cobaan dan tawaran itu, bisa jadi seseorang masuk pada kubangan yang salah.

Gaya hidup sederhana juga bisa menjadi mantel bagi polisi untuk terhindar dari tawaran sesat dari pihak-pihak tertentu. Saat seorang polisi menghidupi kesederhanaan, dia bisa tidak mudah tergiur pada tawaran orang lain untuk terjebak pada perilaku yang salah.

Bekerja sebagai seorang polisi bukanlah gampang. Kadang mereka mempertaruhkan hidup mereka, waktu bersama keluarga dan kenyamanan tertentu. Semuanya ini sudah menjadi bagian dari cara hidup sebagai seorang polisi.

Pertanyaannya, saat mereka diminta untuk hidup sederhana, entahkah pendapatan mereka sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan kehidupan keluarga mereka ataukah tidak?

Pertanyaan ini bisa menjadi titik tolak untuk mengevaluasi ampuhkah seruan hidup sederhan untuk semu polisi. Jangan sampai di balik seruan untuk hidup sederhana, masih ada anggota yang hidupnya "melarat" dan sulit untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka.

Kalau memang ada, saya kira di balik seruan untuk mengedepankan hidup sederhana, ada juga upaya untuk menyajetarahkan anggota Polri pada umumnya.

Saya kira hidup sederhana juga menjadi mungkin saat orang merasa sejahtera. Kesajahteraan itu nampak saat pendapatan yang dimiliki bisa menjawabi tuntutan dan kebutuhan satu orang anggota dan bahkan untuk sebuah keluarga secara umum.

Seperti yang saya katakan kalau hidup sederhana adalah hidup sesuai dengan kebutuhan. Kebutuhan itu bisa tercapai saat pendapatan pun mencukupi. Tetapi kalau pendapatan tidak mengimbangi kebutuhan itu, bisa jadi yang terjadi adalah kemelaratan.

Kemelaratan di sini bukan saja soal hidup susah karena gaji tidak sesuai dengan kebutuhan, tetapi juga upaya untuk menghemat tingkat tinggi karena takut kehabisan uang.

Saat seseorang merasa hidup dalam kemelaratan, ada pun upaya untuk mencari jalan keluar dari situasi tersebut meski lewat cara yang tidak baik. Karena itu, membangun hidup sederhana mesti dibarengi dengan ketersediaan akses dan pendapatan dalam mencukupi sebuah kehidupan.

Seruan hidup sederhana bukan saja untuk anggota Polri. Seruan itu untuk siapa saja. Tujuannya jelas agar hidup sesuai dengan kebutuhan, tetapi tetap mengedepankan kualitas hidup kita.

Semoga saja seruan hidup sederhana dibarengi dengan evaluasi dari kualitas hidup yang terjadi pada anggota polri pada umumnya. Jangan sampai, ada yang hidup sudah sederhana, tetapi melarat karena pendapatan mereka tidak menjawabi kebutuhan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun