Ada tiga pelajaran yang saya lihat dari pengalaman menyaksikan kegiatan pentas budaya ini.
Pertama, budaya asal adalah darah dan daging bagi yang merantau.
Kegiatan pentas budaya yang berlangsung setengah hari dari komunitas Manggarai di Bali ini menunjukkan kalau budaya asal sulit hilang dari identitas seseorang. Kemanapun seseorang merantau, pastinya dia sulit tercerabut dari budaya asalnya.
Tidak hanya itu, kegiatan ini bisa mengingatkan siapa saja yang merantau tentang diri sendiri. Di dalam diri setiap orang merantau sudah tertanam budaya Manggarai yang serupa dengan darah dan daging.
Kedua, budaya selalu mempersatukan.
Ratusan orang asal Manggarai bersatu padu di GOR Ngurah Rai meski umumnya tidak saling mengenal d antara satu sama lain. Alasan yang satu dan sama menyatukan masyarakat Manggarai diaspora ini.
Mungkin dalam keseharian, masyarakat Manggarai ini dipisahkan oleh pekerjaan, kuliah dan aktivitas lainnya. Tetapi saat adanya acara budaya seperti ini, setiap orang bersatu.
Semua bersatu karena budaya yang sama. Semua bersatu karena ingin menikmati keindahan budaya Manggarai di tanah rantau.Â
Lebih jauh lagi, karena budaya yang sama ini, setiap orang tidak memandang asal kabupaten dan tempat. Budayalah yang mempersatukan perbedaan di antara para perantau.
Ketiga, budaya membawa ingatan ke kampung halaman. Siapa saja yang pergi merantau pastinya selalu ingat kampung halaman dengan segala situasinya.
Dengan adanya kegiatan budaya ini, paling kurang orang akan terbawah ke kampung halaman. Tarian dan nyanyian membawa rasa pada tempat asal.
Hal ini pun mengingatkan kita kalau kita tidak pernah tercerabut dari budaya asal asalkan kita bisa menjaga, merayakannya dan melestarikannya di mana pun kita berada.