Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Gadget Artikel Utama

Smartphone, Antara Gaya Hidup dan Nilai Fungsi

27 Oktober 2019   07:23 Diperbarui: 27 Oktober 2019   08:59 892
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi smartphone (Shutterstock)

Sejauh ini sudah berapa ponsel yang Anda miliki? Saya sendiri sudah memiliki empat ponsel. Dari keempatnya itu, saya baru memiliki satu ponsel pintar (smartphone). Ponsel pintar ini belum diganti sejak saya membelinya pada tahun 2017.

Tiga ponsel yang lain masih model jadul, yang dipencet dan baterainya tahan lama. Gara-gara ketahanan baterai ini, ponsel jadul masih menjadi alternatif saya apalagi kalau bepergian ke tempat jauh.

Hemat saya, salah satu alasan memiliki sebuah ponsel adalah lebih karena nilai fungsi dari ponsel itu untuk kita. Kalau direnungkan secara umum, kegunaan dari ponsel untuk berkomunikasi.

Mungkin saja untuk beberapa pihak, ponsel pintar bisa menjadi medium untuk berbisnis, membangun sistem jaringan kerja, dan transaksi tertentu.

Kalau di kampung saya, ponsel umumnya dipakai untuk berkomunikasi di antara satu sama lain. Makanya orang-orang tua lebih memilih ponsel yang dipencet daripada ponsel pintar (touch screen) sebagai pilihan untuk berkomunikasi.

Berbeda dengan anak muda zaman sekarang. Mereka cenderung memilih dan mengganti ponsel mereka dengan smartphone karena aneka aplikasi yang tersedia.

Seturut perkembangan dunia digital, instrumen berkomunikasi pun ikut berkembang. Kalau dulu ponsel hanya dipakai sebatas untuk nelpon dan sms. Kini, nelpon dan kirim pesan pun dimodifikasi dengan pelbagai platform. Makanya, ponsel pun bertransformasi seturut kecanggihan platform berkomunikasi itu.

Sumber foto dokumentasi pribadi
Sumber foto dokumentasi pribadi
Tidak heran, ada yang memburu ponsel pintar karena aplikasi yang ditawarkan. Saya sendiri tertarik untuk memiliki ponsel pintar di bulan Maret tahun 2017, karena saat itu saya membutuhkan aplikasi yang tidak tersedia di ponsel jadul.

Misalnya, aplikasi whatsApp tidak bisa dioperasikan di ponsel zaman dulu, oleh karena itu, kita butuh ponsel pintar untuk mengakses aplikasi itu. Sehingga, dengan adanya aplikasi tersebut, memungkinkan kita untuk menjalin relasi dengan mudah hanya dengan bermodalkan internet. 

Saat saya memutuskan untuk memiliki ponsel pintar, saya pun tidak melihat sisi kecanggihan maupun brandnya. Namun, saya lebih memilih harga yang terjangkau, bukan barang ilegal, dan tentunya dapat mempermudah saya ketika akan berkomunikasi. Selebihnya hanyalah fungsi tambahan. 

Bahkan, meskipun ada aplikasi game, saya pun jarang menggunakannya. Karena hal itu juga, sampai saat ini, ponsel saya masih kelihatan awet. Hampir tiga tahun sudah saya memakai ponsel pintar yang sama.

Selain itu, kadang kala saya memakai ponsel untuk menulis dan membaca artikel. Sejauh ini, kalau ada ide untuk menulis, saya segera mungkin untuk menuangkan ide itu di ponsel. Selain untuk menulis, ponsel pintar yang saya miliki digunakan juga untuk membaca artikel-artikel yang menarik.

Terkadang, masih juga ada beberapa orang yang memiliki ponsel pintar yang mahal hanya untuk show, gengsi dan ikut tren. Tetapi di balik itu manfaat lain dari kepemilikan ponsel pintar tidak terlalu dipedulikan.

Gengsi mengalahkan nilai fungsi
Soal gengsi adalah soal yang cukup rumit. Apalagi di saat sekarang, di mana banyak orang hanya suka meniru orang lain.

Tidak heran, pergantian ponsel menjadi hal yang lumrah. Ganti ponsel hanya ikut orang lain, ganti ponsel karena gengsi. Jadinya, nilai ponsel hanya bergantung pada gaya hidup.

Bahkan tak jarang, karena ambisi ini, ada yang melakukan pemaksaan kepada orangtua dan bahkan ada yang melakukan perbuatan yang tidak baik.

Merawat ponsel bergantung pada manfaat
Merawat ponsel bukanlah persoalan yang gampang. Hemat saya, perawatan ponsel pintar sangat bergantung pada cara pandang kita atas kepemilikan ponsel.

Kalau kita menempatkan nilai ponsel sebagai penunjang komunikasi, kita akan cenderung untuk menggunakannya untuk komunikasi tanpa peduli pada apa merek dan harganya. Sebaliknya, kalau kita melihatnya dari sisi style dan gaya hidup, kita akan mudah mengganti ponsel kita seturut perkembangan yang sedang terjadi.

Begitu pula kalau kita menilai ponsel dari sisi untuk membuat video dan mengambil foto, kita akan cenderung menggunakan ponsel untuk kepentingan itu. Karena itu, ketahanan sebuah ponsel bergantung bagaimana kita menggunakannya.

Seturut pengalaman saya, ponsel pintar saya masih awet karena saya memakainya lebih untuk berkomunikasi. Dengan ponsel pintar saya ini, komunikasi dengan sesama tetap menjadi lancar walaupun modelnya sudah tidak mengikuti arus zaman sekarang.

Gobin Dd

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun