Pengalaman tadi pagi di sebuah fasilitas publik. Kebetulan saya tidak tahu membuka salah satu pintu keluar dari tempat  itu. Tanpa membaca instruksi di depan pintu, saya langsung nyosor hendak membuka pintu.
Melihat kesalahan saya, salah satu petugas yang berada tak jauh dari tempat saya berteriak dan memberi instruksi. Jarak antara saya dengan petugas itu sekitar belasan meter. Tentu saja, teriakannya itu didengar oleh orang lain di dalam tempat itu.
Saya bukannya malu karena ketidaktahuan saya. Saya hanya begitu kaget dengan pelayanan seperti itu. Apa salahnya kalau salah satu petugas ditempatkan di pintu itu guna membantu orang-orang yang mempunyai persoalan seperti yang sedang saya hadapi. Semoga saja saya sendiri yang pernah mengalami hal seperti itu.
Atau juga, apa salahnya saya yang lagi bingung didekati dan diarahkan dengan baik. Hemat saya teriakannya hanya membuat situasi tidak etis karena ada orang lain selain saya di tempat itu. Belum tentu semua orang suka dengan lengkingan suara dari petugas itu.
Pengalaman ini mengingatkan saya kalau keramahan mesti menjadi bagian dari bentuk pelayanan dan jasa apa pun. Bahkan keramahan adalah kunci utama agar orang mau mengambil jasa kita. Apalagi kalau hal itu terjadi di tempat publik.
Siapa saja pastinya tersentuh dan senang kalau memasuki sebuah kantor, restauran, toko, bandara dan tempat publik lainnnya diterima dengan sapaan dan perlakuan yang ramah dari para petugas dan pelayan.
Contohnya, waktu saya menyodorkan tiket pesawat saya ke salah satu petugas untuk check in, petugas tersebut membuka percakapan dengan memberikan salam dan menanyakan dengan sopan tentang isi bawaan saya. Keramahannya itu pun membuat kita nyaman untuk berkomunikasi.
Keramahan bisa ditandai dengan senyuman  saat menerima orang untuk menerima jasa kita. Ditambah lagi kalau ada ucapan selamat datang atau ungkapan salam seturut waktu kita berkunjung.
Saya masih ingat sewaktu masuk di sebuah swalayan kecil di kota kami. Semua pelayannya selalu mengucapkan salam bergantung waktu pengunjung masuk.
Misalnya, saat itu saya masuk swalayan itu pagi hari. Empat pelayan yang saya jumpai selalu menyampaikan "selamat Pagi" sembari tersenyum. Saya sebagai pengunjung merasa nyaman berada dan berbelanja di tempat itu.
Sebaliknya kita pastinya merasa terasing saat kita memasuki sebuah kantor, restauran, bandara, toko dan tempat publik lainnya tanpa sambutan hangat. Ditambah lagi kalau para petugas beraut raut wajah serius dan kurang bersahabat. Jadinya, kita merasa terasing di tempat di mana kita berada.
Ungkapan ketidakramahan juga bisa muncul lewat suara kasar dari petugas saat melihat orang melakukan kesalahan. Atau juga saat terjadi ketidakberesan, kemarahan menjadi cara untuk membenarkan masalah atau melepaskan kekecawaan.
Tak elak sikap seperti ini memantik ketidaknyaman. Saya yakin saat kedua kalinya kita masuk ke tempat yang sama di mana kita pernah mengalami ketidaknyaman di tempat itu, kita pasti merasa enggan dan kikuk untuk masuk.
Bahkan kita bisa berpikir ribuan kali untuk mengunjungi dan masuk ke tempat yang sama. Bisa jadi, kita membatalkan layanan jasa itu hanya karena ketidakramahan dari petugas yang menawarkan jasa tersebut.
Keramahan di atas sebuah pelayanan
Jasa pelayanan yang kita tawarkan akan bernilai kalau yang terlibat di dalamnya berlaku ramah kepada yang membutuhkan. Tetapi kalau tidak ada keramahan, yang terjadi malah jasa pelayanan itu bisa akan mati atau tanpa peminat.
Mungkin kita merasa biasa-biasa saja saat berlaku ramah dengan tersenyum dan mengungkapkan sepata kata salam kepada orang lain. Meski ungkapan keramahan itu cukup sederhana, hal itu bisa menyentuh bagi orang yang mengalaminya.
Bahkan mereka tidak segan untuk datang berulang kali ke tempat yang sama hanya karena pelayanannya yang baik. Pelayanan yang baik itu dibaluti dengan keramahan dari para petugasnya.
Tetapi kalau pelayanannya kurang baik, tawaran kita berupa jasa apa tidak akan bernilai apa-apa. Jadi, kalau mau jasa atau apa pun bentuk pelayanan kita, kita mesti mengedepankan keramahan. Keramahan mesti menjadi kunci masuk bagi orang lain untuk terus merasakan jasa yang kita tawarkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H