Salah satu hal yang menyulitkan dan kadang menjengkelkan bersekolah di tahun 90-an atau tepatnya sebelum tumbangnya Orde Baru adalah tugas menghafal nama-nama menteri yang duduk di kabinet pada waktu itu.
Tidak hanya itu, akronim semua departemen di kabinet dan menteri siapa yang menjabati departemen itu mesti dihafal. Kalau tidak, bisa gagal di ujian atau kena damprat dari guru. Taktik ini cukup ampuh untuk merangsang kami menonton berita guna mengenal nama menteri.
Coba kita bertanya kepada siswa-siswi SD sekarang ini tentang nama-nama menteri terlebih lagi mereka yang baru terpilih. Saya yakin kemungkinan besar mereka tidak tahu dan kenal dengan nama-nama anggota kabinet yang baru dilantik saat ini. Mungkin saja bukan hanya anak SD bahkan siswa-siswi setingkat SMP dan SMA.
Saya juga belum mengetahui dan menghafal nama-nama menteri kabinet yang baru. Paling yang saya tahu mereka yang berasal dari kabinet Jokowi periode pertama, yang seasal dan figur kejutan.
Mungkin jaman sekarang tidak perlu lagi untuk menghafal nama para menteri. Tetapi paling tidak kita tahu siapa yang bekerja dan melayani kita. Apalagi yang bersentuhan dengan konteks hidup kita. Seperti misal, anak sekolah mesti tahu siapa menteri pendidikan karena menteri itu bersentuhan dengan hidup harian mereka.
Atau juga, yang bekerja di dinas pertanian mesti tahu yang menjabat sebagai menteri pertanian. Sangat lucu sekali kalau kita tidak tahu siapa menteri yang bersentuhan langsung dengan kerja, tugas dan kehidupan kita setiap hari.
Hemat saya, kita tidak perlu menghafal semua nama menteri. Kita hanya menunggu kiprah mereka. Kiprah yang baik dan kinclong, pastinya dikenal.
Yang biasa turun ke daerah dan bersentuhan dengan realitas masyarakat, pastinya juga dikenal baik oleh masyarakat. Selalu muncul di depan kamera TV tidak menjamin karena sekarang ini berkat kehadiran smartphone tidak semua orang suka menonton TV.
Seperti para pemain sepak bola, mereka dikenal bukan saja karena berseragam klub terkenal, tetapi kita mengenal mereka karena kualitas yang mereka tunjukkan di lapangan hijau. Bahkan karena kualitas mereka itu, mereka diidolakan banyak orang.
Saya kira hal ini juga berlaku untuk para menteri yang baru dilantik. Kalau ingin dikenal, mereka mesti menunjukkan kualitas mereka lewat karya dan pelayanan mereka.
Memang kerja dan pelayanan tidak boleh dijadikan kesempatan untuk mencari popularitas diri. Tetapi sering kali tak terhindarkan kalau karya dan pelayanan yang baik dari publik figur acap kali dibarengi dengan popularitas diri.