Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Ketika Kekayaan Bukanlah Ukuran Kesuksesan!

12 Oktober 2019   06:27 Diperbarui: 12 Oktober 2019   07:37 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto by BBC Money.com

Menjadi sukses adalah impian kita pada umumnya. Pertanyaannya, apa standar utama kita menjadi sukses?

Tiap orang mempunyai pandangan yang berbeda-beda tentang ukuran kesuksesan. Ada yang melihat kesuksesan dari segi gelar pendidikan. Ada yang menganggap kesuksesan karena pancapaian status tertentu.

Ada pula yang menilai kalau kesuksesan itu terjadi saat sudah mempunyai banyak uang dan harta. Pendek kata, tiap orang mempunyai standar tersendiri dalam menilai kesuksesan.

Standar kesuksesan itu pun menjadi motor bagi setiap orang untuk bertindak dan berpikir. Seperti misal, standar kesuksesan kita adalah mencapai gelar pendidikan tertentu. Karena standar ini, kita berusaha sedemikian untuk mencapai gelar pendidikan itu.

Sebut saja, kita ingin menjadi seorang doktor dalam bidang ilmu tertentu. Karena keinginan ini, kita belajar dengan tekun, melakukan penelitian dengan sungguh-sungguh dan mencari universitas terbaik.

Pastinya, saat impian ini tercapai, kita menjadi senang dan puas. Tidak jarang juga, kita menceritakan kesuksesan itu pada orang lain guna mendapat pengakuan.

Ada sebuah prinsip hidup yang sangat menarik dari masyarakat Swedia pada umumnya. Mereka menyebut prinsip hidup itu dengan "Jantelagen".

Maddy Savage dalam artikelnya, "Jantelagen: Why Swedes won't talk about wealth," (bdk. BBC.com 10/10/19) mengulas dengan cukup luas tentang prinsip hidup ini.

Maddy Savage mengatakan kalau di beberapa negara, ukuran kesuksesan diukur oleh nilai pendapatan dan jumlah kekayaan tertentu, tetapi dalam budaya Swedia, nilai pendapatan dan kekayaan itu tidak akan di bicarakan. Masyarakat Swedia tidak terlalu peduli untuk berbicara seberapa banyak pendapatan yang diperoleh oleh seseorang.

Apa yang dimaksud dengan Jantelagen?
Maddy Savage menguraikan artikelnya bertolak dari pandangan ahli budaya yang tinggal selama sepuluh tahun di Stockholm, ibukota Swedia.

Adalah Lola Akinmade Akerstrom, yang merupakan ahli budaya Swedia melihat kalau pembicaraan mengenai uang dan kekayaan bukanlah topik yang menyenangkan bagi orang Swedia umumnya. Bahkan masyarakat Swedia menganggap kalau pembicaraan mengenai uang dan kekayaan terasa asing bagi mereka.

Padahal di negara lain, pembicaraan mengenai uang dan kekayaan adalah hal yang lumrah saja. Bahkan mempunyai banyak uang dan kekayaan adalah sesuatu yang perlu dikejar, dihargai dan dirayakan dalam komunitas sosial.

Lebih jauh, Akinmade menjelaskan kalau Jantelagen adalah prinsip hidup yang tidak tertulis dan aturan yang tidak dibicarakan di masyarakat. Prinsip hidup ini sepertinya sudah mendarah daging dalam cara hidup mereka.

Jantelagen dipandang sebagai prinsip hidup yang bertujuan untuk memperlakukan setiap orang dengan cara yang sederajat dan sama.

Sementara itu, Dr. Stephen Trotter menjelaskan bahwa jantelagen adalah mekanisme dalam kontrol sosial. Hal ini bukan saja bermaksud pada kekayaan semata-mata. Tetapi ini adalah kontrol sosial yang sepertinya menjaga kesamaan status dan bertujuan menghindari ketegangan sosial.

Meski demikian, prinsip hidup ini mulai tergerus karena perubahan budaya dan sosial. Karena pengaruh media sosial, tidak sedikit orang muda masa kini yang mulai memposting jumlah pendapatan mereka dan kekayaan seperti apa yang mereka miliki di media sosial.

Tidak hanya itu, pengaruh kehadiran pendatang dari luar ke negara Swedia. Mereka membawa pola pikir dan tingkah laku tertentu seperti menghargai dan mementingkan kesuksesan dari aspek pendapatan dan kekayaan.

Namun tidak sedikit pula, para pendatang dari luar yang mengakui dan menghidupi prinsip Jantelagen. Seperti misal, Natalia Irribara yang berasal dari Chile.

Natalia Irribara mengatakan kalau di negaranya Chile, masyarakatnya begitu narsistik karena mengedepankan pencapaian-pencapaian dalam bidang akademik, mempunyai mobil dan rumah. Sementara di Swedia dia melihat situasi yang berbeda.

Seperti misal, kalau ada orang yang terkenal dan masuk majalah, dia tidak akan membicarakan hal itu kepada orang lain.

Pelajaran dari Prinsip Hidup Jantelagen untuk kita
Prinsip hidup Jantelagen ini menarik untuk dipelajari dan mungkin dihidupi. Bisa saja kita mencapai kesuksesan kita, tetapi hal itu tidak boleh menjadi alat dan cara untuk merendahkan orang lain. Kesuseksan tidak menjadikan kita superior bagi sesama.

Atau juga kita tidak melihat kesuksesan kita sebagai standar dalam pergaulan sosial. Dalam arti, kita tidak hanya bergaul dengan orang yang sukses dan mengabaikan orang yang dianggap tidak sukses dan berpunya.

Prinsip hidup Jantelagen sangatlah penting untuk menjauhkan kita dari ketegangan sosial. Dalam mana, relasi sosial kita tidak dinilai menurut ukuran dan standar kesuksesan tertentu.

Gobin Dd

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun