Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Beda Nasib Mantan Presiden, Park Geun-hye dengan Koruptor di Indonesia

4 April 2017   08:10 Diperbarui: 4 April 2017   21:08 577
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yang membuat alurnya menarik adalah saat lembaga hukum bermain seperti wasit. Di depan konfrensi pers mereka memberikan keterangan pers yang cukup menyita keingintahuan publik. Contohnya, saat lembaga hukum menyampaikan kalau ada nama baru yang akan terlibat dan dinyatakan tersangka nantinya. Tentunya keterangan pers ini memunculkan tanda tanya publik. Karena penasaran, publik pun diarahkan untuk menonton ceritanya. Alhasil alur cerita semakin panjang. Syukur kalau nanti akhir cerita sesuai dengan harapan para penonton. Tetapi kalau tidak, kasus korupsi menambah kasus-kasus lain yang mengambang di permukaan tanah air.

Penahanan mantan Presiden Korea Selatan mestinya menjadi pembelajaran bagi dunia hukum kita. Tidak mengulur-ulur proses hukum. Tidak tebang pilih. Siapa saja yang terlibat dalam penyelewengan kekuasaan mesti diproses menurut aturan hukum tertentu.

Saya kira Korea Selatan tidak malu telah menahan mantan Presiden mereka. Mungkin mereka malah berbangga karena proses hukum ditegakkan. Hukum itu ada untuk semua orang tanpa mempertimbangkan pangkat, status dan posisi. Yang memalukan saat proses hukum itu hanya berjalan satu kaki. Hanya orang-orang tertentu yang diproses sementara yang lain diselamatkan. Ini lebih memalukan karena kita menyembunyikan orang-orang bersalah dari mata hukum. Jauh lebih berbangga saat hukum kita memroses siapa saja yang telah menyelewengkan kekuasaan demi kepentingan pribadi dan kelompok,***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun