Di satu sisi, bila exodus pemain asal Eropa dan Amerika Latin/Selatan tidak dikontrol, bahayanya adalah terpinggirnya talenta-talenta asal Cina sendiri. Tetapi di sisi lain, ini bisa menggenjot semangat para pemain negeri bambu itu untuk belajar dari para pemain muda yang pernah berlaga di Eropa. Pada titik ini, talenta-talenta dari negara Cina belajar sejak dini untuk berkompetesi dengan talenta-talenta dari liga-liga Eropa. Hasil akhirnya bisa berujung pada pembiasaan menghadapi negara-negara Eropa dan Amerika dalam turnamen-turnamen besar.
Mungkin kita minim secara finansial untuk membuat gebrakan seperti yang dilakukan oleh Cina. Sebaiknya kita berusaha menemukan formula untuk meningkatkan potensi sepak bola kita. Daripada kita mendatangkan pemain usia senja dengan kucuran dana besar dan yang mempunyai skill di masa lalu tetapi hanya tinggal nama di saat sekarang, lebih baik kita membangun bakat dari negara sendiri. Kita bangun pemain-pemain muda agar mereka pun kelak dilirik oleh negara lain. Uang yang dipakai untuk mendatangkan pemain-pemain gaek bisa dipakai untuk pembinaan. Ini lebih berguna daripada kita hanya menyaksikan kiprah pemain-pemain pra-pensiunan di tanah air.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H