Dunia maya di Filipina dikejutkan dengan berita kematian, Â Jinkee Pacquiao, istri petinju dan senator, Manny Pacquiao. Sebab kematiannya adalah ditembak pada saat insiden perampokan di sebuah mall. Ini hanyalah berita hoax.
Sayangnya, banyak orang yang terlalu cepat percaya dan meng-copy-paste berita itu tanpa menunggu konfirmasi resmi dari yang bersangkutan. Berita hoax itu pun menjadi santapan publik dan menciptakan reaksi dari jutaan orang di dunia maya.
Begitu cepat pengaruh dunia maya dalam menyebarkan berita hoax dan terasa sangat sulit untuk dikontrol. Dulu, berita-berita hoax menyebar hanya terjadi lewat dari mulut ke mulut, dampaknya tidak terlalu significan. Sekarang ini, berkat kehadiran dan penyebaran internet di masyarakat, berita hoax gampang sekali disebarluaskan dan menjangkiti pola pikir kaum dunia maya. Sekali klik, satu berita hoax bisa dijangkau ribuan bahkan jutaan pasang mata. Sekali dicopy-paste, orang-orang dari pelbagai penjuru dunia menyantap berita hoax tersebut.
Motif Berita Hoax
Pelbagai motif bisa berada di balik berita hoax. Orang mungkin iseng dan hanya mau membuat situasi sosial gempar dan heboh apalagi kalau beritanya tentang orang-orang berpengaruh atau publik figur di masyarakat.
Mungkin orang juga mempunyai motif bisnis. Berita hoax dijadikan senjata untuk menghancurkan lawan bisnis. Salah satu contohnya, berita hoax tentang tuduhan pada martabak (Markobar), bisnis kepunyaan Gibran, salah seorang anak Bapak Presiden Jokowi di Solo. Berita yang tersebar adalah martabaknya mengandung minyak babi.
Berita hoax seperti ini, di satu sisi muncul karena Gibran adalah anak presiden dan tentu menjadi objek sensasi yang luar biasa bagi masyarakat mayoritas Muslim. Tetapi di sisi lain, ini bisa mempengaruhi kompetisi bisnis. Korban berita hoax bisa menghadapi kemunduran dalam bisnis dan penurunan kepercayaan konsumen atas produk yang ditawarkan.
Penyebaran berita hoax juga bisa bermotif politik. Mereka menyebarkan berita hoax agar bisa menghancurkan lawan politik. Perhatikan saja dunia maya di kala musim pemilu. Musim pemilu selalu dihiasi dengan berita hoax tentang calon pemimpin tertentu. Berita hoax diolah bergantung aspek sensitivitas yang ada pada korban.
Seperti misal, aspek primordial. Kalau korbannya berasal dari suku tertentu dan minoritas, maka berita hoax-nya pun dibuat sedemikian agar alasan suku itu bisa menjadi jebakan atau penghalang untuk memilih calon tersebut. Bahaya berita hoax dalam bidang politik adalah pembunuhan karakter dari kandidat yang terlibat di dalam pemilu. Akibat lanjutnya adalah simpati para pendukungnya tergerus dan beralih ke calon lain.
Singkatnya, apa pun motif di balik berita hoax, itu adalah  bentuk pembunuhan karakter dan penghancuran komunitas sosial. Karena itu, bahaya berita hoax mesti dilawan. Penutupan website-website yang lekat dengan berita-berita hoax tidaklah cukup membatasi ruang gerak penyebaran berita hoax. Yang dibutuhkan sekarang adalah pembentukan mentalitas pembaca (konsumen) berita. Dunia pendidikan bisa menjadi instrumen untuk membangun mentalitas anti-berita hoax.
Pendidikan: Ladang untuk latihan melawan berita Hoax