Mohon tunggu...
Daris Jati
Daris Jati Mohon Tunggu... -

Blogwalker

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Para Penembak di Atas Kereta

24 Maret 2011   05:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:29 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

A:  Bgimana caranya nembak?  Banyak caranya boy!
Bisa tembak langsung ato lewat perantara.

B:  yg tembak langsung gimana caranya mas?
A:  Ni cara paling gampang. Pas kondektur narik tiket kita tinggal kasih dwit seperlunya.
B:  berapa tuh?

A:   Ya kira2 10-20% dari harga tiketlah. Jd kalo ada 3 kali pemerikasaan, maksimal bayarnya 60% dari harga resmi.   Biasanya para penembak jenis ini berkumpul di sambungan gerbong saat ada pemeriksaan.
B:   knapa mas?
A:   Ya biar kondekturnya ga malu saat ditembak. Juga biar bebas negonya.
B:   lho pake nego sgala to?
A:   Namanya juga jual beli.

B:   yg pake perantara bgimana mas?
A:   Perantaranya bisa seorang koordinator penembak ato lewat petugas KA.

B:   weleh-weleh, penembakan ini ada koordinatornya to?

A:   Iya, tugasnya ngumpulin amunisi dari para sniper, trus dibom ke petugas KA. Harus orang yg dah dikenal para petugas KA. Jadi, pas ada pemeriksaan tiket tinggal sebut nama koordinatornya. Cara yg lain bisa melalui petugas restorasi, petugas listrik ato siapa saja yg kemungkinan kenal sama sang kondektur, karena nantinya amunisinya akan dibagi2 ke semua unsur KA, nembak masinisnya langsung juga bisa. Untuk yang satu ini, bisa juga masinisnya ditembak agar bisa berhenti -atau paling nggak kereta berjalan sangat pelan, di stasiun yang seharusnya kereta tersebut tidak berhenti,

A:  Tahu ga?
B:  apa mas?

A:  Ga cuma satu dua penembak lho dalam satu gerbong. Ada belasan penembak. Jadi kalo dikalikan sepuluh gerbong, berarti ada ratusan penembak dong dlam satu kereta? Biasanya mereka dah akrab satu sama lain.
Ada semacam ikatan persodaraan diantara para penembak.
B:   macam paguyuban penembak kereta gitu ya?
A:   He he he, ya begitulah. Mereka ini biasa disebut komunitas PJKA, Pulang Jumat Kembali Ahad. Kebanyakan berasal dari daerah Jawa Tengah dan Jogja. Mereka kerja di Jakarta, sedangkan keluarga mereka ada di daerah. Tiap akhir pekan (Jumat malam) mereka harus menengok keluarganya dan kembali lagi ke Jakarta Minggu malam. Bisa juga sebaliknya, mereka bekerja di daerah sedangkan keluarga mereka menetap di Jakarta. Bisa dibayangkan, berapa ongkos kereta yang harus mereka keluarkan jika membeli tiket resmi tiap minggu PP. Sebuah dilema memang.

Melirik lagu anak-anak di atas, jadi mikir, apa karena dah dicekoki lagu itu sejak kecil, hingga masyarakat kita maunya gratis terus kalau naik kereta, hehehe

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun