Dorrotun Nafisah Fatahillah yang kerap dipanggil Nafis ialah seorang mahasiswi yang kini telah memasuki semester 3 dengan jurusan yang diambil yakni Komunikasi Penyiaran Islam (KPI), di Fakultas Dakwah Komunikasi Islam (FDKI) Institut Agama Islam Syarifuddin (IAIS) dibawah naungan Pondok Pesantren Kyai Syarifuddin Wonorejo- Lumajang.
Dari beberapa kampus- kampus trend lainnya, IAI Syarifuddin ialah kampus islam swasta terbesar di daerah Lumajang, kampus yang terakreditasi B serta jumlah IPK 4 ini merupakan salah satu kampus terppuler. Lulusan alumni dari kampus ini sudah tidak diragukan lagi karena, selain berpendidikan, berilmu, bepengetahuan, Mahasiswa IAI Syarifuddin dituntut untuk beretika, berakhlakul karimah, bermoral serta memiliki jiwa- jiwa pembela Islam yang sejati. Oleh karena itu, Nafis lebih memilih kampus ini sebagai tempat menimbah ilmu dan meneruskan pendidikannnya, baik pendidikan formal dan pendidikan agama.
 Tidak sampai disitu, lalu kenapa Nafis lebih memilih tempat ini untuk mengasah kemampuannnya? Jadi, sehubungan dengan tempat tinggal Nafis yang jauh dari kota Lumajang dan IAI Syarifuddin, kedua orang tua Nafis tidak akan takut jika anaknya menuntut ilmu jauh dikota orang lain. Karena kampus ini berada dibawah naungan Yayasan Pondok Pesantren Kyai Syarifuddin, yayasan sudah memberi fasilitas tempat tinggal atau sebuah asrama lebih tepatnya pondok pesantren bagi mereka yang berminat kuliah sambil mondok. Disini, terdapat asrama putra, asrama putri dan masjid, pusat belanja santri (SYARIF MART), percetakan dan fasilitas lainnya. Sehingga, Nafis bisa melanjutkan keperguruan tinggi ini dengan aman dengan adanya pemukiman dipondok pesantren.
Yayasan Kyai Syarifuddin ini berdiri di tengah- tengah pemukiman masyarakat Wonorejo, namun dengan hal itu kita dapat belajar dan berbaur dengan masyarakat, bagaimana menjalin hubungan yang baik dengan warga, berkomunikasi yang sopan dan tidak menyakiti seseorang. Jarak pondok pesantren menuju kampus juga tidak terlalu jauh, hanya membutuhkan waktu 5 menit untuk sampai ke kampus dengan berjalan kaki. Oleh karenanya, siapapun akan merasa nyaman, tentram, dan aman jika kuliah sambil mondok di Syarifuddin tercinta ini.
Ditahun 2023 ini, adalah tahun kedua dimana Nafis mengabdi di Pondok Pesantren, bangun pagi, mengaji, kuliah, mengaji lagi, lanjut jamaah, mandi harus ngantri, makan nasi pagi dimalam hari, semua itu sudah jadi kebiasaan Nafis setiap harinya. Dia sudah mulai terbiasa dengan kesibukan- kesibukanyang harus dilaksanakan setiap harinya. Walaupun melelahkan, tapi Nafis tetap merasa senang karena disana Ia tidak berjuang sendiri, ada teman- temanya  yang juga ikut berjuang bersama. Awalnya tidak mudah bagi Nafis untuk melakukan kesibukan ini, akan tetapi semakin- hari semakin bertambah pula kesibukan- kesibukan yang harus dilakukan, jadi Nafis sudah mulai terbiasa melupakan rasa lelahnya karena terlalu sibuk dengan kesibukan yang terus bertambah.
Berdoa, beriktiar, bersabar, serta berpasrahkan diri kepada sang pencipta, itulah yang perlu Nafis lakukan untuk saat ini karena dia yakin itu hal yang dapat membuat IAI Syarifuddin ini akan menghasilakan bibit- bibit unggul lainnya. Prinsipnya hanya satu, jika tidak bisa menjadi pintar maka setidaknya dia harus mencari barokah dari pendiri pondok pesantren, yakni dengan cara menaati dan tidak melanggar peraturan- peraturan yang ada di Kampus serta bertirakat di Pondok. Pada dasarnya, barokah dari para Ulama' sangat berpengaruh pada diri seseorang, walaupun tidak begitu aktif dalam kegiatan formal, seseorang juga bisa sukses apabila guru- guru ridho terhadapnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H