Mohon tunggu...
Dorothy Ferary
Dorothy Ferary Mohon Tunggu... lainnya -

Pencinta bahasa, travelling, dan makanan! :-)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ketika Bantar Gebang Bukan Sekedar Tempat Pembuangan Sampah Melainkan Tumpukan Harapan dan Mimpi Anak Bangsa

24 Juli 2014   04:38 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:24 474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika selama ini Bantar Gebang identik dengan kesan ”kotor”, “bau”, atau mungkin sebagian dari kita langsung membayangkan “gunungan sampah” ketika mendengar nama tempat ini, tidak banyak orang yang dapat melihat keindahan di Bantar Gebang. Pada kenyataannya, di tempat tujuan akhir sampah-sampah dari Kota Jakarta dan Bekasi ini, ada ribuan pemulung yang jujur dan bekerja keras tiap harinya di bawah terik matahari. Mereka melihat peluang hidup diantara 2,2 juta ton sampah yang mendatangi mereka tiap tahunnya.

[caption id="attachment_334857" align="aligncenter" width="574" caption="Pemulung di Bantar Gebang diantara gunungan sampah dan alat berat"][/caption]

Sebagai tindak lanjut dari rencana pelaksanaan program Social Creative Contribution, penerima beasiswa Lembaga Pengelolaan Dana Pendidikan Program Kepemimpinan 13 (LPDP PK 13) mengadakan acara buka puasa bersama dengan sebagian warga Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sumur Batu, salah satu TPA yang berada di kecamatan Bantar Gebang. Adapun tujuan dari buka puasa ini adalah untuk mendapatkan informasi langsung dari warga mengenai permasalahan utama yang mereka hadapi, khususnya dalam pendidikan anak-anak mereka. Mengapa pendidikan anak? karena mereka lah penerus generasi bangsa. Mereka lah yang akan menentukan masa depan Indonesia. Diharapkan untuk ke depannya, berdasarkan survey lapangan skala kecil ini LPDP PK 13 dapat membuat program regular yang dapat membantu kebutuhan pendidikan anak warga Sumur Batu.

Sekitar 30 panitia yang merupakan perwakilan dari 116 peserta LPDP PK 13 hadir di TPA Sumur Batu, Bantar Gebang pada hari Minggu, 20 Juli 2014. Selain mengumpulkan donasi dari anggota, pendanaan acara ini juga turut disponsori oleh MBA ITB dan LSS ITB. Ada 2 kegiatan utama dalam acara buka puasa bersama yaitu acara kegiatan anak yang dimulai pukul 15:30 dan acara diskusi warga yang dimulai pukul 16:30.

Adapun untuk acara kegiatan anak ada sekitar 33 anak berusia 5 - 13 tahun yang diundang. Mereka adalah anak-anak dari para pemulung TPA Sumur Batu. Keadaan mereka berbeda-beda, ada yang aktif minta digendong, ada yang sudah kelas 5 namun belum lancar menulis, ada yang bahkan tidak tahu umur mereka sendiri. Beberapa anak ketika ditanyakan mengaku tidak bersekolah. Mungkin karena kondisi mereka yang sulit.

Acara dimulai dengan perkenalan dan menyanyikan lagi. Awalnya kebanyakan dari mereka masih terlihat malu-malu, namun kemudian suasana dapat dicairkan dengan permainan yang telah dipersiapkan oleh panitia. Salah satu games yang diadakan adalah quiz menebak profesi. Mereka diberikan clue-clue tentang sebuah pekerjaan. Ada satu moment yang lucu ketika Sam, salah seorang panitia, menunjukkan gambar makanan dan bertanya "pekerjaan siapa yang membuat (memasak) makanan?", serentak anak-anak menjawab "Ibu....", jawaban mereka tidak salah. Mereka belum pernah ke hotel-hotel berbintang ataupun ke restoran. Buat mereka mungkin profesi "koki" masih asing. Yang mereka lihat dalam kehidupan sehari-hari mereka Ibu-lah yang memasak makanan setiap harinya.

Ketika ditanyakan apa cita-cita mereka, kebanyakan menjawab cita-cita yang mainstream dan normatif seperti guru, dokter, dll. Quiz menebak profesi cukup membuka mata mereka akan berbagai profesi yang ada.  Mereka juga diminta untuk menuliskan cita-cita mereka dan menuliskan alasan mereka mengapa mereka memilih profesi tersebut.

[caption id="attachment_334859" align="aligncenter" width="430" caption="Anak-anak Bantar Gebang bangga akan cita-cita mereka "]

1406120409734620481
1406120409734620481
[/caption]

[caption id="attachment_334860" align="aligncenter" width="461" caption="Anak-anak Bantar Gebang belajar mengenal berbagai profesi"]

14061204841605041719
14061204841605041719
[/caption]

[caption id="attachment_334861" align="aligncenter" width="470" caption="Fina mau jadi dokter Foto: Dok. LPDP PK 13"]

14061206002040613665
14061206002040613665
[/caption]

[caption id="attachment_334871" align="aligncenter" width="444" caption="Cita-cita Anak TPA Sumur Batu Bantar Gebang"]

140612360476724803
140612360476724803
[/caption]

Selain bermain dan bernyanyi, anak-anak juga dihibur dengan sesi dongeng. Anak-anak dengan sangat antusias mendengarkan dongeng dari Kak Jiwo yang di hari itu datang dengan boneka peraganya. Selain mendongeng, kak Jiwo juga mengajak adik-adik peserta untuk menirukan suara atau mengulang kata-katanya sehingga suasana menjadi lebih hidup.

[caption id="attachment_334872" align="aligncenter" width="496" caption="Sesi mendongen dengan Kak Jiwo"]

14061238331280098706
14061238331280098706
[/caption]

Sementara untuk acara diskusi warga, ada 23 pasutri ( total 46 warga) yang diundang untuk berpartisipasi dalam acara diskusi. Sayangnya tidak semua warga yang diundang datang dalam kegiatan karena mereka terpaksa harus bekerja. Warga yang datang dibagi ke dalam 6 kelompok kecil yang dipandu oleh dua orang panitia LPDP PK 13. Hal ini agar dapat memaksimalkan proses diskusi.

Dalam diskusi terbuka tersebut warga dapat menceritakan tantangan-tantangan serta kesulitan apa yang mereka hadapi khususnya dalam pendidikan anak-anak mereka. Dari seluruh orangtua yang mengikuti diskusi, semuanya ingin agar anak-anak mereka menjadi lebih baik dari mereka yang hanya berprofesi sebagai pemulung. Mereka berharap agar anak mereka bisa dapat berkuliah dan mendapatkan pekerjaan yang baik, yang tidak mengharuskan mereka untuk bekerja di bawah terik matahari dan "berpanas-panasan ria" seperti mereka.

Beruntungnya para orangtua bahwa ada sekolah Alam yang memberikan pendidikan gratis bagi anak-anak pemulung. Sekolah Alam memang bukanlah sekolah formal karena hari belajarnyapun hanya tiga kali seminggu, namun setidaknya di sana anak-anak diajarkan membaca, menulis dan pelajaran sekolah lainnya. Satu hal yang menjadi tantangan adalah letak sekolah yang jauh, sekitar 30 menit dengan berjalan kaki. Untuk yang memiliki sepeda, sekolah ini dapat ditempuh dalam waktu 15 menit. Menurut para orangtua, kendala inilah yang kadang menghambat anak-anak mereka untuk bersekolah. Terkadang cuaca tidak mendukung sehingga mereka terpaksa untuk tinggal di rumah. Untuk yang bersepeda ke sekolah, terkadang ban kempes, rantai yang lepas juga membuat para murid terlambat atau mungkin tidak dapat menghadiri sekolah.

Ada juga sekolah negri yang terdapat di sekitar Sumur Batu, namun biaya untuk meyekolahkan anak di sekolah ini kadang kala menjadi alasan mengapa sekolah ini “kurang popular” di kalangan pemulung. Tidak hanya biaya sekolah, orangtua juga wajib menyiapkan peralatan sekolah lainnya seperti buku, penggaris, pena, pensil, sepatu, yang semuanya memerlukan uang. Tak jarang anak pemulung yang bersekolah di sekolah ini merasa rendah diri atas keterbatasan keuangan yang dimiliki orangtua mereka jika dibandingkan teman-teman sekelas mereka.

[caption id="attachment_334867" align="aligncenter" width="514" caption="Diskusi warga dalam kelompok kecil"]

14061229612094328967
14061229612094328967
[/caption]

[caption id="attachment_334868" align="aligncenter" width="559" caption="Warga menceritakan tantangan dan keadaan mereka di TPA Sumur Batu"]

1406123032829715384
1406123032829715384
[/caption]

Dari hasil dikusi ini diketahui bahwa mereka beberapakali mendapatkan bantuan dari perusahaan atau organisasi. Namun bantuan ini bersifat sekali saja dan dalam bentuk barang. Saat ini masih belum ada perusahaan atau organisasi yang membantu dalam transfer of knowledge baik itu kepada mereka ataupun anak-anak mereka.

Dalam sesi ini ada orangtua yang bercerita bagaimana mereka sebenarnya tidak ingin anak-anak mereka turut memulung pada saat luang. Mereka lebih ingin anak-anak mereka untuk belajar. Namun apa hendak di kata, ayah biasanya menghabiskan waktu untuk memulung dan Ibu disibukkan oleh kegiatan memasak. Jika tidak sibukpun mereka tidak dapat banyak membantu anak-anak mereka dalam sekolah karena mereka sendiri kebanyakan tidak tamat SD.

Latar belakang pendidikan mereka yang rendah adalah salah satu alasan kenapa akhirnya mereka memutuskan untuk memulung. Untuk memulung tidak dibutuhkan ijazah atau pengalaman kerja. Cukup 2 hal saja: kejujuran dan kerja keras. Setiap pemulung diberikan "jatah sampah" yang harus dikumpulkan. Misalnya pemulung pelastik hanya mengambil sampah pelastik saja dan tidak akan mengambil sampah kaleng yang menjadi jatah pemulung yang lain. Mereka juga harus bekerja keras, kadang mereka bekerja dari pukul setengah tujuh pagi hingga pukul lima sore. Namun itu semua tergantung pada kesanggupan mereka untuk bekerja pada hari itu.

Harapan yang dimiliki oleh para orangtua untuk anak-anak mereka tidak muluk-muluk. Mereka berharap anak-anak mereka dapat melanjutkan sekolah hingga ke bangku kuliah, mendapatkan pekerjaan yang baik, dan hidup bahagia. Jika mereka diberikan jalan untuk menyekolahkan anak-anak mereka, mereka akan dengan sepenuh hati mendukung anak-anak mereka agar bisa bersekolah.

Di akhir acara, baik anak-anak maupun orangtua mendapatkan pembagian tajil dan makan malam. Anak-anak juga mendapatkan bingkisan berupa peralatan sekolah (stationary). Ada juga pembagian mukena dewasa dan pakaian bekas yang layak pakai.

Acara buka puasa LPDP PK 13 memang jauh dari hiruk pikuk kemegahan hidup kota Jakarta. Namun Bantar Gebang adalah tempat yang penuh semangat. Ditempat inilah kami anggota LPDP PK 13 belajar bahwa kejujuran dan kerja keras merupakan etos kerja tertinggi. Di tempat inilah mimpi-mimpi tak pernah mati meskipun suasana dan kondisi tidak mendukung mereka. Di tempat inilah kami diingatkan kembali akan moto kami: "Kami untuk Indonesia". Semoga melalui hasil diskusi warga, kami dapat membuat program regular yang feasible yang dapat membantu pendidikan anak para pemulung kelak.

[caption id="attachment_334873" align="aligncenter" width="448" caption="Foto Bersama Anak-anak Bantar gebang "]

1406124285606908068
1406124285606908068
[/caption]

[caption id="attachment_334849" align="aligncenter" width="486" caption="Perwakilan dari LPDP PK 13"]

1406106463486225077
1406106463486225077
[/caption]

Seluruh foto dalam artikel ini adalah dokumentasi dari LPDP PK13.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun