Jika selama ini Bantar Gebang identik dengan kesan ”kotor”, “bau”, atau mungkin sebagian dari kita langsung membayangkan “gunungan sampah” ketika mendengar nama tempat ini, tidak banyak orang yang dapat melihat keindahan di Bantar Gebang. Pada kenyataannya, di tempat tujuan akhir sampah-sampah dari Kota Jakarta dan Bekasi ini, ada ribuan pemulung yang jujur dan bekerja keras tiap harinya di bawah terik matahari. Mereka melihat peluang hidup diantara 2,2 juta ton sampah yang mendatangi mereka tiap tahunnya.
[caption id="attachment_334857" align="aligncenter" width="574" caption="Pemulung di Bantar Gebang diantara gunungan sampah dan alat berat"][/caption]
Sebagai tindak lanjut dari rencana pelaksanaan program Social Creative Contribution, penerima beasiswa Lembaga Pengelolaan Dana Pendidikan Program Kepemimpinan 13 (LPDP PK 13) mengadakan acara buka puasa bersama dengan sebagian warga Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sumur Batu, salah satu TPA yang berada di kecamatan Bantar Gebang. Adapun tujuan dari buka puasa ini adalah untuk mendapatkan informasi langsung dari warga mengenai permasalahan utama yang mereka hadapi, khususnya dalam pendidikan anak-anak mereka. Mengapa pendidikan anak? karena mereka lah penerus generasi bangsa. Mereka lah yang akan menentukan masa depan Indonesia. Diharapkan untuk ke depannya, berdasarkan survey lapangan skala kecil ini LPDP PK 13 dapat membuat program regular yang dapat membantu kebutuhan pendidikan anak warga Sumur Batu.
Sekitar 30 panitia yang merupakan perwakilan dari 116 peserta LPDP PK 13 hadir di TPA Sumur Batu, Bantar Gebang pada hari Minggu, 20 Juli 2014. Selain mengumpulkan donasi dari anggota, pendanaan acara ini juga turut disponsori oleh MBA ITB dan LSS ITB. Ada 2 kegiatan utama dalam acara buka puasa bersama yaitu acara kegiatan anak yang dimulai pukul 15:30 dan acara diskusi warga yang dimulai pukul 16:30.
Adapun untuk acara kegiatan anak ada sekitar 33 anak berusia 5 - 13 tahun yang diundang. Mereka adalah anak-anak dari para pemulung TPA Sumur Batu. Keadaan mereka berbeda-beda, ada yang aktif minta digendong, ada yang sudah kelas 5 namun belum lancar menulis, ada yang bahkan tidak tahu umur mereka sendiri. Beberapa anak ketika ditanyakan mengaku tidak bersekolah. Mungkin karena kondisi mereka yang sulit.
Acara dimulai dengan perkenalan dan menyanyikan lagi. Awalnya kebanyakan dari mereka masih terlihat malu-malu, namun kemudian suasana dapat dicairkan dengan permainan yang telah dipersiapkan oleh panitia. Salah satu games yang diadakan adalah quiz menebak profesi. Mereka diberikan clue-clue tentang sebuah pekerjaan. Ada satu moment yang lucu ketika Sam, salah seorang panitia, menunjukkan gambar makanan dan bertanya "pekerjaan siapa yang membuat (memasak) makanan?", serentak anak-anak menjawab "Ibu....", jawaban mereka tidak salah. Mereka belum pernah ke hotel-hotel berbintang ataupun ke restoran. Buat mereka mungkin profesi "koki" masih asing. Yang mereka lihat dalam kehidupan sehari-hari mereka Ibu-lah yang memasak makanan setiap harinya.
Ketika ditanyakan apa cita-cita mereka, kebanyakan menjawab cita-cita yang mainstream dan normatif seperti guru, dokter, dll. Quiz menebak profesi cukup membuka mata mereka akan berbagai profesi yang ada. Mereka juga diminta untuk menuliskan cita-cita mereka dan menuliskan alasan mereka mengapa mereka memilih profesi tersebut.
[caption id="attachment_334859" align="aligncenter" width="430" caption="Anak-anak Bantar Gebang bangga akan cita-cita mereka "]
[caption id="attachment_334860" align="aligncenter" width="461" caption="Anak-anak Bantar Gebang belajar mengenal berbagai profesi"]
[caption id="attachment_334861" align="aligncenter" width="470" caption="Fina mau jadi dokter Foto: Dok. LPDP PK 13"]
[caption id="attachment_334871" align="aligncenter" width="444" caption="Cita-cita Anak TPA Sumur Batu Bantar Gebang"]
Selain bermain dan bernyanyi, anak-anak juga dihibur dengan sesi dongeng. Anak-anak dengan sangat antusias mendengarkan dongeng dari Kak Jiwo yang di hari itu datang dengan boneka peraganya. Selain mendongeng, kak Jiwo juga mengajak adik-adik peserta untuk menirukan suara atau mengulang kata-katanya sehingga suasana menjadi lebih hidup.