Mohon tunggu...
Dorma Jadi Haulian Situmorang
Dorma Jadi Haulian Situmorang Mohon Tunggu... Lainnya - Halo dunia :)

Halo apa kabar? :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kenapa Berpikir Membuat Kita Bisa Kaya Raya?

11 April 2022   14:37 Diperbarui: 11 April 2022   15:16 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terlalu ambisius menjadi kaya raya,
Hanya membawa dirimu menjauh dari kaya raya.

Kenapa bisa begitu?

Ambisius selalu berjalan berdampingan dengan ego, nafsu dan kemampuan berpikir dengan cepat berkali-kali lipat dari orang normal.
Mereka partner sempurna untuk mencapai keberhasilan tujuan, menjadi kaya raya.

Hanya saja,
Seringnya yang terjadi orang-orang selalu gagal dan berakhir di jalan kesengsaraan.
Pencapaiannya gagal, performa diri dan taksiran value dirinya menurun dengan sangat tajam.

Kok bisa, kenapa?
Karna mereka selalu pakai jalan mudah;
Ambisius, ego & nafsu.

Mereka lupa komponen terakhir,
Kemampuan berpikir dengan cepat berkali-kali lipat dari orang normal.

Memangnya apa pentingnya berpikir itu?
Untuk membantu memuluskan jalanmu menuju kaya raya.

Memangnya kemampuannya buat apa?
 > Menciptakan map rencana untuk tujuanmu, menjadi kaya raya.

> Mempelajari trik dan melatih dirimu bagaimana: Mempengaruhi & memanipulasi lingkunganmu, agar mereka percaya bahwa kau berpotensi menjadi kaya raya.

> Membuat rencana A, rencana Anti-A, rencana B, rencana Anti-B, dan rencana spesial untuk situasi tidak terduga yang berpotensi menghalangi tujuanmu; Menjadi kaya raya.
   
> Memaksamu berpikir bagaimana melatih dirimu untuk disiplin: makan, mandi, tidur, bergerak produktif secara teratur demi tubuh prima menuju targetmu; Kaya raya.

Memaksamu disiplin berpikir sehat & sadar,
Dan pantang tumbang karna bau kentut dari smartphone atau media sosial-mu.
Otakmu akan berkata:"yaeallahh, Aromanya bahkan tidak tercium disini, hanya ilusi."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun