Mohon tunggu...
Dorma Jadi Haulian Situmorang
Dorma Jadi Haulian Situmorang Mohon Tunggu... Lainnya - Halo dunia :)

Halo apa kabar? :)

Selanjutnya

Tutup

Catatan

[Review Buku] Hati, Diri, dan Jiwa

24 Agustus 2013   03:24 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:53 541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13772887971057621615

"Dr. Frager menyajikan perpaduan yang memesona antara filsafat Islam, kisah-kisah teladan, dan anekdot-anekdot personal." - demikian salah satu komentar Frances Vaughn, pengarang Shadow of The Sacred atas buku berjudul Hati, Diri, dan Jiwa karangan Robert Frager (Syekh Ragib al-jerahi) seorang Mursyid Sufi dan profesor psikologi pada Institute of Transpersonal Psychologi, California.

Buku ini lebih mengeksplorasi kekayaan tradisi spiritual sufisme sebagai jalan pengembangan pribadi. Robert Frager tidak saja mengajak kita mereguk makna-makna simbolis pelbagai kisah, puisi, dan humor sufi, tapi juga menyuguhkan contoh-contoh keseharian yang menyenangkan dan latihan-latihan teratur untuk berhubungan dengan kearifan batiniah dalam diri, membuka hati, melesatkan jiwa, dan diatas semuanya, merasakan kehadiran Tuhan.

Ini adalah sepenggal kisah yang menarik menurut saya tentang menyadari kehadiran Tuhan yang dicatat di buku Hati, Diri, dan Jiwa halaman 67-68.

Malaikat Jibril bertanya kepada Nabi,"Ya Muhammad, apakah Ihsan itu?" Beliau menjawab,"Kamu menyembah Tuhan seolah-olah kamu melihatNya, dan jika kamu tidak mampu melihatNya, maka sesungguhnya Dia melihatmu."

***

Syekh Junayd memiliki seorang Darwis muda yang sangat ia cintai. Darwis Junayd lainnya, yang lebih tua, menjadi iri. Suatu hari, Junayd menyuruh para Darwisnya untuk membeli seekor ayam. Masing-masing disuruh menyembelih ayam itu ditempat yang tak seorangpun dapat melihatnya. Apa pun yang mereka lakukan, mereka harus kembali paling lambat pada saat matahari terbenam.

Satu persatu para Darwis kembali menghadap Junayd, masing-masing membawa ayam yang telah mereka sembelih. Terakhir, darwis muda itu kembali dengan membawa seekor ayam yang masih hidup. Para darwis tua tertawa dan saling berbisik-bisik diantara mereka, bahwa si darwis muda akhirnya menunjukkan betapa bodohnya ia. Ia bahkan tidak dapat menjalankan perintah syekhnya.

Junayd menanyakan masing-masing darwisnya, bagaimana mereka telah menjalankan perintahnya. Darwis yang kembali pertama kali mengatakan bahwa ia membawa ayam tersebut kerumahnya, mengunci pintu lalu menyembelih ayam tersebut. Darwis kedua mengatakan bahwa ia membawa ayam tersebut kerumahnya, mengunci pintu, mennutup tirai, kemudian masuk kedalam lemari tertutup, lalu menyembelihnya. Darwis ketiga juga membawa ayam tersebut kedalam lemari tertutup, namun ia menutup matanya dengan kain, sehingga ia sendiri bahkan tidak dapat melihat proses penyembelihan tersebut. Darwis lainnya pergi ke daerah gelap, yang terpencil di dalam hutan, untuk menyembelih ayamnya. Darwis terakhir pergi ke sebuah gua yang gelap gulita.

Akhirnya, sampailah pada giliran si darwis muda. Ia menundukkan kepalanya dengan malu. Ayamnya masih berkotek di dalam pelukannya. Dengan lirih ia berkata,"Aku telah membawa ayam ini ke dalam rumah, tapi Tuhan berada di segala sisi rumah itu. Aku pergi ketempat paling terpencil di hutan, tetapi Tuhan tetap ikut bersamaku. Bahkan, di dalam gua paling gelap sekalipun, Tuhan berada disana. Tidak ada satu tempat pun di mana Tuhan tidak dapat melihatku." Darwis muda tersebut memiliki ihsan. Darwis lainnya pun kemudian mengetahui mengapa syekh mereka mencintainya.

** Penglihatan hati-lebih-dalam adalah penglihatan yang sejati. "Hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya." (disebutkan di dalam L. Lewisohn, Classical Persian Sufism: from its origins to Rumi, ed. ( New York: Khaniqahi Nimatullahi Publications, 1993), hlm. 321).

Salah satu syair dari penyair Hafizh yang indah, ditulis didalam buku Hati, Diri, dan Jiwa halaman 289.

Aku bersujud kepada Tuhan dalam syukurDan kulihat sang rembulan juga sibuk melakukan hal yang serupa Aku bersujud pada Tuhan dalam kebahagiaan luar biasa,Dan aku belajar dari sumber sang matahari, dan anak-anak, dan hatikuSemuanya meminjam Cahaya mereka Aku bersujud dengan ketaatan mendalam pada Sang KawanDan menemukan rahasia indah yang terpampang di udara:Keseluruhan alam semesta ini diberkatiNya dan sama mabuknya seperti diriku,Dan sama terhanyutnya di dalam Tarian Suci nan Indah.Kekasihku,Setelah perjalanan yang amat sangat jauhTuhan telah membuat satu jiwa lagiTerbebaskan!

*Dikutip dari buku Hafizh, I Hear God Laughing: Rendering of Hafiz, terj. D. Ladinsky. Walnut Creek, Cal.: Sufism Reoriented, 1996

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun