Mohon tunggu...
Dorma Jadi Haulian Situmorang
Dorma Jadi Haulian Situmorang Mohon Tunggu... Lainnya - Halo dunia :)

Halo apa kabar? :)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pemburuan Reporter (ECR-2#61)

25 April 2011   17:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:24 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13037270471895395433

"Bang, lagi ngapain...", tepukan tiba-tiba dari seorang pria dibahunya Mas Lala benar-bener bikin kaget. kertas yang dipegangnya secara otomatis segera disembunyikan kedalam bajunya yang besar. "Ah, kau ternyata Mas Rizal. mau ngapain disini... meliput yah...", tanya Mas Lala singkat. diperhatikannya gaya Reporter ini sudah sangat rapi, kamera yang dikalungkannya tampak sangat mulus dan mengkilat. "Apa liat-liat, bang. kagum sama kameraku ini yah... ini kamera terbaru dan termahal nih bang dari semua harga kamera yang pernah ada di toko-toko desa rangkat ini. asli impor ini, bang", ucap Reporter dan langsung pamer-pamer kameranya. "kayaknya kau gak tau makai kamera ini, mas Rizal. soalnya ini masih baru, seperti baru keluar dari toko ini aku lihat". kata Mas Lala sambil tetap mengamati kamera Reporter. "Wuah, sampeyan gak tau saya ini siapa di disini. aku ini reporter paling terkenal loh di rangkat ini. udah banyak yang aku poto-poto pake kamera ini loh, Mas Lala. tanya ajah sama Jingga. pasti katanya iya". kali ini Reporter bicara dengan mata melotot dan menggebu-gebu sambil mengacung-acungkan kameranya.

"Wah, kalo gitu... ini perbuatanmu-lah jangan-jangan...", ucap Mas Lala sambil menunjukkan kertas yang dari tadi disembunyikannya. disana tampak gambar Dorma dengan Mas Bain si pemilik Onthel Keramat sedang bersepedaan dengan mesranya. Reporter memandang gambar dua insan itu dengan mata melotot [lagi]. seketika ekspresinya berubah-ubah seperti cemas, seperti mau nge-den, dan seperti mau menahan sesuatu yang keras (uppsss...). "Mas Rizal yang bikin ini-kan...??", tanya Mas Lala lagi kali ini dengan memplintir janggutnya yang panjang dan mengkilap itu.

"Bu-bu-bu-bukaaan, bang. sumpah... bukan ane, bang. suwer tekewer-kewer deh, bang", ucap Reporter dengan blingsatan dan gugup. Mas Lala yang melihat gerak-gerik reporter ternyata cukup mencurigakan. "Yakin, bukan mas Rizal", tanya Mas Lala lagi kali ini sambil memicingkan mata sebelah kanan.

"Bukan, bang. kalau gak percaya, tanya sama Mas Hans ajah...", ucap Reporter sambil menatap Mas Lala yang memandangnya dengan mata dipicingkan sebelah kanan dan sambil memplintir janggutnya. pemandangan yang cukup mendebarkan jantungnya.

"Loh, kenapa sama mas Hans...??? memangnya apa hubungannya...??",

"Karna Mas Hans itu yang tau semua informasi di desa ini, sebagai seorang satpam mas hans itu lebih banyak tau gosip-gosip atau isu-isu disini, bang. denger-denger sih, mas hans itu punya bakat tukang jual kompor, bang", bisik Reporter sambil monyong-monyongin bibirnya diwajah Mas Lala sambil melirik kiri-kanan.

"Eh, tunggu dulu. memangnya abang ada kepentingan apa nanya-nanya siapa pelaku yan buat gambarnya Dorma dan Mas Bain itu...??? dan kenapa abang ada posternya mereka...?? Jangan-jangan....", Ucapan Reporter terpotong dengan seketika saat tangannya Mas Lala menutup mulutnya Reporter sambil gelisah dan melirik ke kiri dan kanan.

"Ya sudah, anggaplah pembicaraan kita ini tak pernah terjadi. aku ketempat si Mas Hans dulu-lah yah...", Mas Lala langsung melesat pergi meninggalkan Reporter yang terbengong-bengong menatap kepergiannya.

"Wuah, harus dijadiin berita nih", Reporter segera buru-buru mengikuti Mas Lala.

"Dooorrrr...",

"Adduuuhhhh.... Jennifeeerrrr..... Bikin kaget sajaaaa....", teriak Reporter dengan suara seperti kejepit pintu.

"Sedang apa, om", tanya Jennifer sambil mengikuti arah objek sasarannya Reporter.

"Bukan apa-apa, ini urusan orang dewasa. kamu ngapain kesini, udah kesana ajah... balik sana kerumah bunda Selsa", usir Reporter sambil tetap mengendap-ngendap mengikuti Mas Lala dari belakang.

"Yeeee... ini juga udah dari rumah bunda. eh, om. ngapain sih ngikutin Mas Lala... Jangan-jangan Naksir yah...", goda Jennifer dengan genit.

"Husshh... sana-sana, masih disini  juga....", tanpa menghiraukan ucapan Jennifer.

"Jawab dulu dooonnggg... iya apa nggak...", ucap Jennifer sedikit ngambek.

"Arrgghh.. mengganggu ajah nih, anak. iya-iya-iya... udah sana, nanti om jadi kehilangan Mas Lala nih". Reporter yang tak mengerti dengan apa yang telah diucapkannya, mennjawabnya ngasal sambil berharap Jennifer segera pergi dan dia bisa melanjutkan investigasinya.

"Apa....??? hihihihihihi.... Daaahhh... Oooooommmm...", Jennifer langsung lari sambil tertawa-tawa. ditengah jalan Jennifer ketemu dengan Mas Hans yang sedang perbaikin kompor dan tabung gas ijo 3 Kg.

"Om Hans, sedang apa...?? eh-eh-eh, om. dengerin deh, tadi yah... aku liat Om Reporter sedang ngikutin Mas Lala,,, trus, aku tanyain... om sedang apa, eh... gak mau jawab om-nya. trus, aku tanyain lagi, om naksir yah sama Mas Lala, trus jawabnya iya dan Om Reporter katanya gak mau kehilangan Mas Lala, om", Ucap Jennifer dengan polos tanpa menyadari bila dia telah cerita pada orang yang salah. Jiwa kompor-mengompor Mas Hans seketika bangkit.

"Serius, Jen...?", tanya Mas Hans untuk memastikan.

"Iya, om. masa Jen boong. udah ah, aku mau pergi dulu. daaaahhh....", Jennifer segera pergi sambil meloncat-loncat riang.

Mas Hans yang menatap kepergian Jennifer langsung masuk kedalam rumahnya. diraihnya Pentungan yang merangkap jadi Ponsel itu, kemudian... entah dengan siapa dia berkomunikasi, tapi jari-jari mas hans sangat lincah menekan tombol-tombol itu dan sebentar-sebentar mas Hans tersenyum-senyum sendiri lalu tertawa terbahak-bahak. setelah semua selesai, "Yess...", hanya itu yang terucap dari bibirnya dan mas Hans-pun pergi entah kemana.

***

DESA RANGKAT menawarkan kesederhanaan cinta untuk anda, datang, bergabung dan berinteraksilah bersama kami (Klik logo kami)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun