Mohon tunggu...
Mohammad Dori Julianto
Mohammad Dori Julianto Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika SMPN 3 Tegalbuleud Satu Atap Kabupaten Sukabumi

Praktisi Pendidikan yang gemar menulis dan membaca serta olahraga

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Modul 2.3 Coaching untuk Supervisi Akademik-Koneksi antar Materi

24 Juli 2024   10:08 Diperbarui: 24 Juli 2024   10:12 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tugas 2.3.a.8. Koneksi Antarmateri - Modul 2.3. Coaching untuk Supervisi Akademik

 

 

Nama             : Mohammad Dori Julianto, S.Pd.

CGP                 : Angkatan 10 Kabupaten Sukabumi

 

  • Pemikiran reflektif terkait pengalaman belajar
  • Pengalaman/materi pembelajaran yang baru saja diperoleh 
  • Pengertian Coaching

Coaching adalah hubungan kemitraan dengan klien dalam suatu percakapan yang kreatif dan memicu pemikiran untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional klien.

  • Paradigma Berpikir Coaching
  • Fokus pada coachee
  • Bersikap terbuka dan keingintahuan
  • Memiliki kesadaran diri yang kuat
  • Membantu Coachee melihat peluang-peluang dan masa depan
  • Prinsip-Prinsip Coaching
  • Kemitraan
  • Percakapan kreatif
  • Memaksimalkan potensi
  • Kompetensi Inti Coaching
  • Presence/kehadiran penuh
  • Mendengarkan aktif
  • Melontarkan pertanyaan berbobot
  • Coaching dengan Alur TIRTA

  Alur percakapan dengan Tirta:

  • Tujuan
  • Tahap awal dimana kedua pihak coach dan coachee menyepakati
    tujuan pembicaraan yang akan berlangsung. Idealnya tujuan ini datang dari coachee
  • Identifikasi
  • Coach melakukan penggalian dan pemetaan situasi yang sedang
    dibicarakan, dan menghubungkan dengan fakta-fakta yang ada pada saat sesi
  • Rencana Aksi
  • Pengembangan ide atau alternatif solusi untuk rencana yang akan
    dibuat
  • Tanggung Jawab
  • Membuat komitmen atas hasil yang dicapai dan untuk langkah
    selanjutnya
  • Emosi-emosi yang dirasakan terkait pengalaman belajar 

Sebelum saya mempelajari materi ini saya tidak memahami apa itu coaching, saya berpikir apakah saya mampu untuk melakukan coaching. Namun setelah membaca modul 2.3, saya mulai memahami dan yakin dapat melakukan coaching kepada murid atau rekan guru. Saya senang saya dapat berkolaborasi dengan rekan keerja untuk dapat melakukan coaching sehingga dia mendapatkan solusi dari masalahnya.

  • Apa yang sudah baik berkaitan dengan keterlibatan dirinya dalam proses belajar

Hal yang baik adalah saya mampu memahami materi-materi inti dalam pembelajaran modul 2.3. seperti pengertian coaching, paradigma berpikir coaching, prinsip-prinsip coaching, kompetensi inti coaching, alur TIRTA, dan lain-lain. Saya juga dengan mudah berkolaborasi bersama teman CGP lain dalam mempraktikkan coaching sebagai pengamat, coach, maupun coachee, baik di kegiatan Ruang Kolaborasi maupun di Demonstrasi Kontekstual.

  • Apa yang perlu diperbaiki terkait dengan keterlibatan dirinya dalam proses belajar 
  • Kemampuan berbicara menggunakan bahasa yang efektif
  • Kemampuan melontarkan pertanyaan-pertanyaan berbobot
  • Meningkatkan fokus saat melakukan coaching
  • Keterkaitan terhadap kompetensi dan kematangan diri pribadi

Dengan mempelajari modul 2.3. Coaching untuk Supervisi Akademik, saya memahami konsep dan prinsip-prinsip coaching. Saya juga bisa mempraktikkan kegiatan coaching, baik sebagai coach, coachee, maupun observer. Praktik coaching tersebut memberikan pengalaman bagi saya untuk menerapkannya di sekolah. Praktik coaching tersebut juga meningkatkan kompetensi saya sebagai pemimpin pembelajaran dan bisa menjadi bekal jika melaksanakan supervisi akademik.

  • Analisis untuk implementasi dalam konteks CGP
  • Memunculkan pertanyaan kritis yang berhubungan dengan konsep materi dan menggalinya lebih jauh

"Bagaimana penerapan coaching dalam supervisi akademik di sekolah?" Selama ini, supervisi akademik banyak dijadikan momok bagi guru karena hanya berfokus kepada penilaian dan bukan pengembangan diri guru. Dengan diterapkan coaching dalam supervisi akademik, tingkatan supervisor dan guru adalah mitra dan bukan lagi "atasan-bawahan" sehingga proses pengembangan diri guru akan menjadi lebih baik.

  • Mengolah materi yang dipelajari dengan pemikiran pribadi sehingga tergali wawasan (insight) baru

Coaching untuk supervisi akademik akan menunjang peran guru sebagai pemimpin pembelajaran yang akan mewujudkan pembelajaran yang berpihak kepada siswa sehingga siswa bisa memaksimalkan potensi yang dimilikinya. Prinsip, kompetensi, dan alur coaching jika dilakukan dengan tepat akan bisa menghasilkan komunikasi kemitraan antara coach dan coachee yang efektif sehingga bisa menghasilkan solusi-solusi dari permasalahan yang dihadapi.

  • Menganalisis tantangan yang sesuai dengan konteks asal cgp (baik tingkat sekolah maupun daerah)

Selama ini supervisi akademik hanya berfokus pada pengawasan dan penilaian sehingga guru kurang bisa mengembangkan potensi dirinya dan cenderung merasa cemas, bahkan ketakutan saat akan disupervisi. Tantangannya adalah bagaimana ke depan kita mengubah mindset supervisi yang mulanya berfokus penilaian menjadi berfokus untuk mengembangkan potensi diri guru.

Tantangan selanjutnya adalah mengubah pemikiran bahwa pihak yang terlibat dalam supervisi akademik adalah atasan dan bawahan. Namun, guru dan supervisor adalah mitra sehingga terjadi proses belajar dari kedua belah pihak. Suasana yang tercipta pun akan lebih bersahabat sehinga memudahkan guru dalam memgembangkan dirinya.

  • Memunculkan alternatif solusi terhadap tantangan yang diidentifikasi
  • Menyosialisasikan konsep coaching dalam supervisi akademik kepada semua kepala sekolah dan pengawas.
  • Menyosialisasikan konsep coaching untuk supervisi akademik kepada para guru melalui seminar, webinar, KKG, MGMP, diskusi, atau kegiatan bersama lainnya.
  • Menyosialisasikan konsep coaching untuk supervisi akademik dengan berbagai media seperti poster, artikel, video, modul, dan lain-lain.

  • Membuat keterhubungan
  • Pengalaman masa lalu

Sebelumnya, saya hanya mengenal kata coach di bidang olahraga saja. Pengalaman saya dalam mengikuti supervisi akademik juga hanya sebatas untuk penilaian kinerja guru tanpa adanya pengembangan kompetensi. Tidak ada penerapan prinsip coaching di dalamnya. Supervisi akademik juga dilakukan satu tahap, yakni observasi saja tanpa adanya kegiatan pra dan pascasupervisi.

  • Penerapan di masa mendatang

Sebagai pemimpin pembelajaran, saya akan menerapkan prinsip-prinsip coaching terhadap siswa maupun pihak lain. Selain itu, prinsip-prinsip coaching sangat perlu dilaksanakan dalam supervisi akademik di sekolah sehingga supervisi tidak hanya sebatas penilaian saja, tetapi bisa mengembangkan potensi diri guru secara lebih maksimal.

  • Konsep atau praktik baik yang dilakukan dari modul lain yang telah dipelajari
  • Modul 2.1.

Di modul 2.1. saya belajar tentang pembelajaran berdiferensi yang mengakomodasi kebutuhan belajar siswa. Tujuannya adalah siswa bisa mengembangkan potensi dirinya. DI modul 2.3. ini saya mempelajari proses coaching yang juga bertujuan memaksimalkan potensi yang dimiliki coachee dalam menyelesaikan permasalahan yang dimilikinya.

  • Modul 2.2.

Di modul 2.2. saya mempelajari pembelajaran berbasis sosial dan emosional. Salah satu materinya adalah praktik mainfulness yang bisa mewujudkan kesadaran diri. Dalam kegiatan coaching, praktik mainfullness dapat diterapkan untuk mendukung kompetensi inti coaching, yakni adanya kehadiran penuh, mendengarkan aktif, dan melontarkan pertanyaan berbobot.

  • Informasi yang didapat dari orang atau sumber lain di luar bahan ajar PGP.

Saya mendapat informasi tidak hanya dari modul ini akan tetapi saya juga mendapat infor,asi dari rekan yang sudah menjadi guru penggerak dan buku guru penggerak yang ditulis oleh guru penggerak kabupaten sukabumi.

Bagaimana peran Anda sebagai seorang coach di sekolah dan keterkaitannya dengan materi sebelumnya di paket modul 2 yaitu pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial dan emosi?

Di sekolah saya mulai menerapkan paktek coaching kepada murid saya dan rekan guru yang lain. Terkait dengan permasalah murid yang beragam saya menerapkan coaching dengan alur tirta dalam setiap percpakan saya sehingga mereka dapat ide solusi dari permasalahannya. Selain itu prakten coaching ini juga saya terapkan dalam percakapan saya dengan rekan guru yang mengalami kendala dalam proses pembelajarannya.

Bagaimana keterkaitan keterampilan coaching dengan pengembangan kompetensi sebagai pemimpin pembelajaran?

Setelah mempelajari materi coaching ini, saya mendapatkan peningkatan dalam kompetensi saya untuk dapat memimpin pembelajaran baik di kelas maupiun di sekolah. Saya berkolaborasi dengan rekan guru untuk mewujudkan pembelajaran yang berdiferensiasi dan mengintegrasikan KSE dalam pembelajaran semua guru.

            Demikian pemaparan saya terkait dengan tugas koneksi antar materi modul 2.3 Coaching untuk Supervisi Akdemik. Semoga dapat memberikan kebermanfaatan untuk pembaca sekalian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun