Mohon tunggu...
Mohammad Dori Julianto
Mohammad Dori Julianto Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika SMPN 3 Tegalbuleud Satu Atap Kabupaten Sukabumi

Praktisi Pendidikan yang gemar menulis dan membaca serta olahraga

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Koneksi Antar Materi Modul 1.4 Budaya Positif

31 Mei 2024   23:52 Diperbarui: 1 Juni 2024   00:40 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh..

Pada kesempatan ini saya akan memaparkan koneksi antar materi modul 1.4 Budaya Positif dengan modul sebelumnya. Budaya positif merupakan nilai-nilai kebajikan, keyakinan-keyakinan yang dimiliki oleh seseorang yang pada akhirnya akan menjadi sebuah karakter pada dirinya. 

Sekolah merupakan tempat terbaik bagi murid untuk menumbuh kembangkan nilai-nilai kebajikan, keyakinan yang sudah ada dalam dirinya agar menjadi karakter yang kuat saat bermasyarakat. Sebagai seorang guru, tentu sudah menjadi tugas dan kewajiban untuk menuntun murid menumbuhkan nilai-nilai kebajikannya. Oleh karena itu peranan seorang guru sangat penting dalam hal ini.

            Saya sebagai guru di SMPN 3 Tegalbuleud Satu Atap bersama-sama berkolaborasi dengan rekan guru berupaya untuk menerapkan budaya positif di sekolah. Pada penerapan budaya positif di sekolah saya, saya mengambil peran dalam segala kegiatan baik itu pembelajaran maupun kegiatan murid seperti ekstrakurikuler. 

Di sekolah saya diberikan tugas tambahan sebagai pembina paskibra, pembina OSIS, dan wakil kepala sekolah bidang kesiswaan. Tentunya dengan tugas ini saya memiliki banyak interaksi dengan murid di sekolah. Peranan saya sebagai wakil kepala sekolah bidang kesiswaan banyak berkaitan dengan pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan murid. Dalam menyikapi hal tersebut sebelum mengenal materi budaya positif saya selalu berperan sebagai penghukum.

            Pada modul budaya positif ini perlu dipahami bahwa setiap perilaku murid itu memiliki tujuan sebagai pemenuhan kebutuhan dasarnya. Kesalahan-kesalahan yang dilakukan murid bukan suatu tindakan yang tanpa tujuan. Dengan penerapan budaya positif ini saya merubah cara dalam menangani kasus kesalahan murid. 

Saya melakukan posisi control sebagai manajer dengan melakukan restitusi pada saat murid melakukan pelanggaran atau kesalahan. Tentunya perubahan paradigma ini saya lakukan sesuai dengan visi sekolah yang berpihak pada murid berdasarkan filosofis pendidikan Ki Hadjar Dewantara.

            Dari modul 1.4 budaya positif yang saya pahami adalah penerapan disiplin positif di sekolah harus berpihak pada murid. Saya memahami bahwa peran guru yang baik adalah peran sebagai manajer yang mencakup peran sebagai teman dan pemantau pada teori kontrol. 

Peran manajer akan membuat murid menjadi identitas yang sukses karena tindakan restitusi dengan tahapan segitiga restitusi yaitu menstabilkan identitas, validasi kesalahan, dan menanyakan keyakinan. Dengan berkeyakinan bahwa segala tindakan yang dilakukan murid adalah upaya dia untuk memenuhi kebutuhan dasarnya maka dalam menyikapi sebuah pelanggaran murid, saya memilih menjadi seorang manajer dengan melakukan restitusi.

            Menarik bagi saya adalah pro kontra perlu tidaknya hukuman dan penghargaan diberikan pada murid. Pada teori kontrol, hukuman dan penghargaan tidak dianjurkan karena bertentangan dengan tindakan restitusi. Akan tetapi bagi saya hukuman dan penghargaan perlu diberikan untuk pembelajaran bahwa setiap perbuatan itu ada timbal baliknya pada diri sendiri. 

Murid akan berpikir bahwa semua tindakan yang dilakukan aka nada akibat untuknya, dengan begitu murid akan menimbang-timbang dalam melakukan sesuatu tindakan apakan merugikan (kena hukuman) atau menguntungkan (diberi penghargaan). Penghargaan bukan hanya tentang materi, tapi bisa bersifat abstrak atau verbal karena itu juga merupakan kebutuhan dasar manusia pada level penguasaan.

            Setelah mempelajari modul 1.4 budaya positif ini, terjadi perubahan dalam cara berpikir saya. Perubahan tersebut seperti saya memilih peran control guru sebagai teman, pemantau dan manajer. Hal ini membuat saya nyaman dan tidak tersulut emosi saat ada murid melakukan pelanggaran dan kesalahan. Saya lebih mengedepankan berpihak pada murid dalam menyikapi hal tersebut.

            Seperti pada saat saya menangani kasus murid yang tertidur di kelas. Saya tidak menyalahkan murid tersebut, karena saya tahu dia tertidur pasti karena sebuah alasan. Dalam penanganannya saya lakukan tahapan segitiga restitusi dan murid bersedia memperbaiki kesalahannya.

Setelah melakukan perubahan ini saya merasa lebih nyaman, tenang, dan dapat mengendalikan emosi dalam menyikapi permasalahan-permasalahan yang dilakukan murid. Perubahan sikap saya ini merupakan sikap terbaik saya selama menjadi wakil kepala sekolah bidang kesiswaan yang penuh dengan penanganan-penanganan murid bermasalah. Yang harus ditingkatkan adalah kolaborasi antar guru sehingga terjadi keselarasan dalam menyikapi permasalahan yang terjadi.

            Sebelum mempelajari modul ini, pada konsep teori kontrol saya lebih sering berperan sebagai penghukum dalam menyikapi pelanggaran yang dilakukan murid. Perasaan saya saat memberikan hukuman ada rasa puas akan tetapi saya merasa bersalah setelahnya. Oleh karena itu saya selalu meminta maaf setelah memberikan hukuman agar merekonstruksi hubungan baik dengan murid. 

Setelah mempelajari modul ini, saya berperan sebagai teman, pemantau, dan manajer. Dengan posisi ini saya merasa lebih nyaman dan tenang, saya dapat mengendalikan emosi saya sehingga saya bahagia. Perbedaan perasaan yang saya dapatkan ini membuat saya berpikir bahwa penerapan budaya positif di sekolah penting dan harus berpihak pada murid.

            Pengalaman saya dalam penanganan kasus murid sebelum mempelajari modul ini, saya pernah melakukan segitiga restitusi versi saya sendiri. Saya akan memanggil murid dan berbicara empat mata dari hati ke hati. Saya biasanya menanyakan alasan dibalik tindakan yang dilakukan murid dan memberikan gambaran bahwa tindakan yang dilakukan adalah wajar bagi anak seusia kamu yang sedang mencari jati diri. Mungkin ini adalah tahapan menstabilkan identitas dan validasi kesalahan.

            Modul budaya positif dengan materi intinya ini memberikan pemahaman baru bagi saya terutama dalam menyikapi perilaku murid. Saya dapat memahami kebutuhan murid, berperan sebagai manajer dengan melakukan restitusi. Di masa depan akan banyak sekali permasalahan-permasalahan yang dilakukan murid dan saya akan dengan tenang menghadapinya karena saya telah memahami materi ini. Tentunya materi ini memberikan peningkatan untuk kompetensi saya sebagai seorang pemimpin pembelajaran.

Demikian paparan koneksi antar materi pada modul 1.4 budaya positif yang dapat saya sampaikan. Semoga bermanfaat dan menginspirasi bagi semuanya. Terima Kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun