Tuhan punya rencana lain. Meski Nasywa sudah tidak bernyawa lagi, saya dan suami tetap membawa jasad Nasywa ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.
Dokter memberikan tindakan medis sesuai standar operational procedure. Dan sekali lagi, saya melihat wajah polos Nasywa dengan bantuan selang dari hidung.
Di RSCM, Nasywa dirawat dan menjalani operasi kasai, pembuatan saluran dari hati dan empedu ke usus dua belas jari.
Di RSCM, Nasywa dipastikan sudah tak bersama kami. Di saat itulah, saya menangis.
Saya terpuruk. Saya terpukul. Saya merasa gagal menjadi seorang ibu, menyelamatkan anak kandung sendiri.
Saya tak mengira, Atresia Bilier bisa merenggut nyawa Nasywa di usia 11 bulan.
***
Tak ada yang aneh selama masa kehamilan putri kedua kami. Setiap pergi ke bidan, setiap di ultrasonografi (USG), bidan tak mengabarkan adanya kelainan.
Bahkan, Nasywa lahir dengan berat badan 3,6 kilogram dan panjang 48 centimeter. Normal untuk ukuran bayi yang sehat.
Tapi tuhan menyimpan sesuatu di dalam tubuh bayi perempuan saya. Tanggal 20 Oktober 2015, tepat di usia 1 bulan 20 hari, Dr. H F Wulandari SpAK, melakukan tindakan US abdomen atau hati 2 fase dengan hasil, Nasywa Aliyah Husna mengalami gangguan fungsi hati kronis atau Atresia Bilier.
Hati tidak membesar, parenkim masih homogen, tepi rata, ujung kaudal masih tajam, ekogenisitas tidak meningkat, sistem vaskuler  bilier tidak melebar.